Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Hasil dan Komponen Hasil Kedelai (Glycine max L. Merr) yang Diberi Pemupukan Nitrogen Lanjutan pada Fase Reproduktif (R1) Salim, Helmi; Nusifera, Sosiawan; Fathia, Nyimas Myrna Elsa
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 1 No 1 (2017): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.217 KB) | DOI: 10.33019/agrosainstek.v1i1.2

Abstract

This research aim to determine the effect of continued nitrogen fertilization to reproductive phase on yield and yield components of soybean. The experiment conducted in teaching and research farm, Faculty of Agriculture, University of Jambi from April to September 2014. The experiment arranged in factorial randomized block design with two replications. First factor were four soybean varieties and second factor were dosages of continued nitrogen fertilization consist of 0 kg ha-1 (n0), 40 kg ha-1 (n1), 50 kg ha-1 (n2) and 60 kg ha-1. Measured variables observed were the length of reproductive phase, number of pods per plant, number of filled pods, weight of 100 seeds, and weight of seed per plant. The result showed that nitrogen did not have effect on evaluated varieties. There were differences in length of reproductive phase, number of pods per plant, number of filled pods, and weight of 100 seeds among soybean varieties. The second nitrogen fertilization with different dosages gave significant effect in number of pods per plant, number of filled pods and weight of seed per plant. Four varieties had same yield potential if developed around research area, but to get larger seed size, Anjasmoro variety was highly recommended. The best dosage to increase yield between varieties was n2 (50 kg N ha-1).
Respons Beberapa Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) terhadap Pemupukan Nitrogen Kedua Pada Awal Fase Reproduktif Nusifera, Sosiawan; Simanjuntak, JS; Fitriani, MS
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 1 No 2 (2017): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.5 KB) | DOI: 10.33019/agrosainstek.v1i2.9

Abstract

Research aimed to know responses of several mungbean cultivars to second nitrogen fertilization at early reproductive stage and find the best dose for each cultivar, was conducted in experimental station of Faculty of Agriculture, Jambi University started from January 2016 until March 2016. This was a factorial experiment arranged in randomized block design with two replications. The first factor was mungbean cultivars comprised four levels namely ‘Betet’,’Walet’, ‘Parkit’, ‘Perkutut’ and the second factor was second nitrogen fertilization comprised three levels namely without second fertilization, 30 kg N ha-1 , 40 kg N ha-1 , 50 kg N ha-1 . Variables observed were period of reproductive stage (days), number of pod per plant, number of filled pod per plant, seed weight per plant (g), and 1000 seed weight (g). Data were analyzed by using analysis of variance continued with LSD test with significance level of 5%. Results indicated that there were different responses among four mungbean cultivars to second nitrogen fertilization at early reproductive stage, especially on variables of filled pod number per plant and seed weight per plant. Best dose for each cultivar was 40 kg N ha-1 for ‘Walet’ and 30 kg N ha-1 for Parkit, whereas on cultivar ‘Betet’ and ‘Perkutut’, second N fertilization seemed to have no significant effect.
Diversitas Genetik Populasi Padi (Oryza sativa L.) Payo di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi Berdasarkan Marka Morfologi Nusifera, Sosiawan; Alia, Yulia; Lestari, Ardiyaningsih Puji; Maulana, Muhammad
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 4 No 1 (2020): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.085 KB) | DOI: 10.33019/agrosainstek.v4i1.130

Abstract

Padi payo merupakan salah satu varietas padi lokal dari Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yang cukup populer disebabkan tekstur dan citarasa yang enak. Eksistensi padi payo semakin lama semakin terancam akibat pembangunan infrastruktur dan beralihnya pilihan petani ke varietas unggul modern. Penelitian ini bertujuan mengetahui diversitas genetik populasi padi payo di Kabupaten Kerinci berdasarkan marka morfologi. Penelitian bersifat non eksperimen, data diperoleh dari hasil survai atau karakterisasi langsung secara in situ. Penentuan sampel dilakukan secara Proportionate Stratified Random Sampling. Karakter yang diobservasi merupakan karakter morfologi yang diukur secara kualitatif dan kuantitatif dengan mengacu pada panduan yang dikeluarkan oleh Bioversity International, IRRI, dan WARDA, dengan sedikit modifikasi. Data yang diukur secara kuantitatif dianalisis dengan menggunakan parameter koefisien keragaman sedangkan data yang diukur secara kualitatif dianalisis dengan parameter indeks diversitas relatif (J). Diversitas genetik antar individu dalam populasi dianalisis dengan menggunakan analisis klaster yang ditampilkan dalam bentuk dendrogram. Hasil menunjukkan bahwa beberapa karakter morfologi yaitu jumlah anakan produktif, sudut daun bendera, kerontokan, jumlah gabah hampa, warna telinga daun, warna leher daun, permukaan daun, dan warna gabah, memperlihatkan variabilitas yang luas hingga sangat luas, sedangkan karakter lainnya sempit dan sangat sempit. Terdapat diversitas genetik yang luas dalam populasi padi payo di Kabupaten Kerinci. Tidak kurang dari 21 genotipe berbeda terdapat dalam populasi padi payo saat ini.
Potensi Bakteri Endofit sebagai Agens Hayati untuk Mengendalikan Penyakit Blas pada Tanaman Padi Husda Marwan; Sosiawan Nusifera; Sri Mulyati
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 26 No. 3 (2021): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.26.3.328

