Claim Missing Document
Check
Articles

Struktur Komunitas Plankton Tambak Polikultur Bandeng (Chanos chanos) dan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tebaloan Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik Muaffah, Zumrotul; Laili, Saimul; Lisminingsih, Ratna Djuniwati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11894

Abstract

AbstractPlankton is an organism that has a very small size or micro-organisms that live floating in the waters. This study aims to compare the abundance, diversity, uniformity, dominance, importance of plankton and water quality in milkfish and shrimp polyculture ponds in the Tebaloan village, Duduksampeyan District, Gresik Regency. This research was conducted in Tebaloan Village, Duduksampean District and sampling was carried out at 08.00-10-00 WIB. The plankton sample method uses purposive sampling. The results showed the diversity of plankton consisting of 20 plankton with 16 phytoplankton and 4 zooplankton. At station I, the most common classes were Bacillariophyceae, Cyanophyceae and Chlophyceae. Meanwhile, at station II, the classes were mostly Cyanophyceae. In the community structure, the Diversity Index (H') value is 1.21-1.97 which is categorized as medium. The Uniformity Index (E) is 0.13-0.21 which is categorized as low. Meanwhile, the Dominance Index (C) is 0.39-0.52, at station I is categorized as high and at station II categorized as low. Parameters carried out during the study were temperature, water brightness, TDS, salinity, pH, DO, dissolved CO2 and nitrate. The results of water quality measurements in both polyculture ponds were categorized as medium or poor pond waters for cultivating milkfish and vannamei shrimp.Keywords: Plankton, Community Structure, Polyculture PondABSTRAKPlankton merupakan organisme yang memiliki ukuran yang sangat kecil atau bisa juga disebut jasad renik yang hidup melayang di perairan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kelimpahan, diversitas, keseragaman, dominansi, nilai penting plankton dan kualitas air pada tambak polikultur bandeng dan udang di Desa Tebaloan Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilakukan di Desa Tebaloan Kecamatan Duduksampean dan pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00-10-00 WIB. Metode sampel plankton menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan keanekaraaman plankton yang terdiri dari 20 plankton dengan 16 fitoplankton dan 4 zooplankton. Pada stasiun I paling banyak ditemukan adalah kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae dan Chlophyceae. Sedangkan pada stasiun II ditemukan paling banyak adalah kelas Cyanophyceae. Pada struktur komunitas nilai Indeks Keanekaragaman (H’) 1.21-1.97 yang dikategorikan sedang. Nilai Indeks Keseragaman (E) 0.13-0.21 yang dikategorikan rendah. Sedangkan nilai Indeks Dominansi (C) 0.39-0.52, pada stasiun I dikategorikan tinggi dan pada stasiun II dikategorikan rendah. Parameter yang dilakukan saat penelitian adalah suhu, kecerahan air, TDS, salinitas, pH, DO, CO2 terlarut dan nitrat. Hasil pengukuran kualitas air pada kedua tambak polikultur dikategorikan sebagai perairan tambak sedang atau kurang baik untuk membudidayakan ikan bandeng dan udang vannamei.Kata kunci : Plankton, Struktur Komunitas, Tambak Polikultur
Perbandingan pH dan BJ Susu Sapi (Bos taurus) pada Pemerahan Pagi dan Sore di KUD Argopuro Krucil Probolinggo: Comparison of pH and BJ of Cow's Milk (Bos taurus) at Morning and Afternoon Milking at KUD Argopuro Krucil Probolinggo Fitriah, Eka; Lisminingsih, Ratna Djuniwati; Ramadhan, Majida
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i2.16257

