Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

UJI EFEKTIVITAS NYERI EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni) TERHADAP MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DI INDUKSI ASAM ASETAT 1%. Farid, Nurfiddin; Wahid, Hilmiati; Aliah, Ahmad Irsyad
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 1, No 2 (2021): Agustus, 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v1i2.214

Abstract

Nyeri adalah perasaan sensorik dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Biji mahoni (Swietenia mahagoni), mengandung senyawa flavanoid yang mampu memberikan efek analgetik dengan menghambat biosintesis prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analalgetik ekstrak etanol biji mahoni (Swierenia mahagoni) pada mencit jantan (Mus musculus) yang di induksi asam asetat 1%. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian Posttest Only Control Group Design. Hewan uji dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing perlakuan terdiri dari lima ekor mencit jantan (Mus musculus) dengan pemberian kontrol yang berbeda-beda, Mencit 1 (Na CMC 0,5% kontrol negatif), mencit 2 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 100mg), mencit 3 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 200mg), mencit 4 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 400mg) dan mencit 5 (Ibuprofen 400mg kontrol positif). Hasil penelitian yang diperoleh ekstrak biji mahoni memiliki khasiat sebagai analgetik pada dosis 100mg 37,79%, dosis 200mg 57,40% dan ekstrak etanol biji mahoni dosis 400mg 70,80%. Hasil terbaik diperoleh pada konsentrasi 400mg yaitu 70,80%, semakin tinggi dosis ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni) semakin besar pula daya analgetiknya.Kata Kunci:  Nyeri, analgetik, biji mahoni, Flavonoid. 
Formulasi Gel Dan Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Meniran (Phyllanthus Niruri L.) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Kelinci Jantan (Oryctolagus Cuniculus) Wahyuni Wahyuni; Ahmad Irsyad Aliah; Erni Semboh
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16, No 1 (2021): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v16i1.1798

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang Formulasi Gel Dan Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Kelinci Jantan (Orygtolagus cuniculus). Daun meniran (Phyllanthus niruri L.) memiliki kandungan saponin, flavonoid. Daun meniran (Phyllanthus niruri L.) diekstraksi dengan metode meserasi menggunakan cairan penyari etanol 70%. Perlakuan dibagi 5 kelompok yaitu kontrol negatif (Gel basis tanpa ekstrak) dan control positif (Povidone Iodine), konsentrasi 3%, konsentrasi 6%, dan konsentrasi 9%. Gel dioileskan pada kulit kelinci (sebanyak 3-4 kali sehari ) . Uji efek penyembuhan luka sayat pada kulit kelinci yang telah diberikan perlakuan sayat pada kulit untuk semua sediaan gel ekstrak etanol daun meniran (Phyllanthus niruri L.) 3%, 6%, 9%  beserta kontrol negatif dan kontrol positif . Dari hasil uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dapat disimpulkan bahwa sediaan gel ekstrak Daun meniran (Phyllanthus niruri L.) pada konsentrasi 3%, 6%, dan 9% memberikan efek penyembuhan luka sayat yang baik. Semakin tinggi konsentrasi sediaan gel maka semakin cepat penyembuhan luka sayat.Kata kunci : Gel, ekstrak daun meniran, luka sayat, kelinci jantan (Oryctolagus cuniculus) 
Uji Efektivitas Antihiperglikemik Ekstrak Etanol Kulit Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap Mencit Jantan (Mus Musculus) Dengan Metode Uji Toleransi Glukosa Ahmad Irsyad Aliah; Ela Afriana; Nurmala Sari
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 16, No 1 (2021): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v16i1.1801