Abstract

Bakteri endofit merupakan salah satu kelompok mikrob yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agensia pengendalian hayati penyakit pada tanaman padi. Bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman padi varietas lokal di Jambi telah diteliti mampu mengendalikan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Selanjutnya diteliti potensi bakteri endofit tersebut dalam mengendalikan penyakit blas yang sebabkan oleh Pyricularia oryzae dan pengaruhnya pada produksi padi. Isolat bakteri endofit diuji daya hambatnya terhadap P. oryzae menggunakan metode biakan ganda. Isolat yang mampu menghambat pertumbuhan mikrob tersebut secara in vitro, selanjutnya diujikan pada tanaman padi varietas Cisadane. Akar bibit padi direndam dalam suspensi bakteri endofit selama 6 jam kemudian ditanam pada media tanah dan pupuk kandang steril. Patogen diinokulasikan dengan menyemprotkan suspensi konidia mikrob pada permukaan daun padi pada 14 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 10 isolat bakteri endofit mampu menghambat pertumbuhan P. oryzae sebesar 26,56-79,69%. Perlakuan bakteri endofit pada bibit padi sebelum tanam mampu menghambat keparahan penyakit blas daun 23,90-65,42% dan blas malai 58,47-96,46%, serta meningkatkan persentase gabah terisi. Kata kunci: pengendalian hayati, padi, Pyricularia oryzae
RESPONS TANAMAN BENGKUANG BUDIDAYA (Pachyrrhizus erosus L. Urban) TERHADAP PEMANGKASAN REPRODUKTIF UNTUK KARAKTER HASIL DAN KUALITAS UBI Sosiawan Nusifera -; Agung Karuniawan -
Bionatura Vol 11, No 1 (2009): Bionatura Maret 2009
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Percobaan yang bertujuan mengevaluasi respons dari 27 genotip bengkuang (Pachyrrhizus erosus L. Urban) terhadap pemangkasan sink reproduktif telah dilakukan di musim kemarau di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unpad, Jatinangor. Percobaan lapang dilakukan mulai Februari hingga Agustus 2006. Percobaan terdiri dari dua set yang masing-masing set disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 27 genotip bengkuang yang dikoleksi dari berbagai wilayah Indonesia and genotip leluhurnya dari Amerika Tengah dan selatan sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Dua set percobaan tersebut dibedakan dengan perlakuan pemangkasan sink reproduktif. Karakter yang diamati adalah bobot ubi (g), bahan kering ubi (%), kadar pati ubi (%) dan kadar protein ubi (%). Data dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji gugus Scott-Knott, dan uji t-student. Hasil menunjukkan, bahwa tidak terdapat perbedaan antara 27 genotip bengkuang untuk semua karakter yang diamati pada populasi tanpa pemangkasan reproduktif. Sedangkan perbedaan respons 27 genotip pada populasi dengan pemangkasan hanya terlihat pada karakter bobot ubi. Perlakuan pemangkasan reproduktif hanya berpengaruh nyata terhadap bobot ubi.Kata kunci : Ubi, bengkuang, pemangkasan reproduktif
STABILITAS KADAR BAHAN KERING UBI 16 GENOTIP BENGKUANG (Pachyrhizus erosus L. Urban) DI JATINANGOR JAWA BARAT BERDASARKAN MODEL AMMI Sosiawan Nusifera; Agung Karuniawan
Zuriat Vol 18, No 1 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i1.6756

