Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

KONSEP ACTIVE LIVING DALAM PERANCANGAN JALUR PEDESTRIAN Studi Kasus: Jalan L. L. R. E. Martadinata (Riau), Bandung, Jawa Barat Hendrawan, Christianto; Dwisusanto, Yohanes Basuki
ARTEKS Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/artk.v2i1.137

Abstract

Saat ini terdapat tren perancangan kota dengan konsep active living yang membuat penduduk kota menjadi lebih aktif bergerak, secara keseluruhan menjadikan kota lebih sehat (healthy city). Konsep active living ini salah satunya terdapat dalam jalur pedestrian kawasan komersial kota, yang berpotensi mewadahi lingkungan gerak aktif bagi penduduk kota. Toko-toko yang dirangkai berdekatan dapat membuat pejalan kaki aktif menelusuri kawasan secara keseluruhan. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui sejauh mana konsep active living telah diterapkan dalam jalur pedestrian Jalan L. L. R. E Martadinata (Jalan Riau). Dengan mengetahui kondisi lingkungan binaan untuk gerak aktif, diharapkan jurnal ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perancangan jalur pedestrian di waktu kedepan, untuk kota yang lebih sehat. Metode pembahasan dilakukan dengan menganalisa masalah, peluang, kelebihan, dan kekurangan ruang gerak aktif yang muncul dalam jalur pedestrian di kawasan studi, bersinergi dengan studi literatur mengenai active living dalam lingkungan binaan. Dalam pengamatan, didapati bahwa jalur pedestrian dalam kawasan belanja jalan L. L. R. E. Martadinata belum sepenuhnya mewadahi gerak aktif. Jalur pedestrian menjadi kurang nyaman bagi  pejalan kaki untuk bergerak bebas berbelanja dari pintu ke pintu. Terdapat value yang hilang dimana penduduk lebih memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor untuk bergerak dari pintu ke pintu pertokoan. Kata kunci: active living, kesehatan, jalur pedestrian, kawasan komersial
Architecture expression: Synthesized architectural expressions in Mayor’s office building of Kupang City Lake, Reginaldo Christophori; Arinto, Fransiscus X. Eddy; Purbadi, Yohanes Djarot; Dwisusanto, Yohanes Basuki; Bin Toni, Elvis Albertus; Rayawulan, Robertus Mas
Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal Vol 12, No 2 (2020): July 2020
Publisher : Merdeka Malang University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/lw.v12i2.4302

Abstract

Efforts to display the expression of the functions and local identities of buildings are merely copying ornamental variations of vernacular architectural elements. As a result, the relation among function-form-meaning remain unseen. This study aims to explain the application of the concept of synthesized architectural expressions on government owned buildings. Based on the research objectives, the Mayor’s office building of Kupang City was chosen as the object of this case study. The initial step of this research is to elaborate the theory of archetypal anatomy and the relation of architectural function-meaning-functions. Furthermore, the observation unit is redrawn in three dimensions and analyzed based on ordering principle of balance and orientation. The analysis shows that the interpretation of the appearance of Mayor's office building of Kupang City displays monumental, formal, local expressions and represents democratic ideologies. Interpretation of synthesized expressions occurs in the dominant aspects of local architecture in the elements of the roof, walls and entrance columns. The results of this study confirm that the concept of synthesized expression plays an important role in the midst of change pressure and for the sustainability of architecture nowadays. DOI: https://doi.org/10.26905/lw.v12i2.4302
KONFIGURASI SPASIAL RUMAH TRADISIONAL TEPAL DALAM KAITANNYA DENGAN ASPEK SOSIO BUDAYA (OBJEK STUDI: DESA TEPAL, KECAMATAN BATULANTEH, KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT) Ametha Safa ; Yohanes Basuki Dwisusanto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 5 No 01 (2021): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v5i01.4416.36-51

