Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

SEBARAN DAN HUBUNGAN PARAMETER REPRODUKSI IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) DENGAN SUHU DAN KLOROFIL-a DI LAUT BANDA Karsono Wagiyo; Ali Suman; Mufti Petala Patria
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.95 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.183-191

Abstract

Laut Banda diketahui mempunyai kondisi lingkungan yangmendukung sebagai daerah pemijahan ikan tuna madidihang (Thunnus albacares). Sebaran parameter reproduksi dan hubungannya dengan lingkungan perlu diketahui sebagai dasar pengelolaan sumberdaya yang lestari. Penelitian dilakukan tahun 2011-2012 dengan basis pendataan di Bandaneira. Pengamatan parameter reproduksi dilakukan terhadap ikan sampel melalui observasi dan enumerasi. Suhu dan klorofil-a diperoleh = dari analisis citra satelit. Penelitian mendapatkan persentase gonad matang (100 %) dan indeks kematangan gonad tertinggi (3,75) serta nisbah kelamin seimbang, secara temporal ditemukan pada bulan antara September-Desember, secara spasial ditemukan di Perairan Gunung Api dan Selatan Kepulauan Lease. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad meningkat terjadi pada saat suhu mulai menghangat dan klorofil-a mulai menurun. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad menurun terjadi pada saat awal penurunan suhu dan awal kenaikan klorofil-a.Besides known as the Banda Sea region yellowfin tuna migration (Thunnus albacares) is also a spawning area. Distribution of Reproduction parameter and their relationship with environmental parameter should be known as the basis for sustainable resource management. The reproduction parameter obtaianed by observation and enumeration. Temperature and chlorophyll-a obtained by satellite image analysis. Research gets a high percentage of the gonads mature (100%) and gonad maturity index (3,75) and a balanced sex ratio, temporally be found in the September-December, spatially found in the waters of Pulau Gunung Api and Lease Islands. The maturity level of gonads and gonadal maturation index increases occurred when the temperatures begin to warm and chlorophyll-a start to decline. The maturity level of gonads and gonadal maturation index decreases occurred at the beginning of the early drop in temperature and increase in chlorophyll-a.
PARAMETER POPULASI LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN SIMEULUE Helman Nur Yusuf; Ali Suman; Thomas Hidayat; Anthony Sisco Panggabean
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.404 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.185-195

Abstract

Lobster bambu (Panulirus versicolor) merupakan komoditas perikanan penting yang telah diekspolitasi di perairan Simeulue. Peningkatan permintaan dan pengusahaan lobster menyebabkan tekanan penangkapan terhadap populasi lobster semakin intensif dan tidak terkendali. Untuk itu  diperlukan informasi tentang biologi reproduksi dan parameter populasi lobster dalam rangka pengelolaan sumberdaya lobster yang berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai dengan Desember 2015 diperairan Simeulue dengan tujuan untuk mengestimasi parameter populasi lobster bambu. Pengamatan dan pengukuran lobster dilakukan di tempat pengumpul lobster dengan sistem sampling acak (random sampling). Analisis data parameter populasi menggunakan software FiSAT (Stock Assessement Tools). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kondisi lobster bambu jantan dan betina tidak seimbang (1 : 1,5),  pola pertumbuhan bersifat alometrik negatif dengan nilai b sebesar 2,924 dan rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) = 86 mmCL. Laju pertumbuhan (K) = 0,320 per tahun dan panjang karapas asimtotik (CL) 149,1 mm. Laju mortalitas alami (M) = 0,99 per tahun, laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 0,84 per tahun dan laju kematian total (Z) sebesar 1,83 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,46 atau pemanfaatan sumberdaya lobster bambu belum optimum. Penambahan baru dalam populasi berlangsung sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada Juni dan Juli bersamaan dengan musim timur. Untuk itu perlu adanya regulasi pemerintah dalam pengelolaan perikanan lobster yang berkelanjutan dengan menerapkan close season lobster pada puncak musim pemijahan.The painted green/bamboo lobster (Panulirus versicolor) is an important fish commodities that have been exploited in the waters of Simeulue. Increased utilization and uncontrolled exploitation of lobster causing pressure on the lobster population. For this reason, there is a need for information about the parameters of the lobster population in the management for the sustainability of lobster resource. The experiment was conducted in May to December 2015 Simeulue waters for the purpose of estimating the population parameters lobster green. Sampel collected randomly in the lobster landing site. Analysis of the data using FiSAT II software (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). The results obtained unbalanced condition of green lobster (1:1.5), the growth pattern is allometrically negative with value b of 2,924, length at fish first caught (Lc) = 86 mm CL. The lobster growth rate (K) = 0,320 per year and asymptotic carapace length (CL) 149.10 mm. The rate of natural mortality (M) = 0.99 per year, the mortality rate due to the arrest of (F) of 0.84 per year and total mortality rate (Z) of 1.83 per year. The rate of exploitation (E) 0,46 or green lobster resource was not optimum. Recruitment occur throughout the year with peak recruitment in June and July of the southeast monsoon. A government regulation is needed for the sustainable management of lobster resources by applying a close season during the peak spawning peri.
DINAMIKA POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Sylla serrata FORSKAL, 1775) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU, MALUKU Andina Ramadhani Putri Pane; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 11, No 3 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.633 KB) | DOI: 10.15578/bawal.11.3.2019.127-136

