Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

THE CORRELATION BETWEEN TOOTH LOSS AND NUTRITIONAL STATUS IN ELDERLY IN SOUTH DAHA DISTRICT Benedictus Dimas Aryo Prakoso; Rahmad Arifin; Fajar Kusuma Dwi Kurniawan
Dentin Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentin.v7i2.9715

Abstract

Background: Aging is a biological process that will occur in every human individual. According to the Law of the Republic of Indonesia, the elderly is someone who reached age of 60 years and over. Based on data from BPS Indonesia in 2021, there are 29.3 million elderly in Indonesia and in South Daha District 3,534 elderly. Tooth loss can make the elderly vulnerable to decreased quality of life. Tooth loss cases will interfere with masticatory function and decreasing nutritional status. Objective: This study aims to analyze the correlation between tooth loss and nutritional status in the elderly in South Daha District. Methods: This study is a correlational analytic study with a cross sectional approach. The research sample are 105 elderly. Data collection includes primary data that obtained through direct examination of the number of tooth and BMI. Data analysis used univariate and bivariate with the Spearman’s test. Results: The results showed that most of the respondents had a low level of tooth loss (43.8%) and normal nutritional status (58.1%). The Spearman test showed that there was a significant correlation between tooth loss and nutritional status. Conclusion: There is a significant correlation between tooth loss and nutritional status in the elderly in South Daha  DistrictKeywords: Elderly, Nutritional Status, South Daha District, Tooth Loss
MAXILLARY FRENECTOMY IN PEDIATRIC PATIENT USING ELECTROCAUTERY TECHNIQUE : REPORT OF 2 CASES Nurdiana Dewi; Rahmad Arifin; Beta Widya Oktiani
Dentino : Jurnal Kedokteran Gigi Vol 8, No 2 (2023)
Publisher : FKG Unlam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentino.v8i2.17530

Abstract

Background : The frenum is defined as a mocous membrane fold that attaches the lip and the cheek to the alveolar mucosa, the gingiva and the underlying periosteum.  The unsual frenum need treated by frenectomy or by frenotomy procedure. Conventional technique of frenectomy carries the risks of surgery like bleeding and patient compliance with favorable healing. Electrocautery technique provide bloodless area and clear view of the operative field. Case : The present article is a report of two cases of frenectomy using electrocautery technique. Case management : Maxillary frenectomy of 2 patients was carried out using electrocautery technique after the area was anesthetized with 4% articaine. Continuous saline irrigation was given while using the electrocautery. Minimal bleeding was seen during the procedure. No sutures were placed after the treatment. One week recalled visit showed almost complete healing in both cases. No discomfort was complained by patinet during and after the treatment. Conclusion : Electrocautery is recommended for performing frenectomy due to its effectiveness and safety. The procedure causes light bleeding and does not have postoperative complications. The use of electrocautery in frenectomy provides a reduction in work time as well as greater comfort and safety for the patient dan dentist. Keywords : Frenectomy, Frenum, Pediatric Patient
HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DOKTER GIGI MUDA TERHADAP KEPUASAN PASIEN GIGI TIRUAN DI RSGM GUSTI HASAN AMAN BANJARMASIN Antung Lutfiliawan; Debby Saputera; Aulia Azizah; Rahmad Arifin; Riky Hamdani
Dentin Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10745