Abstract

Milk is a source of animal protein that has a strategic role in human life. BJ and pH are physical parameters that determine the quality of milk. Milking is done twice daily, in the morning and evening; different milking time intervals will produce different milk compositions. This study compared morning and evening milked milk's pH and BJ (specific gravity). The method used is observation, and the analysis used is the t-test. The analysis using the t-test showed that the pH and BJ of milk were significantly different (P>0.05) in the morning and afternoon milking. pH and BJ at the time of milking in the morning and evening, according to SNI No 01-3141-2011, regarding the quality of cow's milk.  Keywords: Specific Gravity, KUD Argopuro Krucil, pH, milking morning and afternoon.   ABSTRAK Susu merupakan sumber protein hewani yang mempunyai peran strategis dalam kehidupan manusia. BJ dan pH merupakan parameter fisika yang ikut menentukan kualitas susu. Pemerahan susu dilakukan dua kali dalam sehari yaitu di waktu pagi dan sore hari, interval waktu pemerahan yang berbeda akan menghasilkan komposisi susu yang berbeda. Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk membandingkan pH, dan BJ (berat jenis) pada susu pemerahan pagi dan sore.  Metode yang digunakan yaitu observasi dan analisis yang digunakan adalah uji t.  Hasil analisis menggunakan uji t menunjukkan bahwa pH, dan BJ susu berbeda nyata (P>0,05) pada pemerahan pagi dan sore. pH dan BJ pada waktu pemerahan pagi dan sore hari sesuai  dengan SNI No 01-3141-2011, tentang kualitas susu sapi.   Kata kunci: Berat Jenis, KUD Argopuro krucil, pH, pemerahan pagi sore
Uji Efektivitas Perasan Daun Beluntas (Pluchea indica) Terhadap Mortalitas Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus): TEST THE EFFECTIVENESS OF BELUNTAS LEAF EXTRACT (Pluchea indica) AGAINST MORTALITY OF SUBTERRANEAN TERMITES (Coptotermes curvignathus) Saputri, Rizki Dwi; Djuniwati Lisminingsih, Ratna; Zayadi, Hasan
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v6i2.18479

Abstract

Subterranean termites are a type of termite that can cause damage to buildings made of wood. The bioactive content of beluntas leaves has the potential as a vegetable pesticide that can kill termites. Research has been carried out to determine the effect and effective concentration of beluntas leaf juice on the LC50 value, as well as the effect of abiotic factors on the mortality of subterranean termites. The parameters of this study were termite mortality after being given treatment and measuring abiotic factors during the study. This study used a completely randomized design (CRD) with 2 stages of testing, a preliminary test and a definitive test. The abiotic factor parameters measured were air temperature, air humidity, soil moisture, and light intensity. The definitive test to get the LC50 used 4 treatments, namely 0%, 40%, 63%, and 100%, the concentration according to the results of the logarithm calculation from the results of the preliminary test. Observations were carried out every 24 hours for 72 hours. Data were analyzed using probit analysis as well as ANOVA test and chi-square test for abiotic factor parameters. The results of the probit analysis test showed that the LC50-24 hours was 48%, the LC50-48 hours was 23.75% and the LC50-72 hours was 12.74%. The results of the ANOVA test showed that there were significant differences in the mortality of subterranean termites after being treated with concentrations of 0%, 40%, 50%, and 100%. The most effective concentration is 100% concentration. The effective concentration of beluntas leaf juice (Pluchea indica) can kill 50% of subterranean termites for 24, 48 and 72 hours, namely LC50-24 hours is 40%, LC50-48 hours is 23.75%, LC50-72 hours is 12.74 %. Keywords: Beluntas Leaves (Pluchea indica), Mortality, Subterranean Termites (Coptotermes curvignathus)   ABSTRAK Rayap tanah merupakan jenis rayap yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan yang berbahan dasar kayu. Kandungan bioaktif daun beluntas berpotensi sebagai pestisida nabati yang dapat membunuh rayap. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan kosentrasi efektif perasan daun beluntas nilai LC50, serta pengaruh faktor abiotik terhadap mortalitas rayap tanah. Parameter penelitian ini yakni mortalitas rayap setelah diberikan perlakuan serta mengukur faktor abiotik selama penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 tahap pengujian, uji pendahuluan dan uji definitif. Parameter faktor abiotik yang diukur yakni suhu udara, kelembapan udara, kelembapan tanah, dan intensitas cahaya. Uji definitif untuk mendapatkan LC50 menggunakan 4 perlakuan yaitu 0%, 40%, 63%, dan 100%, kosentrasi sesuai hasil perhitungan logaritma dari hasil uji pendahuluan. Durasi pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 72 jam. Data dianalisis dengan menggunakan analisis probit serta uji ANOVA dan uji chi-square untuk parameter faktor abiotik. Hasil uji analisis probit menunjukkan menunjukkan nilai LC50-24 jam adalah 48%, LC50-48 jam adalah 23,75% dan LC-72 jam sebesar 12,74 %. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signfikan mortalitas rayap tanah setelah diberi perlakuan kosetrasi 0%, 40%, 50%, dan 100%. Kosentrasi yang paling efektif dalam mempengaruhi mortalitas rayap tanah yaitu kosentrasi 100%. Kata kunci: Daun Beluntas (Pluchea indica), Mortalitas, Rayap Tanah (Coptotermes curvignathus)
PENDIRIAN TAMAN PENDIDIKAN AL- QUR’AN AL-ALIM UNTUK MENUNJANG KAMPUNG TANGGUH DESA SITIREJO WAGIR KABUPATEN MALANG Ratna Djuniwati Lisminingsih; Sujana Ramdhan; Ahmad Bukhori
Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5 2024 Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) 2020
Publisher : Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5 2024

