Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Percepatan Pembuatan Garam Dengan Metode Sprinkle Bertingkat Aris Kabul Pranoto; Anthon Anthonny Djari; Roni Sewiko; Larasati Putri Hapsari; Haryanto Haryanto; Chairil Anwar
PELAGICUS Volume 1 Nomor 3 September 2020
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/plgc.v1i3.8882

Abstract

Pada umumnya pembuatan garam secara tradisional menggunakan teknologi evaporasi air laut   memerlukan waktu 20 hari per panen garam, sedangkan dengan metode Maduresse Berisolator memerlukan waktu 12 hari per panen garam. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan inovasi teknologi evaporasi air laut dengan uji coba aplikasi teknologi tepat guna dalam percepatan pembuatan garam dengan Metode Sprinkle Bertingkat. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2019 sebanyak 30 kali ulangan dan menghasilkan data rata – rata 3 oBe menjadi 9,78 oBe per hari.  Hasil penelitian ini dengan Metode Sprinkle Bertingkat dalam waktu 6 hari menghasilkan kristal garam atau lebih cepat 6 hari per panen, jika dibandingkan dengan Metode Maduresse Berisolator. Percepatan pembuatan garam ini terjadi karena adanya inovasi teknologi dengan menambahkan alat berupa sprinkle yang berfungsi menyemprotkan air laut ke udara sehingga mempercepat terlepasnya H2O dari air laut dan mempercepat terbentuknya kristal garam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Metode Sprinkle Bertingkat dapat diterapkan untuk mempercepat terbentuknya kristal garam, sehingga metode ini direkomendasikan sebagai inovasi teknologi dalam meningkatkan produksi garam.
Kesesuaian Wisata Bahari di Pantai Tanjung Benoa, Provinsi Bali Alfiaturrohmaniah Alfiaturrohmaniah; Amdani Amdani; Anthon Anthonny Djari
PELAGICUS Volume 1 Nomor 1 Januari 2020
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.977 KB) | DOI: 10.15578/plgc.v1i1.8650

Abstract

Pantai Tanjung Benoa merupakan salah satu objek wisata yang memiliki potensi besar sebagai salah satu kawasan wisata bahari di Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian wisata bahari (kategori banana boat dan kategori parasailing) berdasarkan parameter biofisik perairan. Parameter kesesuaian pantai diperoleh dengan melakukan pengukuran kedalaman perairan, jenis pantai, kecerahan, lebar pantai, jenis substrat, tingkat penutupan lahan pantai, suhu, serta kecepatan arus, angin dan gelombang. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis kesesuaian wisata dengan mengacu pada matriks kesesuaian lahan untuk wisata banana boat dan parasailing, sedangkan untuk mengetahui sistem pengelolaan diperoleh dengan melakukan analisis persepsi wisatawan.  Hasil kajian ini menunjukkan bahwa persepsi wisatawan tentang daya tarik wisata bahari di Pantai Tanjung Benoa, Provinsi Bali termasuk dalam kategori menarik; persepsi wisatawan tentang potensi wisata termasuk dalam kategori baik; persepsi wisatawan tentang perkembangan wisata termasuk dalam kategori baik; persepsi tentang tingkat keindahan kawasan yang masuk dalam kategori indah, dan persepsi terhadap tingkat kenyamanan yang masuk dalam kategori nyaman. Kondisi fisik perairan Pantai Tanjung Benoa berpotensi sebagai kawasan wisata pantai berdasarkan nilai IKW sebesar 90,27%, dengan kategori S2 (cukup sesuai). Nilai IKW untuk kegiatan banana boat masuk dalam kategori kelas S2 (sesuai), sedangkan nilai IKW untuk kegiatan parasailing masuk dalam kategori kelas S1 (sangat sesuai). Analisis kesesuaian baku mutu kualitas air laut, Tanjung Benoa memiliki kualitas perairan yang sesuai untuk wisata bahari. Sehingga, kawasan perairan Pantai Tanjung Benoa termasuk dalam kawasan perairan yang sesuai untuk wisata banana boat dan parasailing.
Study of Mangrove Forest Existing Condition using Remote Sensing Image in The Karawang Coast of 2018 R. Ade Komarudin; Aris Kabul Pranoto; Dian Sutono; Anthon Anthonny Djari
PELAGICUS Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/plgc.v2i1.8932