Abstract

Penelitian yang bertujuan mengetahui stabilitas kadar bahan kering dari 16 genotip bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) di Jatinangor telah dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unpad, Jatinangor. Percobaan lapang dilakukan pada musim kemarau mulai Februari hingga Agustus 2006 dan musim hujan mulai November 2006 hingga Mei 2007. Percobaan terdiri dari empat set yang masing-masing set disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 16 genotip bengkuang yang dikoleksi dari berbagai wilayah Indonesia and genotip leluhurnya dari Amerika tengah dan selatan sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Empat set percobaan tersebut dibedakan berdasarkan kombinasi musim dan perlakuan pemangkasan sink reproduktif. Empat set tersebut dianggap representasi empat lingkungan yang berbeda. Karakter yang diamati adalah kadar bahan kering ubi (%). Data dianalisis dengan analisis model AMMI (additive main effect and multiplicative interaction) dengan parameter stabilitas AMMI stability value (ASV). Hasil menunjukkan bahwa genotip B-26/NS adalah genotip dengan kadar bahan kering tertinggi dan relatif stabil. B-10/EC550 adalah genotip dengan kadar bahan kering paling stabil. B-33/J, B-12/ECKew, B-80/ENT, dan B-61/EJ adalah genotip-genotip yang beradaptasi pada musim kemarau. Sebaliknya, B77/ENT, B-1/EC033, B-58/EJ, dan B-94/ENT beradaptasi dengan baik pada musim hujan. Genotip-genotip B-12/EC Kew, B-61/EJ, B-23/EC040, dan B-56/CJ lebih responsif terhadap perlakuan pemangkasan. Keempat lingkungan percobaan merupakan lingkungan yang discriminating.
PENGARUH PEMBERIAN STIMULAN ETEFON DAN PEMUPUKAN TERHADAP HASIL LATEKS TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) KLON PB 260 Anis Tatik; Norton Matondang; Sosiawan Nusifera
Jurnal Floratek Vol 13, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.562 KB)

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulan etefon dan dosis pemupukan terhadap hasil lateks tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Klon PB 260. Penelitian ini dilaksanakan Penelitian ini dilaksanakan di kebun masyarakat yang berlokasi di Jl. Tri Brata Km 14. Desa Pondok Meja, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Penelitian ini mengunakan rancangan lapangan dengan meletakan perlakuan secara acak dalam satu-satuan percobaan, terdapat 9 perlakuan dalam penelitian ini yaitu P1 = etefon 2,0% + pupuk 152 g, P2 = etefon 2,0% + PUPUK 220 g, P3 = etefon 2,0% + pupuk 302 g, P4 = etefon 2,5% + pupuk 152 g, P5 =etefon 2,5% + pupuk 220 g, P6 = etefon 2,5% + pupuk 302 g, P7 = etefon 3,0% + pupuk 152 g, P8 = etefon 3,0% + pupuk 220 g, P9 = etefon 3,0% + PUPUK 302 g. Variabel yang diamati meliputi berat lateks, volume lateks dan kadar karet kering (KKK) olahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian etefon dan pupuk menunjukan intraksi terhadap hasil lateks. Pemberian etefon 3,0% + pupuk 152 g, etefon 3,0% + pupuk 220 g, etefon 3,0% + pupuk 302 g menunjukan berat lateks dan volume lateks tertinggi dibandingankan dengan perlakuan lainnya namun berbanding terbalik terhadap kadar karet kering (KKK) olahan. Kadar karet kering (KKK) olahan terbaik ditunjukan oleh perlakuan etefon 2,0% + pupuk 220 g. Pemberian etefon menunjukan pengaruh nyata terhadap hasil lateks, sedangkan pemberian pupuk tidak menunjukan pengaruh terhadap hasil lateks.
Analisis Stabilitas Hasil Ubi 27 Genotipe Bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) di Jatinangor Jawa Barat Berdasarkan Model AMMI Sosiawan Nusifera; Agung Kurniawan
Buletin Plasma Nutfah Vol 14, No 1 (2008): June
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v14n1.2008.p19-25