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendirian  Taman Pendidikan Al Qur’an di Desa Sitirejo merupakan upaya yang  dapat dilakukan masyarakat  untuk memberikan dasar-dasar membaca Al-Qur'an kepada anak-anak terutama bagi anak-anak yang  orang tuanya bekerja. Upaya pendirian Taman Pendidikan Al Qur’an ini bertujuan untuk membentuk generasi qurani yang berakhlakul karimah. Upaya ini juga  menunjang kegiatan di Desa Sitirejo yang dicanangkan sebagai kampung tangguh. Metode pelaksanaan kegiatan  dilakukan dengan mengembangkan masyarakat meliputi kegiatan pembentukkan tim, perumusan tujuan, identifikasi pengguna, pengumpulan dan analisis kebutuhan, penentuan prioritas solusi masalah, persiapan, implementasi, pendampingan, review dan evaluasi, serta  menentukan kebutuhan sasaran baru. Melalui kerjasama dengan pengurus masjid Miftahul Jannah telah berdiri Taman  Pendidikan Al-Qur’an Al- Alim dengan Piagam Ijin Operasional Taman Pendidikan Al –Qur’an Nomor: 4938/IX/2020 dengan status terdaftar dan diberikan Nomor Statistik Taman Pendidikan Al-Qur’an 411235074938. Jumlah santri saat didirikan adalah 48 santri dengan tenaga pengajar 4 orang yang merupakan  sumber daya setempat. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode Iqro non klasikal. Adanya kebutuhan sasaran baru mendorong diadakan kerjasama dengan Yayasan Ummi tingkat  Kecamatan Tajinan, Pakisaji, Wagir, dan Bululawang di dalam pembinaan santri dan ustadz serta ustadzah.
Effect of Chlorpyrifos Insecticide on Hatchability and Larva Survival of Silver Rasbora (Rasbora argyrotaenia) Putri, Dewi Aurina Sukirno; Latuconsina, Husain; Lisminingsih, Ratna Djuniwati
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 2 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i2.2214