Abstract

Kulit kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki kandungan senyawa glycoalkaloid dan flavonoid yang diketahui dapat berefek sebagai antihiperglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol kulit kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai antihiperglikemik terhadap mencit jantan (Mus musculus) dengan metode uji toleransi glukosa. Ekstrak diperoleh dari metode maserasi menggunakan pelarut Etanol 96 %, mencit 15 ekor dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok  kontrol negatif  diberikan Na.CMC 1%, kelompok kontrol positif diberikan Acarbosa 0,13 mg dan tiga kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol kulit kentang (Solanum tuberosum L.)  dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10%, pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit 30, 60, 90 dan 120 setelah diinduksi glukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kentang (Solanum tuberosum L.) memiliki efek terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit, kadar gula darah normal mencit yaitu 62-175 mg/dL. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa  ekstrak etanol kulit kentang  (Solanum tuberosum L.) 10 % memberikan efek penurunan kadar glukosa darah  yang lebih besar dari pada ekstrak 7,5 % dan 5 %.
Perbandingan Nilai Persen Transmisi Eritema dan Pigmentasi Dengan Metode Maserasi dan Infusa Kopi Robusta (Coffea Canephora Pierre A. Frohner) Yang Berasal Dari Kabupaten Tana Toraja Gina Yustika Rijar; Nurmala Sari; Ahmad Irsyad Aliah
Jurnal Multidisiplin Madani Vol. 2 No. 6 (2022): June 2022
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/mudima.v2i6.443

Abstract

This research was conducted to determine the comparison of the present value of erythema transmission (%Te) for UV A and pigmentation (%Tp) for UV B using the cold method (maceration) and the hot method (infusion) of Robusta coffee using the spectrophotometric method. Sample extraction was carried out, then dilution was carried out on the ethanol extract and infusion at concentrations of 100 ppm, 120 ppm, 140 ppm, 160 ppm and 180 ppm, and obtained %Te, namely the extract concentration of 100 ppm including Fast tanning category, 120 ppm extra suntan category, concentration 140, 160, 180 ppm in the category of extra protection and % Tp all concentrations in the category of sunblock. the infusion has not reached the category of %Te and %Tp infusion of fast tanning category for concentrations of 100, 120, 140, 160 ppm and extra suntan at a concentration of 180 ppm.
Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Etanol Daun Meniran Hijau Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes Rugayyah Alyidrus; Ahmad Irsyad Aliah; Nur Laela Alydrus; Andi Ulfah Magefirah; Rasyid Nurfadillah
Journals of Ners Community Vol 13 No 1 (2023): Journals of Ners Community
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55129/jnerscommunity.v13i1.2522

Abstract

Meniran Hijau (Phyllantus niruri L) memiliki senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin yang berpotensi sebagai antibakteri. Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui ekstrak etanol daun meniran hijau (Phyllantus niruri L.) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan salep stabil secara fisika dan kimia serta mempunyai aktivitas menghambat bakteri Propionibacterium acne. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorium menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, serta metode sumuran. Dibuat sediaan salep dengan berbagai konsentrasi yaitu, formula 1 (2,5%), formula 2 (5%), formula 3 (7,5%), dan kontrol positif dan negatif. Hasil aktivitas zona hambat didapatkan F1: 8,6 mm (sedang), F2: 8,8 mm (sedang), F3: 11,1 mm (kuat), K(+) : 16,6 mm (kuat), K(-) : 2 mm (lemah). Hasil analisis statistik menggunakan ANOVA SPSS 21.0 dengan berbagai konsentrasi memilikih nilai signifikan (0,001 < 0,05 ) artinya memiliki perbedaan aktivitas setiap formulasi. Kesimpulan salep ekstrak etanol daun meniran hijau (Phlantus niruri L) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan salep yang stabil dari segi mutu yakni dari segi organoleptik,homogenitas dan daya sebar sedangkan dari segi pengukuran pH sediaan salep tidak stabil dimana dipengaruhi oleh suhu yang mengakibatkan terjadinya ketidak stabilan pada pH. Serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acne.
UJI AKTIVITAS SEDIAAN OBAT KUMUR KOMBINASI EKSTRAK DAUN TURI (Sesbania grandiflora L.) DAN DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus Ika Lismayani; Ahmad Irsyad Aliah; Sri Ayu Ulandari
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 4 No. 1 (2023): MARET 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v4i1.12204