Abstract

Research aimed at estimating yield stability of 27 yam bean (Pachyrhizus erosus L. Urban) genotypes in Jatinangor was conducted at dry and rain seasons at the experimental station of Faculty of Agriculture Unpad, Jatinangor. Field trials at dry season was started from February to August 2006 and at rain season started from November 2006 to May 2007. Field plot consisted of four sets arranged in Randomized Block Design with 27 genotypes collected from various Indonesia regions and its ancestor from Central and South America as treatment and replicated twice. The four field trial sets were differed based on season and reproductive pruning treatment and considered as four different environment. Character observed was tuber weight per plant (g). Data was analysed with AMMI (additive main effect and multiplicative interaction). Result indicated that B-23/EC040 was highest yielding genotype, but less stable. In contrast, B-33/J, B-26/NS, B-10/EC550, and B-94/ENT were moderate yielded but had higher level of stability. Environment IV (rain season; pruning) was good environment where genotypic variation seemed more consistent with B-23/EC040 as best genotype. Best genotype in discriminating environment (I) was B-55/CJ, and in environment II was B-80/ENT. Whereas in Less discriminating environment III, B-15/EC104 was the best genotypeAbstrakPenelitian yang bertujuan untuk mengetahui stabilitas hasil dari 27 genotipe bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) telah dilakukan pada musim kemarau dan musim hujan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unpad, Jatinangor. Percobaan pada musim kemarau berlangsung sejak Februari-Agustus 2006 dan percobaan pada musim hujan berlangsung sejak November 2006-Mei 2007. Percobaan terdiri atas empat set, masing-masing disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 27 genotipe bengkuang yang dikoleksi dari berbagai wilayah Indonesia dan genotipe leluhurnya dari Amerika Tengah dan Selatan sebagai perlakuan dan diulang dua kali. Empat set percobaan tersebut dibedakan berdasarkan kombinasi musim dan perlakuan pemangkasan sink reproduktif, atau representasi dari empat lingkungan yang berbeda. Karakter yang diamati adalah bobot ubi per tanaman. Data dianalisis dengan model AMMI (additive main effect and multiplicative interaction). Hasil penelitian menunjukkan B-23/EC040 adalah genotipe berdaya hasil tertinggi, namun kurang stabil. Sebaliknya, B-33/J, B-26/NS, B-10/EC550, dan B-94/ENT adalah genotipe dengan hasil di atas rata-rata namun memiliki stabilitas yang lebih tinggi. Lingkungan IV (musim hujan dengan pemangkasan) adalah lingkungan baik di mana variasi genotipe terlihat lebih konsisten dengan B-23/EC040 sebagai genotipe terbaik. Genotipe terbaik pada lingkungan I adalah B-55/CJ, pada lingkungan II B-80/ENT, dan pada lingkungan III B-15/EC104.
Hasil dan Komponen Hasil Kedelai (Glycine max L. Merr) yang Diberi Pemupukan Nitrogen Lanjutan pada Fase Reproduktif (R1) Helmi Salim; Sosiawan Nusifera; Nyimas Myrna Elsa Fathia
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 1 No 1 (2017): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.217 KB) | DOI: 10.33019/agrosainstek.v1i1.2

Abstract

This research aim to determine the effect of continued nitrogen fertilization to reproductive phase on yield and yield components of soybean. The experiment conducted in teaching and research farm, Faculty of Agriculture, University of Jambi from April to September 2014. The experiment arranged in factorial randomized block design with two replications. First factor were four soybean varieties and second factor were dosages of continued nitrogen fertilization consist of 0 kg ha-1 (n0), 40 kg ha-1 (n1), 50 kg ha-1 (n2) and 60 kg ha-1. Measured variables observed were the length of reproductive phase, number of pods per plant, number of filled pods, weight of 100 seeds, and weight of seed per plant. The result showed that nitrogen did not have effect on evaluated varieties. There were differences in length of reproductive phase, number of pods per plant, number of filled pods, and weight of 100 seeds among soybean varieties. The second nitrogen fertilization with different dosages gave significant effect in number of pods per plant, number of filled pods and weight of seed per plant. Four varieties had same yield potential if developed around research area, but to get larger seed size, Anjasmoro variety was highly recommended. The best dosage to increase yield between varieties was n2 (50 kg N ha-1).
Respons Beberapa Kultivar Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) terhadap Pemupukan Nitrogen Kedua Pada Awal Fase Reproduktif Sosiawan Nusifera; JS Simanjuntak; MS Fitriani
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 1 No 2 (2017): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/agrosainstek.v1i2.9

Abstract

Research aimed to know responses of several mungbean cultivars to second nitrogen fertilization at early reproductive stage and find the best dose for each cultivar, was conducted in experimental station of Faculty of Agriculture, Jambi University started from January 2016 until March 2016. This was a factorial experiment arranged in randomized block design with two replications. The first factor was mungbean cultivars comprised four levels namely ‘Betet’,’Walet’, ‘Parkit’, ‘Perkutut’ and the second factor was second nitrogen fertilization comprised three levels namely without second fertilization, 30 kg N ha-1 , 40 kg N ha-1 , 50 kg N ha-1 . Variables observed were period of reproductive stage (days), number of pod per plant, number of filled pod per plant, seed weight per plant (g), and 1000 seed weight (g). Data were analyzed by using analysis of variance continued with LSD test with significance level of 5%. Results indicated that there were different responses among four mungbean cultivars to second nitrogen fertilization at early reproductive stage, especially on variables of filled pod number per plant and seed weight per plant. Best dose for each cultivar was 40 kg N ha-1 for ‘Walet’ and 30 kg N ha-1 for Parkit, whereas on cultivar ‘Betet’ and ‘Perkutut’, second N fertilization seemed to have no significant effect.