Abstract

ABSTRACTThe northern part of Karawang is a coastal area with mostly mud-sand substrates. This substrate tends to be unstable, so that naturally, this kind of sediment is supported by coastal vegetation that forms coastal ecosystems, such as mangroves; therefore, the importance of mangroves in Karawang coast is definite. Unfotunately the data regarding the condition of mangroves in Karawang Regency is quite insufficient. This information, especially about its existence, is needed as a database for further research and as basis to support government policies on coastal area management. The aim of this research is to provide information about the existence of mangrove in Karawang Regency. The method is by using Normalized Different Vegetation Index (NDVI) calculations on Landsat 8 2018 satellite imagery of Karawang to get the data that reveal the information. We have discovered that the existing of mangroves in Karawang Regency in 2018  is 305,14 Ha. Border coast that is vegetated is only 33.75 km of 77 km long coastline of Karawang. Only less than 5% of the total mangrove protected area in Karawang Regency is detected as mangrove from the total 9.055 Ha of the area.
PEMODELAN HIDRODINAMIKA POLA ARUS DAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU TIDUNG Larasati Putri Hapsari; Anthon Anthonny Djari; Thahara Al Ghifara
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 14, No 2 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56064/maspari.v14i2.19583

Abstract

Pulau Tidung merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki aktivitas padat seperti pemukiman penduduk, daerah konservasi, serta dijadikan sebagai tempat wisata. Oleh karena itu, informasi seputar kondisi perairan laut baik pola arus maupun pasang surut perlu diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kondisi pola arus dan pasang surut di perairan sekitar Pulau Tidung. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan model numerik 2D menggunakan software Mike 21 HD. Hasil pemodelan yang telah di lakukan yaitu Perairan Pulau Tidung memiliki tipe pasang surut harian tunggal dimana dalam satu hari terjadi sekali air pasang dan sekali air surut dengan nilai formzahl F>3,00. Pola pergerakan dan kecepatan arus pasang surut yang signifikan pada periode waktu pada tanggal 11 Januari 2020 pukul 03.00 WIB dengan kondisi spring tide sebesar 0,518411 m (51,8411 cm), arus dominan dari arah timur laut ke barat dengan kecepatan 0,15 m/s. Sedangkan ketika neap tide pukul 14.00 WIB nilai ketinggian pasang sebesar -0,381634 m (-38,1634 cm), arus dominan dari barat ke timur laut dengan kecepatan 0,3 m/s. Pola pergerakan dan kecepatan arus yang diolah menjadi 3 dimensi pada lapisan ketiga dan kelima dimana pada lapisan ketiga kedalaman berkisar antara -15 m hingga – 30 m dan suhu 28,95 ?C , nilai kecepatan arus tertinggi sebesar 0, 312095 m/s , arus dominan pada lapisan ketiga yaitu barat daya menuju ke timur laut. Lapisan kelima diketahui kedalaman berkisar antara – 30 m hingga – 45 m dengan suhu 28,95 ?C , nilai kecepatan arus tertinggi sebesar 0,312597 m/s, dimana arus dominan dari barat menuju timur.Kata kunci: Arus, Mike 21, Pasang Surut, Pulau Tidung.
Peran Teknologi Drone dalam Monitoring Berbasis Masyarakat di Kawasan Pesisir Kabupaten Karawang Roni Sewiko; Aris Kabul Pranoto; Roberto Patar Pasaribu; Anthon Anthonny Djari; Abdul Rahman
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 7 No. 2 (2023): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v7i2.5597