Abstract

Abstrak- Rumah adalah sebuah konsekuensi fenomena budaya, dimana bentuk dan organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya tempatnya berada. Sosio-budaya sendiri merupakan hasil pikiran dan akal budi, yang ada untuk kehidupan bermasyarakat. Hasil dari proses berbudaya ini menghasilkan berbagai perwujudan, seperti kesenian, kepercayaan, hingga karya arsitektur.Desa Tepal di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, merupakan satu dari sedikit desa terpencil di Pulau Sumbawa yang masih mempertahankan tradisi dan adat istiadat yang diturunkan oleh para leluhurnya. Wujud fisik arsitekturalnya masih melekat dengan nilai-nilai dan tradisi yang berlaku. Hal ini dapat dilihat pada wujud fisik, sistem pengukuran, serta elemen lain pada rumah huniannya.Rumusan masalah yang menjadi landasan penelitian ini mencakup bagaimana aspek sosio budaya mempengaruhi konfigurasi spasial dan elemen pembentuk ruang Tepal. Tujuannya untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan dalam kaitan aspek sosiobudaya yang mempengaruhi konfigurasi spasial dan elemen pembentuk ruang pada hunian.Metode yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode kualitatif deskriptif dengan melakukan pengamatan terhadap wujud fisik hunian yang dipengaruhi oleh aspek sosiobudaya dari adat istiadat yang berlaku. Diperoleh kesimpulan bahwa terdapat aspek filosofis serta nilai-nilai seperti nilai kepercayaan, peran gender, usia, kebiasaan, dan ekonomi mempengaruhi penataan ruang pada bagian dalam, luar, serta elemen pembentuk rumah.
TAMAN TEMATIK DAN PENGARUHNYA TERHADAP SETTING FISIK DAN PENGGUNAAN TAMAN DI KOTA BANDUNG Julius Santanu Wijaya ; Yohanes Basuki Dwisusanto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 5 No 03 (2021): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/.v5i03.4741.302-319

Abstract

Abstrak Perkembangan Kota Bandung sebagai kota kreatif, mendorong pemerintah untuk melakukan inovasi terhadap keberadaan ruang terbuka publik.Munculnya taman tematik berhasil menarik perhatian masyarakat terhadap keberadaan taman-taman yang ada di Kota Bandung. Lalu apa yang sebenarnya dimaksud dengan taman tematik dan mengapa tema menjadi sesuatu yang perlu diberikan pada taman-taman yang sudah ada sebelumnya. Mengingat taman tematik yang ada saat ini merupakan pengembangan dari taman-taman lingkungan (neighborhood park). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari taman tematik dan pengaruhnya terhadap setting fisik taman dan penggunaan sebuah ruang terbuka publik. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan cara mendeskripsikan keadaan taman lansia, taman superhero, taman hewan, taman cibeunying, dan alun-alun cicendo. Data dikumpulkan dengan cara observasi lapangan dan dilengkapi dengan penyebaran kuisioner online untuk mendapatkan data kuantitatif.Pengertian mengenai taman tematik ditelaah berdasarkan litelatur yang didapatkan dari Koran dan sumber infomasi lainnya yang membahas mengenai taman tematik di Kota bandung. Kemudian pembahasan mengenai taman tematik akan ditelaah lebih lanjut dengan teori-teori yanga ada pada landasan teori. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa tema yang diberikan pada taman layaknya tema yang digunakan dalam sebuah cerita, tema berfungsi sebagai acuan dalam mengolah ruang terbuka yang ditampilkan lewat setting fisik taman. Fisik taman yang hadir melalui fasilitas turut mempengaruhi aktivitas yang terjadi didalam taman, dimana aktivitas mengarah pada tema yang diberikan pada taman tersebut. Taman tematik menjadi pengembangan ruang terbuka publik yang terinspirasi dari konsep theme park.Namun berbeda dengan theme park, taman tematik yang ada di Kota Bandung terbuka bagi masyarakat umum sehingga tidak bersifat komersil. Kata-kata kunci: ruang publik, taman tematik, aktivitas sosial, taman di Kota Bandung
PERAN SETTING ELEMEN FISIK TERHADAP AKTIVITAS PADA KAMPUNG WISATA OBJEK STUDI: KAMPUNG LAWAS MASPATI DAN KAMPUNG PELANGI KENJERAN SURABAYA Dionisius Arief Anjasmoro; Yohanes Basuki Dwisusanto
Riset Arsitektur (RISA) Vol 6 No 01 (2022): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v6i01.5424.20-39