Abstract

The use of insecticides as pest control is one of the efforts of Indonesian farmers in increasing agricultural productivity. Chlorpyrifos insecticide is one type of organophosphate insecticide that is toxic and can have a negative impact on the environment. The study aimed to compare the effect of exposure to Chlorpyrifos insecticide with different concentrations on egg hatchability and larval survival of silver rasbora (Rasbora argyrotaenia). Experimental research with a completely randomized design (CRP). One way ANOVA to compare between treatments then further tested using DMRT (Duncan's Multiple Range Test), and larval mortality was analyzed using probit analysis. The results showed that different concentrations of chlorpyrifos insecticide had a significantly different effect on hatchability and survival of silver rasbora larvae (Rasbora argyrotaenia). The lethal concentration (LC50) of chlorpyrifos insecticide that can affect the hatchability and survival of silver rasbora larvae is 0.62 ppm. The results of this study provide valuable information for various parties related to the dangers of excessive use of insecticides because they can have a negative impact on the acute environment.
PELATIHAN PENGELOLAAN LIMBAH JELANTAH BAGI SISWI MADRASAH ALIYAH MA ARIF NU BLITAR Ratna Djuniwati Lisminingsih; Majida Ramadhan
Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5 2024 Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5
Publisher : Konferensi Nasional Pengabdian Masyarakat (KOPEMAS) #5 2024

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limbah Jelantah merupakan limbah yang termasuk ke dalam kelompok Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Pengelolaan limbah jelantah di sekolah sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Pelatihan merupakan langkah yang diambil dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan dan kesadaran siswa di dalam pengelolaan limbah jelantah. Telah dilakukan kegiatan pelatihan meliputi kegiatan daur ulang, pengurangan jelantah, dan perlindungan lingkungan dilakukan oleh 17 siswi Madrasah Aliyah Ma’arif NU Blitar. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan adanya peningkatan secara signifikan   pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswi Madrasah Aliyah Ma’arif NU Blitar di dalam pengelolaan limbah jelantah. Peningkatan rerata skor pengetahuan, sikap dan ketrampilan masing-masing 63,5;17,4; dan 80,8. Hasil akhir rerata skor pelatihan adalah 88,2 dan dikatagorikan baik sekali. Peserta pelatihan 82,4% memberikan pendapat positif berkaitan dengan Pelatihan Pengelolaan Limbah Jelantah yang dilakukan. Umpan balik pelatihan didapatkan oleh sekolah, pengabdi, dan peserta pelatihan.
Comparison of Giving Extract of Piper betle with Different Concentration on Hatchability of Eggs and Survival of Nile tilapia Larva (Oreochromis niloticus) Sholikha, Lailatuz Zakiatus; Lisminingsih, Ratna Djuniwati; Latuconsina, Husain
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 18 No. 1 (2025): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v18i1.2516

Abstract

The availability of tilapia (Oreochromis niloticus) is supported by the hatching speed which is influenced by internal and external factors as well as other factors such as disease. The microorganisms that usually attack fish eggs are fungi. Betel leaves are one of the plants that can be used for hatching eggs. The aim of this research was to compare the effect of different concentrations of betel leaf extract (Piper betle) on egg hatchability and survival of tilapia larvae (Oreochromis niloticus) and to determine the optimal concentration of betel leaf extract in supporting egg hatchability and survival of tilapia fish. larvae. This study used a Completely Randomized Design (CRD), P0: Control, P1: 0.08 mL/L, P2: 0.16 mL/L, P3: 0.24 mL/L, P4: 0, 32 mL/L L. Data analysis uses the ANOVA test and BNT test if there are significant differences. The results of the research showed that there was an effect of betel leaf extract on the hatchability of eggs and also on the survival of tilapia larvae (Oreochromis niloticus) in the P3 treatment concentration of 0.24 mL/L with success of 78.6% and 80%, respectively, the best results in the research. which is conducted. While egg hatchability and larval survival were lowest in the P4 treatment, namely at a concentration of 0.32 mL/L with success of 59.2% and 57%, this research showed less good results, where egg hatching was poor and the survival rate This treatment is also less than optimal because high concentrations are toxic to fish eggs.