Abstract

Kawasan pesisir sering menghadapi tantangan lingkungan yang kompleks, seperti abrasi, deforestasi, pencemaran, dan kegiatan ilegal yang merusak ekosistem laut. Sayangnya, mayoritas masyarakat pesisir sebagai aktor kunci kegiatan monitoring masih terbatas dalam mempelajari dan mengaplikasikan teknologi yang relevan. Sehingga laju upaya konservasi dan rehabilitasi pesisir tidak bisa mengimbangi laju kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan sistem pemantauan yang efektif untuk menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir. Sistem pemantauan ini dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan aplikasi dan wahana pemetaan sebagai alat monitoring, untuk meningkatkan efektivitas konservasi dan rehabilitasi pesisir. Metode yang digunakan adalah pendekatan partisipatif, yang memungkinkan masyarakat berkolaborasi dengan perguruan tinggi dalam melakukan monitoring berbasis aplikasi dan wahana pemetaan, khususnya dalam pemanfaatan drone. Peserta kegiatan adalah enam kelompok masyarakat konservasi (POKMASI) yang berada di pesisir Kabupaten Karawang. Evaluasi kegiatan dilaksanakan melalui observasi lapangan, FGD, serta analisis terhadap data spasial yang dihasilkan POKMAS. Hasil yang signifikan dari kegiatan ini adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemantauan kawasan pesisir, pengayaan metode pengawasan, terbentuknya jejaring komunikasi yang efisien, serta aksi kolektif untuk menjaga kawasan konservasi dan rehabilitasi pesisir Kabupaten Karawang.
Penentuan Karakteristik Salinitas Menggunakan Conductivity Temperature Depth (CTD) Di Perairan Pulau Sumba Pasaribu, Roberto Patar; Djari, Anthon Anthonny; Rahman, Abdul; Handayani, Rini
Jurnal Kelautan Nasional Vol 19, No 2 (2024): Agustus
Publisher : Pusat Riset Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkn.v19i2.13283

Abstract

Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air, yaitu jumlah gram garam yang terlarut untuk setiap liter larutan. Pengukuran salinitas secara berkala akan memberikan dampak yang positif terhadap suatu lingkungan karena salinitas adalah salah satu faktor penting dalam menilai kondisi suatu perairan. Pengukuran salinitas dapat menggunakan alat Conductivity Temperature Depth (CTD, alat ini digunakan juga untuk mengukur parameter air lainnya seperti suhu, tekanan, kedalaman dan densitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik salinitas dan pola sebaran salinitas pada berbagai kedalaman di perairan Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan alat Conductivity Temperature Depth (CTD yang dilaksanakan bersama dengan Pusat Riset Oseanografi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Hasil pengolahan dan analisa data diperoleh di perairan Pulau Sumba salinitas tertinggi terdapat pada kedalaman 200m dengan nilai 34,57 psu dan nilai salinitas terendah terdapat pada kedalaman 5m dengan nilai 34,02 psu. Adapun salinitas rata-rata di perairan Pulau Sumba adalah salinitas maksimum adalah 34,54 psu dan salinitas minimum adalah 34,14 psu.
KEANEKARAGAMAN, KERAPATAN DAN PENUTUPAN JENIS LAMUN DI PANTAI KASTELA, TERNATE SELATAN, MALUKU UTARA Rakma Fitria Larasati; Made Mahendra Jaya; Angkasa Putra; Anthon Anthonny Djari; Kharisma Sako; Anis Khairunnisa; Diklawati Jatayu; Sarifah Aini; Herianto Suriadin
JURNAL AKUAKULTUR, TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP, ILMU KELAUTAN Vol 5 No 2 (2022): JOINT-FISH - Jurnal Akuakultur, Teknologi Dan Manajemen Perikanan Tangkap, Ilmu K
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia Makassar, Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/joint-fish.v5i2.128

Abstract

Kastela coastal waters are one of the tourist attractions in the coastal area of ​​Ternate city where seagrass is found. Information related to diversity, density and, the diverse cover is still lacking and has not been supported by previous scientific research, especially in the area of ​​Kastela Beach. Therefore, this study was conducted to determine the diversity, density and, cover of seagrass species on the Kastela coast, South Ternate. Seagrass diversity in Kastela Beach includes 6 types of seagrass, namely: Halodule pinifolia, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium and, Enhalus acoroides. Based on the Shannon-Wienner index, the diversity of seagrass on the beach is classified as moderate with a value of 1.42 (station 1), 1.46 (station 2), 1.29 (station 3). Seagrass species Thalassia hemprichii has the highest density among seagrass species found on Kastela Beach with a density value of 580.27 individuals/m². At station 1, 358.27 individuals/m². At station 2, and station 3 it was dominated by Halodule pinifolia species as many as 326.53 individuals/m². For total seagrass closure at each station, especially station 1 and station 2, it was classified as rich or healthy (>60 %), where the value of station 1 was 124.16%/m², and station 2 was 95.2%/ m². Station 3 is classified as less healthy or less rich with a value of 59.79%/m².
Mangrove and Gastropoda Community Structure in The Coastal of Kampung Laut, Cilacap District Rahman, Abdul -; Pasaribu, Roberto Patar; Pattirane, Chrisoetanto P.; Djari, Anthon Anthonny; Hidayah, Dwi Nur
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 7, No 1 (2024): JKPT Juni 2024
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v7i1.13215