Abstract

Kombinasi ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L.) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) memiliki beberapa senyawa metabolit skunder yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri diantaranya alkaloid, flavonoid dan tannin. Pada penelitian ini tanaman tersebut diformulasikan menjadi sediaan berupa obat kumur dengan menggunakan ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L.) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) pada sebuah formulasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L.) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan obat kumur dan untuk mengetahui apakah formulasi sediaan obat kumur memiliki aktivitas antibakteri terhadap staphylococcus aureus. Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorim, daun turi (Sesbania grandiflora L.) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96%, dibuat menjadi sediaan obat kumur dari kombinasi ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L.) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai antibakteridengan variasi konsentrasi yaitu untuk F1 daun turi 2% daun sirih hijau 1%, F2 daun turi 1% daun sirih hijau 2% dan F3 daun turi 2% dan daun sirih hijau 2% dengan evaluasi sediaan secara fisik dan kimia serta pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi teknik paper disk. Didapatkan hasil pada penelitian ini obat kumur ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L.) dan daun sirih hijau (Piper betle L.) yang paling efektif sebagai antibakteri pada formulasi ke III (F3) dengan diameter rata-rata daya hambat sebesar 12,7 mm.
PASTA GIGI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) SEBAGAI ANTIBAKTERI Sri Wahyuningsih; Ivon Sensiana Ndaso; Ahmad Irsyad Aliah
Farmasains : Jurnal Ilmiah Ilmu Kefarmasian Vol. 10 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/farmasains.v10i1.7525

Abstract

Beragam mikroorganisme dapat ditemukan dan hidup dalam rongga mulut, salah satunya Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan karies gigi. Daun beluntas (Pluchea indica L.) mempunyai banyak kandungan senyawa aktif seperti flavonoid yang memiliki aktivitas terhadap bakteri gram positif yang mampu dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesehatan pada rongga mulut terutama gigi seperti bakteri Streptococcus mutans. Salah satu pencegahan terjadinya karies gigi dengan penggunaan pasta gigi secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi pasta gigi dari daun beluntas dan mengetahui aktivitasnya sebagai antibakteri. Daun beluntas (Pluchea indica L.) dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96% kemudian ekstrak etanol daun beluntas (EEDB) diformulasikan menjadi pasta gigi dengan masing-masing konsentrasi 5% (F1), 7,5% (F2); dan 10% (F3) dan diuji aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Hasil penelitian formula pasta gigi menunjukkan tidak terjadi perubahan sebelum dan setelah uji cyling test untuk kestabilan formula pasta gigi. Uji aktivitas pasta gigi EEDB yang diukur dengan jangka sorong menunjukkan konsentrasi 10% (F3) memiliki diameter zona hambat 21,77±0,49 mm mendekati zona hambat pasta gigi merk ‘X’ sebagai pembanding dengan zona hambat 22,00±1,32 mm yang termasuk kategori sangat kuat sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans dengan nilai signifikansi p=1,000 (p>0,05).
POTENSI TABIR SURYA FORMULA SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia L) Chikita Inaku; Ahmad Irsyad Aliah; Marlina Marlina
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 14, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Faculty of Mathematic and Natural Science, Garut University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jifb.v14i2.2643

Abstract

Sinar ultraviolet (UV) dihasilkan dari pancaran cahaya matahari dan memiliki dampak negatif terhadap kulit bila terpapar berlebihan. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan tabir surya. Buah pare (Momordica charantia L.) memiliki kandungan metabolit sekunder diantaranya flavonoid yang bermanfaat sebagai tabir surya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) dapat diformulasikan sebagai sediaan krim yang stabil baik secara fisika dan kimia serta untuk mengetahui apakah formulasi sediaan krim ekstrak etanol buah pare (Momordica charantia L.) memiliki potensi sebagai tabir surya. Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium yakni, ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dibuat dalam bentuk sediaan krim dengan konsentrasi yaitu kontrol negatif, F1 (3%), F2 (5%) dan F3 (7%). Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi sediaan meliputi uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, uji sentrifugasi, uji SPF dan uji cycling test. Dari hasil penelitian menunjukkan ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) baik formula I, II dan III memiliki potensi sebagai sediaan tabir surya dimana nilai tabir surya yang paling tinggi terdapat pada Formula III dengan nilai SPF sebesar (52,6) dan termasuk dalam kategori proteksi tabir surya ultra.
Uji Efektivitas Nyeri Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus) Yang di Induksi Asam Asetat 1% Farid, Nurfiddin; Wahid, Hilmiati; Aliah, Ahmad Irsyad
Journal of Experimental and Clinical Pharmacy (JECP) Vol 1, No 2 (2021): August, 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jecp.v1i2.214