Abstract

Abstract - Indonesia has a variety of urban tourism village scattered in various regions. The tourism village has various themes according to the character of the are and the residents of the village. Such as Batik Village, Ceramic Village, Rainbow Village, etc. The presence of the concept of an urban tourism village doesn not only occur in Indonesia, but also occurs in various other countries such as Gamcheon Culture Village in Korea, Chefchaouen in Marocco, Marsaxlokk Village in Malta, etc. With the presence of the concept of tourism village, it provides novelty for both humans (tourist and villagers) as the users of space accompanied by their activities. Based on these problems the authors are interested in conducting this research. This research will discuss about what is meant by a tourist village, how tourism activities occur in the two study objects and how architecture as a physical element plays a role in the activities in it. The purpose of this study is to describe how far a village called a tourist village is feasible as a tourist place by introducing the tourism criteria, what are the criteria for a village to be called a tourist village. This research is a descriptive qualitative research, using Kampung Lawas Maspati and Kampung Pelangi Kenjeran as objects of study to be compared based on the tourism criteria itself, to further examine how the physical (architectural) element settings play a role in accommodating tourism activities in the village itself. So that how far the two objects of study meet the existing tourist criteria so that they are feasible as tourist attractions. With this research, it is hoped that it can provide an understanding of what is meant by a tourist village and the importance of the role of architecture in realizing the tourism village it deserves. The results of the research show that the physical elements in Kampung Lawas Maspati meet the three criteria that a tourism village needs to have and there are tourism activities organized by local village managers, while Kampung Pelangi Kenjeran has not fulfilled existing tourism criteria, the availability of physical elements in Kampung Pelangi Kenjeran is very minimal. This proves that the term "tourism" in Pelangi Kenjeran village is still not appropriate as it should be. Key Words: setting, physical elements, activity, urban tourim village
Tatanan Permukiman Sepanjang Sungai sebagai Perwujudan Ekologi Masyarakat Yohanes Basuki Dwisusanto; Franseno Pujianto; Christian Hansen; M. Nawang Nawang
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4055 KB)

Abstract

Bermukim merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia. Permukiman yang ada berkembang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Sitinjau dari segi ekologi manusia, setiap permukiman pasti terbentuk dari dua hal, yang pertama adalah ekosistemnya atau wadah lingkungan alam permukiman tersebut, dan yang kedua merupakan sistem sosial yang ada di dalamnya.Permukiman Kampung Cidadap merupakan permukiman yang ada di sebelah Sungai Cikapundung, kampung ini akan dikaji melalui elemen-elemen pembentuk ekosistemnya serta elemen dan sistem sosial yang terjadi di dalamnya. Pengkajian akan dapat melihat bentuk kampung serta keterkaitan ekosistem yang berupa lingkungan alam (kontur, sungai, ruang terbuka), ekosistem buatan yang berupa massa bangunan dan juga ruang-ruang sirkulasi. Sistem sosial yang terbentuk didalamnya meliputi pelaku (usia dan gender), struktur aktivitas, dan struktur kepercayaan .
PERANCANGAN GEREJA ST. GABRIEL BANDUNG Mimie Purnama; Rahadhian Prajudi Herwindo; Y. Basuki Dwisusanto; Sanjaya Hartanto; Kiki Amelia Putri; Stephanie Adryan; Lilian Setiawan
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16682.303 KB)

