Articles
Implikasi Teologi Kovenan terhadap Keutamaan Yesus dalam Kehidupan Jemaat: Perspektif Ibrani 7:22
Purwonugroho, Daniel Pesah;
Latunussa, Reinhart Helbert Albrow
Jurnal Teologi Gracia Deo Vol 7, No 1: Juli 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46929/graciadeo.v7i1.215
This article aims to explore the relationship between covenant theology and the supremacy of Jesus from the perspective of Hebrews 7:22, as well as its implications for the congregation's life. Covenant theology describes the relationship between God and humanity as recorded in the Bible, from Genesis to Revelation. It articulates God's promises to humanity, including the promise of salvation. The Book of Hebrews is a text that contains both covenant theology and high Christology. The supremacy of Jesus is also described in Hebrews. Hebrews 7:22 is a verse that explains the intersection between covenant theology and the supremacy of Jesus. Understanding covenant theology can lead the congregation to reverence and awe toward a God who interacts directly with humanity. The supremacy of Jesus plays a central role as the fulfiller and guarantor of the new covenant for humanity through His redemptive work. Using a qualitative descriptive approach, this study will expose the implications of covenant theology for the supremacy of Jesus from the perspective of Hebrews 7:22. AbstrakArtikel ini dibuat untuk menjelajahi hubungan teologi kovenan terhadap keutamaan Yesus dalam persepktif Ibrani 7:22 serta implikasinya bagi kehidupan jemaat. Teologi kovenan melukiskan hubungan antara Allah dan manusia yang terdapat di dalam catatan Alkitab dari Kejadian sampai dengan Wahyu. Teologi kovenan mengartikulasikan janji Allah kepada manusia termasuk janji keselamatan. Kitab Ibrani adalah termasuk kitab yang mengandung teologi kovenan dan juga kristologi yang tinggi. Keutamaan Yesus juga dideskripsikan di dalam kitab Ibrani. Ibrani 7:22 adalah ayat yang menjelaskan persinggungan antara teologi kovenan serta keutamaan Yesus. Pengenalan teologi kovenan akan membawa jemaat mengalami rasa hormat dan takjub tentang Allah yang berinteraksi secara langsung kepada umat manusia. Keutamaan Yesus memiliki peranan sentral sebagai pemenuh dan penjamin kovenan baru bagi manusia melalui karya penebusanNya. Dengan penelitian kualitatif deskriptif, penelitian ini akan mengekspos implikasi teologi kovenan terhadap keutamaan Yesus dalam sudut pandang Ibrani 7:22.
Analisis Teologis: "Total Depravity" dalam Konteks Teologi Kovenan dan Refleksinya terhadap Kehidupan Manusia
Daniel Pesah Purwonugroho;
Yohanes Telaumbanua
KHAMISYIM: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 2 (2024): April
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Batu, Malang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Total Depravity is the condition of human sinfulness resulting from the failure of Adam and Eve to respond to God's covenant of work in the Garden of Eden. Sin renders human consciousness incapable of choosing to accept salvation from God. The state of total depravity renders humans entirely unable to respond to the covenant between humanity and God. Covenant Theology begins with God taking the initiative to establish a covenant of work with Adam. Adam's failure results in death entering the lives of humanity. Jesus, the eternal Son of God, enters into a covenant with God the Father. Jesus and His faithfulness become the determining factor in the covenant between God and humanity. Through a descriptive qualitative approach, the author expounds on the condition of total depravity and how Jesus serves as the focal point of a superior covenant, along with its reflection in human life. Abstrak Total depravity adalah kondisi keberdosaan manusia akibat dari kegagalan Adam dan Hawa merespon perjanjian kerja Allah di taman Eden. Dosa membuat kesadaran manusia tidak mungkin membuat manusia dapat memilih untuk menerima anugerah keselamatan dari Allah. Dalam keadaan rusak total, mustahil bagi manusia untuk mengadakan perjanjian antara manusia dan Tuhan. Teologi perjanjian dimulai dengan Allah mengambil inisiatif untuk membuat kontrak yang sah dengan Adam. Adam gagal, kegagalan Adam membawa kematian pada kehidupan manusia. Yesus adalah Allah Anak yang berasal dari kekekalan yang mengikat perjanjian dengan Allah Bapa. Yesus dan kesetiaanNya menjadi penentu perjanjian antara Allah dengan manusia. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis menguraikan tentang kondisi total depravity dan bagaimana Yesus menjadi titik tumpu perjanjian yang lebih baik serta refleksinya dalam kehidupan manusia. Kata Kunci : Total Depravity, Kovenan, Refleksi, Yesus