Abstract

Latar Belakang: Keberhasilan pelayanan kesehatan adalah terpenuhinya harapan pasien akan mutu kualitas pelayanan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi kualitas pelayanan adalah dengan mengukur kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan baik atau buruknya pelayanan yang diterima pasien. Indikator kepuasan pasien dapat dilihat dari kualitas pelayanan dalam teori Parasuraman et.al (1998) yang dibagi menjadi lima dimensi, dimensi tampilan (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), dan perhatian (empathy). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kualitas pelayanan dokter gigi muda terhadap kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien gigi tiruan sebagian lepasan dokter gigi muda sebanyak 38 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Analisi data menggunakan analisis univariat dan bivariate menggunakan aplikasi SPSS dengan metode somers’D Hasil: Hasil penelitian didapatkan kualitas pelayanan dokter gigi muda termasuk dalam kategori baik (81,6%), kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan termasuk dalam kategori puas (71,1%) dan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien gigi tiruan sebagian lepasan di RSGM Gusti Hasan Aman Banjarmasin (p = 0,000).Kesimpulan: Semakin  baik kualitas pelayanan dokter gigi muda yang diberikan maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang  dirasakan  pasien. Kata kunci: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan, Kepuasan Pasien, Kualitas Pelayanan
HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEHILANGAN GIGI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANGAT DALAM Akhmad Akhdiannoor Ramadhan; Rahmad Arifin; Isnur Hatta; Riky Hamdani; Nurdiana Dewi
Dentin Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10746

Abstract

Latar Belakang: Tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut berpengaruh pada perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang berujung pada kejadian karies dan penyakit periodontal. Selain perilaku menyikat gigi, usia juga berperan penting dalam faktor risiko terjadinya kehilangan gigi. Usia 35-44 tahun adalah usia yang ideal dilakukan pengawasan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan: Menganalisis hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam (tinjauan pada masyarakat usia 35-44 tahun). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling  dengan teknik cluster sampling. Subjek penelitian adalah masyarakat usia 35-44 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam sebanyak 107 responden. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut menggunakan kuesioner dan pemeriksaan jumlah gigi yang hilang pada rongga mulut responden. Analisis data menggunakan dengan uji Somers’D. Hasil: Mayoritas masyarakat usia 35-44 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Semangat Dalam memiliki tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori sedang (57,94%) dan memiliki tingkat kehilangan gigi dengan kategori rendah (52,34%). Uji korelasi Somers’D menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi (p=0,000). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan kehilangan gigi, Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut baik dapat membentuk perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik. Perilaku yang baik akan mengurangi terjadinya kehilangan gigi seseorang. Kata Kunci: Kehilangan Gigi, Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
HUBUNGAN TEMPOROMANDIBULAR DISORDERS TERHADAP ORAL HEALTH RELATED QUALITY OF LIFE Maulida Hasanah; Rahmad Arifin; Irham Taufiqurrahman; Galuh Dwinta Sari; Alexander Sitepu
Dentin Vol 7, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/dentin.v7i3.10747

Abstract

Latar Belakang: Temporomandibular disorders (TMD) merupakan gangguan pada sendi temporomandibula (STM) ditandai rasa sakit pada otot pengunyahan dan STM; bunyi ‘klik’ pada STM; dan adanya defleksi, deviasi serta keterbatasan membuka mulut. TMD banyak dijumpai pada usia dewasa dengan rentang 20-40 tahun termasuk pada mahasiswa.  Gejala yang disebabkan TMD dapat berdampak negatif pada kualitas hidup dan kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut. Oral health related quality of life (OHRQoL) merupakan konstruksi multidimensi yang mencerminkan kesehatan mulut seseorang; fisik, psikologis dan kesejahteraan sosial; harapan dan kepuasan perawatan; dan harga diri. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan TMD terhadap OHRQoL pada mahasiswa preklinik FKG ULM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada 37 mahasiswa FKG ULM Angkatan 2019-2022 yang berusia 18 tahun ke atas dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Pemeriksaan TMD menggunakan metode diagnosis RDC/TMD sedangkan pemeriksaan OHRQoL menggunakan kuesioner OHIP-14. Data hasil penelitian terkait TMD dan OHRQoL dianalisis dengan uji spearman. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa TMD dialami oleh 51,4% responden dengan gejala yang paling banyak dialami adalah nyeri miofasial (57,9%) dengan tingkat OHRQoL yang  terbanyak adalah baik (81%). Hasil uji korelatif spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara TMD terhadap OHRQoL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat (ρ < 0,05). Kesimpulan: Peningkatan gejala TMD meningkatkan keparahan OHRQoL pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat Kata Kunci: nyeri miofasial, oral health related quality of life (OHRQoL), temporomandibular disorders (TMD)