Abstract

Kegiatan Pengabdian dengan judul PERANCANGAN BANGUNAN GEREJASANTO GABRIEL ini, ditujukan untuk membuat rancangan bangunan baru bagi Gereja Santo Gabriel diatas lahan seluas lebih dari tiga ribu meter persegi, yang letaknya bersebelahan dengan bangunan Gereja Santo Gabriel yang ada sekarang ini.Bangunan Gereja St Gabriel yang ada sekarang dirasakan sudah tidak dapat lagi menampung kebutuhan yang ada, seperti kapasitas tempat duduk, ruang-ruang untuk menunjang kegiatan beribadah dan kenyamanan termal, visual dan audial nya. Sehingga diputuskan untuk membangun Gereja Santo Gabriel dengan rancangan baru yangdisesuaikan dengan perkembangan kebutuhannya.Rancangan baru Gereja St. Gabriel dialokasikan dapat menampung seributempat duduk di ruang dalam gereja. Bila diperlukan, ada teras lantai dasar di ruang luar bangunan yang cukup untuk menampung dua ratus sampai tiga ratus kursi disana. Bangunan Gereja ini juga dilengkapi dengan ruang basement yang direncanakan untuk menampung kegiatan penunjang beribadah lainnya.Kenyamanan termal dan visual dirancang dengan pendekatan disain pasif yang artinya lebih memerdayakan energi alami seperti angin, cahaya matahari dan tanaman untuk mendapatkan kenyamanan termal dan visual kedalam ruangan gereja.Sedang bentuk bangunan gereja diilhami oleh bangunan tradisional sundadengan atap lebar yang menaungi, dinding-dinding bangunan yang bebas membawa udara segar masuk ke dalam ruangan dan kaki bangunan yang cukup tinggi mengangkat lantai dasar dari muka tanah.Selebihnya seperti bangunan-bangunan ibadah lainnya, ruangan Gereja St. Gabiel ini, dikondisikan oleh desain interiornya agar umat mendapat kenyamanan lahir dan bahtin yang optimal dalam menjalankan ibadahnya. Semoga apa yang direncanakan ini, sungguh juga atas kehendakNYA, amin.  
Active concept in pedestrian design Christianto Hendrawan; Yohanes Basuki Dwisusanto
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 2 No 1 (2017): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Juli 2017 ~ Desember 2017
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1388.732 KB) | DOI: 10.30822/arteks.v2i1.38

Abstract

In recent times, there’s an active living design trend in cities around the world, giving chances for people to actively move inside the city, making city healthier. Active Living can occur within pedestrian way along shopping street corridor which has potential to move shoppers from one store to another through walking. Pedestrian way along shop corridor are potentially attractive for people move around inside the city. The purpose of this study is to give us information about how far active living concept has been implemented within L. L. R. E. Martadinata street. The information and analysis can be use for further development in pedestrian way design. Our study conducted through analyzing existing active design problems along with literature studies about active living in design. Within the study, we conclude that L. L. R. E. Martadinata Street hasn’t quite well providing active living movement for shopping street pedestrian way. Pedestrian way has become uncomfortable, for people to walk from store to store within street corridor. There’s a missing value about active living, where people rather use automobile than actively moving along street corridor.
Aktivitas di alun-alun sebagai ruang terbuka publik dengan konsep lapangan, kasus studi: Alun-alun Bandung Grace Putri Dianty; Yohanes Basuki Dwisusanto
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 5 No 1 (2020): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Januari 2020 ~ April 2020
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.793 KB) | DOI: 10.30822/arteks.v5i1.116

Abstract

Activity in Bandung city square as a public open space with open field concept Bandung city square is an icon of Bandung, known by the public as a public open space with a field in the middle. The shape of the square has changed to resemble a city park with the addition of new facilities in it such as seating area, play area, sport area and so on. The changes affect its function as public space and the activities formed in it. The purpose of this study is to identify patterns of activities and their correspondence with the shape of the square as a public space in the city of Bandung. This study is carried out through stages (1) mapping the functional area based on its physical arrangement; (2) identifying activities formed in it and (3) interviewing the users. The result of the study indicates that the types of activities in Bandung city square are more diverse due to the addition of seating area, play area and renewal of the concept of the field. But besides that, the placement of shade trees in each sitting area needs to be considered so that the square is not only active at night, but also during the daytime.
Penerapan konsep reused material pada perancangan rusunawa Shirleen Christiana Wibowo; Yohanes Basuki Dwisusanto
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur Vol 6 No 1 (2021): ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur | Januari 2021 ~ April 2021
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandira

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30822/arteks.v6i1.365

Abstract

The need for adequate and affordable housing drives the government to implement the rusunawa (low-cost housing) development program in various regions. Futhermore, the government promotes utilization of different replacement materials to optimize the cost and duration of rusunawa development, including reused shipping container. This research discusses the feasibility study of reused shipping containers as substitute material in the design planning of the Rusunawa prototype unit construction. It is a qualitative research that uses case study and statistical data-sets through literature review, precedent study analysis and field surveys. The results provided the standard guideline for designing Rusunawa units made from reused shipping containers and prototype typology units based on the occupant’s type.