Eksplorasi Teologi Kovenan dan Kepastian Janji Allah dalam 2 Korintus 1:20 pada Dinamika Spiritual Jemaat
Purwonugroho, Daniel Pesah
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 5, No 2 (2024): NOVEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55097/sabda.v5i2.144
This paper is crafted with the aim of exploring covenant theology and the certainty of promises in 2 Corinthians 1:20 concerning the spiritual dynamics of the congregation. Covenant theology frames the interaction between God and humanity and is divided into two systems: the covenant of works and the covenant of grace, each with distinct focal points. Jesus Christ plays a significant role in both systems, fulfilling the covenant of works and serving as the mediator between God and humanity within the covenant of grace. Jesus Christ is also the central figure of God's promises, as expressed in 2 Corinthians 1:20. God's promises have a significant impact on the spiritual life of the congregation. In addition to God's promises, covenant theology positively influences the spiritual dimension of the congregation. Through a descriptive qualitative approach, the author explores covenant theology and the certainty of promises in 2 Corinthians 1:20 for the congregation's spiritual dynamics. The author asserts that the exploration of covenant theology and the certainty of promises in 2 Corinthians 1:20 has a significant positive impact on the spiritual dynamics of the congregation. AbstrakTulisan ini dirangkai dengan tujuan untuk mengeksplorasi teologi kovenan dan kepastian janji dalam 2 Korintus 1:20 pada dinamika spiritual jemaat. Teologi kovenan merupakan teologi yang membingkai interaksi Allah dengan manusia. Teologi kovenan terbagi dalam 2 sistem yaitu kovenan kerja dan kovenan anugerah dimana masing-masing kovenan memiliki titik tumpu yang berbeda. Yesus Kristus memiliki peran signifikan di dalam 2 sistem tersebut dimana Yesus Kristus menggenapi kovenan kerja dan menjadi perantara Allah dan manusia di dalam kovenen anugerah. Yesus Kristus juga menjadi pusat janji Allah yang dinyatakan di dalam 2 Korintus 1:20. Janji Allah memilki dampak yang signifikan dalam membangun kehidupan rohani jemaat. Selain janji Allah, teologi kovenan juga memberikan pengaruh positif di dalam sisi spiritual jemaat. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis akan mengeksplorasi teologi kovenan dan kepastian janji dalam 2 Korintus 1:20 bagi dinamika spiritual jemaat. Penulis menegaskan bahwa eksplorasi teologi kovenan dan kepastian janji dalam 2 Korintus 1:20 memberi dampak positif yang signifikan di dalam dinamika spiritual jemaat yaitu jemaat akan mengalami pertumbuhan rohani baik secara individu maupun secara komunal.
Gereja dan Pendidikan Rohani: Kajian Teologis 1 Timotius 4:7-8 terhadap Pengembangan Kehidupan Rohani Jemaat
Purwonugroho, Daniel Pesah
MAWAR SARON: Jurnal Pendidikan Kristen dan Gereja Vol. 7 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Mawar Saron Lampung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.62240/msj.v7i2.79
Tulisan ini dirangkai demi menelusuri gereja dan pendidikan rohani melalui kajian teologis 1 Timotius 4:7-8 terhadap pengembangan kehidupan rohani jemaat. Gereja merupakan tempat dimana jemaat orang percaya membangun kehidupan spiritualnya. Gereja dan pendidikan rohani memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Pendidikan rohani memfasilitasi pengembangan kehidupan keimanan jemaat dalam hubungannya dengan Tuhan. 1 timotius 4:7-8 merupakan dasar yang tepat untuk membangun kedisiplinan ibadah yang adalah pendidikan rohani di dalam gereja. 1 Timotius 4:7-8 memberikan penegasan tentang urgensi ibadah sebagai sarana untuk meningkatkan kesalehan demi merespon kondisi sosial pada saat itu. Ibadah memberikan penguatan moral sehingga jemaat Kristen awal memiliki integritas dalam menghadapi kehidupan yang serba immoral. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif dan studi pustaka, penulis mencoba menelusuri kajian teologis 1 Timotius 4:7-8 dalam hubungannya dengan gereja dan pendiidkan rohani. Penulis menyatakan bahwa kajian teologis 1 Timotius 4:7-8 menegaskan bahwa gereja dan pendidikan rohani berperan penting dalam pengembangan kehidupan rohani jemaat.