Abstract

Mangrove forest is a type of forest found in tidal areas which are inundated at high tide and dry at low tide. Gastropods are biota that are closely related to mangrove ecosystems and are found in many environmental conditions. The purpose of this study was to determine the community structure between mangroves and gastropods associated with mangrove forest areas in Kampung Laut Coast, Cilacap Regency. The results obtained for the most mangrove species were Rhizophora apiculata and Brugeria. Mangrove canopy cover value of 75.56% is included in the good category with dense density. There were 6 types of gastropods associated with mangroves, namely Caenogastropoda, Cycloneritida, Ellobiidae, Neritidae, Potamididae, and Muricidae. The relationship between mangrove ecosystems and gastropods in the Kampung Laut coast is very close. This is due to the fact that most of this area is overgrown with mangrove species Rhizopora spp which are very popular with gastropods.
The Potential of Cynodon Dactylon and Lolium Perenne 'Brightstar' as Phytoremediator Agents in Dealing with the Problem of Sea Water Intrusion in the North Coastal Area of Karawang Rizkiah, Riza; Sewiko, Roni; Pranoto, Aris Kabul; Pasaribu, Roberto Patar; Djari, Anthon Anthonny; Rahman, Abdul; Ismail, R Moh; Handayani, Endy; Luciana, Luciana; Mulyana, Muhammad Agus
Sainteks: Jurnal Sain dan Teknik Vol 6 No 1 (2024): Maret
Publisher : Universitas Insan Cendekia Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37577/sainteks.v6i1.651

Abstract

Sea water intrusion is a process where sea water is mixed with underground water around the coast, causing the ground water to become salty because it is contaminated by sea water which is rich in salt. Sea air that enters the ground causes the air to become unfit for consumption and causes the land to become unproductive for planting. People in the Pakis Jaya area, Karawang face difficulties, especially regarding land use for agricultural activities. This is because the land used for cultivating plants is saline soil with a high salt content. Phytoremediation is a method used to clean air or soil contaminated with pollutants, by using the ability of plants to absorb these substances. Cynodon Dactylon and lolium Perenne Brightstar plants are a type of grass that can be used to reduce high salt levels in the soil because these plants are able to live in places with high salinity and also have the ability to reduce salinity by absorbing chloride ions in it. The methods used in this research consisted of: Sampling Process, Plant Acclimatization Stage, Salinity Concentration Test before and after planting grass in Soil Media. The test results showed that the salt content in the soil before planting was 19.20 dS/m and after planting it was 0.02-0.03 dS/M.
COMPARISON OF GROWTH OF MANGROVE TYPES OF RHIZOPHORA SPP USING POLYBAG AND HYDROPONIC MEDIA IN KARIMUNJAWA NATIONAL PARK, CENTRAL JAVA Pasaribu, Roberto Patar; Djari, Anthon Anthonny; Rahman, Abdul; -, Aris Kabul
Jurnal Segara Vol 19, No 1 (2024): April
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/segara.v19i1.12702

Abstract

Mangroves are one of the ecosystems that grow in places that are influenced by the around the coast and river mouths. The technique of planting and maintaining mangrove seedlings varies from place to place depending on the media and conditions in the field. The purpose of this study was to compare the growth of mangrove species Rhizophora spp on two different nursery media, namely polybag and hydroponic media. This research was conducted in Karimunjawa National Park, Central Java, with an experimental research method. The results showed the growth rate of mangrove seedlings using polybag media was an average of 0.64cm per fortnight, while with hydroponic media it was 0.44cm per fortnight. The first leaf growth with polybag media occurred in the fifth week after planting while for hydroponic media the leaves grew in the sixth week. The survival rate on polybag media is 92.31%, while in hydroponic media it is 84.61%