Abstract

Nyeri adalah perasaan sensorik dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Biji mahoni (Swietenia mahagoni), mengandung senyawa flavanoid yang mampu memberikan efek analgetik dengan menghambat biosintesis prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analalgetik ekstrak etanol biji mahoni pada mencit jantan (Mus musculus) yang di induksi asam asetat 1%. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan desain penelitian Posttest Only Control Group Design. Hewan uji dibagi menjadi tiga kelompok, masing-masing perlakuan terdiri dari lima ekor mencit jantan (Mus musculus) dengan pemberian kontrol yang berbeda-beda, Mencit 1 (Na CMC 0,5% kontrol negatif), mencit 2 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 100 mg), mencit 3 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 200 mg), mencit 4 (Ekstrak etanol biji mahoni dosis 400 mg) dan mencit 5 (Ibuprofen 400mg kontrol positif). Hasil penelitian yang diperoleh ekstrak biji mahoni memiliki khasiat sebagai analgetik pada dosis 100 mg 37,79%, dosis 200 mg 57,40% dan ekstrak etanol biji mahoni dosis 400 mg 70,80%. Hasil terbaik diperoleh pada konsentrasi 400 mg yaitu 70,80%, semakin tinggi dosis ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni) semakin besar pula daya analgetiknya.Pain is an uncomfortable sensory and emotional feeling, associated with tissue damage. Mahogany seeds (Swietenia mahagoni), contains flavonoid compounds that can provide analgesic effect by inhibiting prostaglandin biosynthesis reduce pain, this study aims to determine the activity of analgesia of mahogany seed ethanol extract in male mice (Mus musculus) induced by 1% acetic acid. The research conducted is experimental research with Posttest Only Control research design Group Design. The test animals were divided into three groups, each treatment consisted of five male mice (Mus musculus) with administration of different controls, Mice 1 (Na CMC 0.5% control negative), mice 2 (ethanol extract of 100 mg mahogany seeds), mice 3 (Mahogany seed ethanol extract dose of 200 mg), mice 4 (Ethanol extract of seeds mahogany dose 400 mg) and mice 5 (ibuprofen 400 mg positive control). The results of the study obtained that mahogany seed extract has an efficacy as an analgesic at a dose of 100 mg 37.79%, a dose of 200 mg 57.40% and mahogany seed ethanol extract dose of 400 mg 70.80%. Best results obtained at a concentration of 400 mg which is 70.80%, the higher the dose of seed extract mahogany (Swietenia mahagoni) the greater the analgesic power.
Exploring the Potent Anti-Hyperglycemic Properties of Red Betel Leaf Ethanol Extract Fraction on Male Wistar Rats Upi, Andi Ulfiana Utari; Aliah, Ahmad Irsyad; Hasniah; Basir, Nasrawati; Sadsyam, Sriyanty
Journal of Health Sciences and Medical Development Vol. 2 No. 03 (2023): Journal of Health Sciences and Medical Development
Publisher : The Indonesian Institute of Science and Technology Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56741/hesmed.v2i03.267

Abstract

Hyperglycemia is characterized by an increase in blood glucose levels exceeding 200 mg/dL, an initial symptom of diabetes mellitus. Hyperglycemia can be addressed through traditional treatment with Red Betel Leaf. Red betel leaf contains phytochemical compounds, including flavonoids. Flavonoid compounds in red betel leaves possess antioxidant properties. These antioxidants can scavenge hydroxyl radicals that damage the β cells of the pancreas, thereby maximizing insulin production. Empirically, the flavonoid content in red betel leaves has been shown to lower blood glucose levels and cure diabetes mellitus. An effectiveness test of the anti-hyperglycemic properties of the ethanol extract fraction of red betel leaf was conducted. This research aimed to determine the effectiveness of the ethanol extract fraction of red betel leaf on male white rats. The method employed in this study was laboratory experimentation. Fifteen rats were divided into five treatment groups: Group I, healthy control without treatment; Group II, negative control with Na.CMC administration; Group III, positive control with glibenclamide administration; Group IV, the polar group with polar extract suspension of red betel leaf administration; Group V, the nonpolar group with nonpolar extract suspension of red betel leaf administration. In conclusion, administering the polar fraction was more effective in reducing blood glucose levels than the nonpolar fraction.