Teologi Salib dan Total Depravity: Membangun Kerangka Etika Kristen yang Berpusat pada Penebusan
Nugroho, Binuko Edi;
Purwonugroho, Daniel Pesah
EPIGRAPHE (Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani) Vol 8 No 2: November 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Tulisan ini dirangkai dalam rangka membangun kerangka etika Kristen yang berpusat pada penebusan melalui kombinasi teologi salib dan doktrin total depravity. Teologi salib menggarisbawahi kuasa Allah untuk keselamatan melalui salib Kristus. Total depravity menegaskan tentang kebobrokan manusia karena dosa yang diwarisi oleh Adam dan Hawa. Kerangka etika Kristen yang dibangun atas dasar kombinasi teologi salib dan total depravity akan membawa setiap orang Kristen berpusat pada penebusan untuk membangun kehidupan etisnya. Dengan demikian, setiap orang Kristen akan mengalami kuasa transformatif yang akan membawa setiap orang Kristen dapat menunjukkan kehidupan etis serta moral dengan kuasa ilahi. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mencoba menelusuri keterkaitan antara teologi salib dan total depravity untuk membangun kerangka etika Kristen yang berpusat pada penebusan. Penulis menegaskan bahwa teologi salib dan total depravity dapat membawa setiap orang Kristen membangun kerangka etika yang berpusat pada penebusan karena disanalah ada kuasa transformatif yang dapat mengubah dan membangun kehidupan etis setiap orang percaya.
Relevansi Hypostasis Union dalam Memperkuat Monoteisme Kristen: Refleksi Teologis atas Karya Salib Kristus
Purwonugroho, Daniel Pesah;
Adi, Didit Yuliantono;
Prasetyo, Louis Budi
Jurnal Lentera Nusantara Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen (Desember 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.59177/jln.v4i1.322
This paper is organized to explore the relevance of hypostasis union to strengthen Christian monotheism through theological reflection on the work of the cross of Christ. Hypostasis union is a doctrine that embodies the unity in divinity and mortality of Jesus Christ. Hypostasis union strengthens Christian monotheism where Christian monotheism is the belief in the one true God through Jesus Christ. The work of the cross of Jesus Christ is crucial in affirming Christian monotheism. The concept of hypostasis union has its foundation in the gospel where the monotheistic God is embodied in the perspective of the trinity without harming monotheism. In the perspective of hypostasis union, the triune God carries out the mission of saving humanity through the work of the cross of Jesus Christ. The work of the cross of Jesus Christ gives confirmation of the belief in one God who saves. Through descriptive qualitative research method, the author will reveal the relevance of hypostasis union in strengthening Christian monotheism through theological reflection on the work of the cross of Jesus Christ. The author states that hypostasis union affirms the one and only God where the transcendent God involves Himself in the history of humanity's salvation through the work of the cross of Jesus Christ.AbstrakTulisan ini dirangkai guna mengekslporasi relevansi hypostasis union untuk memperkuat monoteisme Kristen melalui refleksi teologis karya salib Kristus. Hypostasis union merupakan doktrin yang mengejawantahkan kesatuan dalam divinitas dan mortalitas Yesus Kristus. Hypostasis union memberikan penguatan terhadap monoteisme Kristen dimana monoteisme Kristen merupakan keyakinan akan Allah yang satu dan sejati melalui Yesus Kristus. Disatu sisi, arya salib Yesus Kristus merupakan hal yang krusial dalam menegaskan monoteisme Kristen. Konsep hypostasis union memiliki landasan dari Injil dimana Allah yang monoteistik diejawantahakn di dalam perspektif trinitas tanpa menciderai monoteisme. Di dalam perspektif hypostasis union, Allah yang tritunggal tersebut menjalankan misi penyelamatan manusia melalui karya salib Yesus Kristus. Karya salib Yesus Kristus memberikan pengukuhan keyakinan terhadap satu Allah yang menyelamatkan. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif, penulis akan mengungkapkan relevansi hypostasis union dalam memperkuat monoteisme Kristen melalui refleksi teologis atas karya salib Yesus Kristus. Penulis menyatakan bahwa hypostasis union memberikan penegasn terhadap Allah yang satu dan esa dimana Allah yang transenden melibatkan diri di dalam sejarah keselamatan umat manusia melalui karya salib Yesus Kristus dan penelitian ini akan memberikan kebaharuan untuk memperkuat posisi monoteisme Kristen.
Kecerdasan Spiritual dalam Memfasilitasi Kesembuhan Luka Batin: Memetakan Pengaruhnya pada Kehidupan Rohani Jemaat
Nugroho, Binuko Edi;
Purwonugroho, Daniel Pesah
JURNAL TERUNA BHAKTI Vol 7, No 1: Agustus 2024
Publisher : SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN TERUNA BHAKTI
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47131/jtb.v7i1.210
This article is designed to explore the role of spiritual intelligence in facilitating the healing of emotional wounds and its impact on the spiritual life of congregants. Spiritual intelligence is an essential aspect of human life, including the life of believers within a congregation. It facilitates emotional and cognitive functions, enabling individuals to comprehend truth and foster personal growth. Moreover, spiritual intelligence is correlated with emotional healing, as it helps believers grasp the meaning of forgiveness by influencing their emotional state. Forgiveness from spiritual intelligence can lead congregants to experience healing from emotional wounds. The healing of these wounds is crucial in congregants' lives, allowing them to live in peace, individually and communally. Congregants can undergo a personal transformation when they experience emotional healing. Through a descriptive qualitative approach, the author examines the role of spiritual intelligence in facilitating the healing of emotional wounds and its influence on the congregation's spiritual life. The author concludes that spiritual intelligence is vital in emotional healing and positively influences the congregation's spiritual life. Abstrak Artikel ini didesain untuk memahami peran kecerdasan spiritual dalam menyediakan kesembuhan luka batin dan pengaruhnya pada kehidupan rohani jemaat. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berperan di dalam kehidupan manusia termasuk juga di dalam kehidupan jemaat orang percaya. Kecerdasan spiritual memfasilitasi fungsi emosi dan kognitif sehingga seseorang dapat memahami kebenaran dan dapat mengembangkan diri. Kecerdasan spiritual juga berkolerasi dengan kesembuhan batin. Kecerdasan spiritual dapat membantuk jemaat orang percaya memahami makna pengampunan dikarenakan kecerdasan spiritual berpengaruh pada sisi emosional jemaat. Pengampunan yang muncul oleh kecerdasan spiritual dapat membawa jemaat mengalami kesembuhan dari luka batin. Kesembuhan luka batin berdampak vital di dalam kehidupan jemaat. Jemaat dapat hidup dengan damai dalam konteks individu maupun komunal. Jemaat juga dapat bertransformasi diri saat mengalami kesembuhan luka batin. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mencoba untuk menelusuri peran kecerdasan spiritual dalam memfasilitasi kesembuhan luka batin dan pengaruhnya dalam kehidupan rohani jemaat. Penulis menyatakan bahwa kecerdasan spiritual berperan penuh secara aktif & vital. Kecerdasan spiritual juga dibutuhkan dalam kesembuhan luka batin serta memberikan pengaruh positif dalam kehidupan rohani jemaat.
Monoteisme Kristologi dalam Kolose 1:15-20: Sebuah Kajian Eksegetis dan Implikasi Dogmatis
Purwonugroho, Daniel Pesah;
Nugroho, Binuko Edi
DIDASKO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 4, No 2 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristen - Oktober 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Diaspora Wamena
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.52879/didasko.v4i2.137
Tulisan ini dirangkai untuk memberi penjelasan tentang monoteisme Kristologi dalam Kolose 1:15-20 melalui kajian eksegetis serta menarik implikasi secara dogmatis. Monoteisme membingkai konsep Allah yang satu, benar dan sejati. Kristologi Paulus menekankan keilahian Yesus Kristus yang merupakan Allah yang sejati. Monoteisme Kristologi merupakan upaya untuk mendamaikan unsur Allah yang satu dan benar dalam terang divinitas Yesus Kristus. Upaya tersebut terlihat dari tulisan Paulus di dalam Kolose 1:15-20. Kolose 1:15-20 memberikan sebuah konsep berpikir tentang Yesus Kristus yang ilahi, yang terlibat di dalam penciptaan, penebusan dan kehidupan manusia. Kolose 1:15-20 tidak memiliki kontradiksi dengan monoteisme dalam budaya Yahudi. Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, penulis mencoba untuk mengurai monoteisme dan Kristolog dalam Kolose 1:15-20. Analisis eksegesis yang tepat menyatakan bahwa monoteisme Kristologi dalam Kolose 1:15-20 menyatakan tentang divinitas absolut Yesus Kristus dan hubungannya dengan Allah serta memberikan sumbangsih yang besar terhadap pemikiran teologi Kristen yang jauh lebih kompleks.
MODEL PENDIDIKAN KRISTEN BERBASIS KASIH ALLAH DALAM MENINGKATKAN KESADARAN PERTOBATAN
Purwonugroho, Daniel Pesah
Metanoia Vol 7 No 1 (2025): Metanoia Januari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55962/metanoia.v7i1.170
Tulisan ini dirangkai dengan tujuan mendeskripsikan model pendidikan Kristen berbasis kasih Allah untuk meningkatkan kesadaran pertobatan dalam diri peserta didik. Pendidikan Kristen berperan signifikan untuk meningkatkan sikap moral spiritual peserta didik. Namun, sikap pertobatan mulai terkikis dengan sikap egosentris yang muncul karena perkembangan zaman modern ini. Diperlukan sebuah model pendidikan Kristen yang sanggup membawa peserta didik memiliki kesadaran akan pertobatan. Melalui penelitian kualitatif deskriptif, penulis mencoba meneliti tentang kasih Allah sebagai basis model pendidikan Kristen untuk membawa peserta didik memiliki kesadaran akan pertobatan. Penulis menegaskan bahwa kasih kasih Allah sebagai basis pendidikan Kristen mampu membawa peserta didik menyadari keselamatan Allah yang tidak layak untuk diterima sehingga muncul kesadaran akan pertobatan yang kemudian menjadi gaya hidup peserta didik. Tulisan ini menawarkan sebuah bentangan inspiratif untuk membangun pendidikan Kristen beserta dengan interaksi pendidikan di dalamnya berbasiskan kasih Allah
MENEMUKAN IMAN DALAM KETIDAKPASTIAN: REFLEKSI TEOLOGIS BERDASARKAN KITAB HABAKUK
Halawa, Iman Kristina;
Purwonugroho, Daniel Pesah;
Wowo, Martha Bela;
Prasetyo, Yosafat Gratia
Manna Rafflesia Vol. 11 No. 1 (2024): Oktober
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Bengkulu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38091/man_raf.v11i1.503
This paper is organized to find faith in uncertainty through theological reflection based on the book of Habakkuk. Habakkuk is a prophet of God in the Old Testament who experienced a difficult time amid King Jehoiakim's reign. The difficulties of life and injustice that occurred during the time of King Jehoiakim made the prophet Habakkuk constantly pray and put his faith in God. This steadfastness of faith needs to be emulated by believers. The modern age in which believers live often brings various challenges, such as the relativism of absolute truth and identity crisis. As a believer living in modern times, I believe that imitating Habakkuk can be done to achieve faith resilience. By having faith resilience as a result of imitating Habakkuk, believers can get through difficult times through their faith. Believers' faith will be trained amid life's uncertainties. Through descriptive qualitative research methods, the author tries to narrate the discovery of faith amid uncertain conditions through theological reflection based on the book of Habakkuk. The author states that the theological reflection of the book of Habakkuk brings believers to have faith that even amid uncertainty, God still answers prayer.