Abstract

Peningkatan permintaan kepiting bakau (Scylla serrata) di Kepulauan Aru memacu peningkatan upaya penangkapannya. Untuk mendapatkan informasi terkini tentang dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Kepulauan Aru, maka dilakukan penelitian selama 2 (dua) tahun yaitu Maret - Desember 2017 dan 2018 dengan pengamatan langsung di pengumpul kepiting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap (CWc) adalah 148,6 mm. Pola pertumbuhan kepiting bakau bersifat allometrik negatif dengan nisbah kelamin jantan dan betina tidak seimbang. Laju pertumbuhan (K) adalah 0,7 per tahun dengan tingkat kematian alamiah (M=0,84) lebih tinggi daripada kematian karena penangkapan (F=0,78). Tingkat pemanfaatan (E) sebesar 0,48 menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya kepiting dalam kategori moderat. Upaya pelestarian sumberdaya kepiting dapat dilakukan melalui peningkatan kepatuhan masyarakat terhadap peraturan tentang batas ukuran lebar karapas minimum yang boleh ditangkap (150 mm) dan menjaga kelestarian hutan mangrove. Increased demand for mud crab (Scylla serrata) in the Kepuluan Aru spurred an increase in fishing efforts. To determine population dynamics and current exploitation level of mud crab in these area, research was conducted for 2 (two) years, March to December 2017 and 2018. The results showed that carapace width at first capture (CWc) of mud crab was 148,6 mm. The growth pattern of the species was allometric negative with an unbalanced sex ratio between males and females. The growth rates (K) was estimted at 0.7 per year with natural mortality rates (M=0,84) more higher than fishing mortality rates (F=78). The exploitation level (E) was 0.48, indicating that the catch was in a sustainable condition. Efforts to maintain sustainability of mud crab resources can be done by increasing community compliance with regulations of the minimum size limit of mud crabs that can be caught (150 mmCW) and preserving mangrove forests.
PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PENGUSAHAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN ASAHAN, SELAT MALAKA Andina Ramadhani Putri Pane; Heri Widiyastuti; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.467 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.93-102

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap rajungan mengakibatkan aktivitas penangkapannya berlangsung secara intensif. Selat Malaka merupakan salah satu daerah penangkapan rajungan yang penting di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter populasi dan tingkat eksploitasi rajungan (Portunus pelagicus) di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengumpulan data bulanan dilakukan pada bulan Juni 2015 sampai dengan Nopember 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pada bulan Juli dan Oktober, puncak pemijahan terjadi pada bulan Januari dan Agustus. Ukuran lebar karapas pertama kali tertangkap dengan gillnet (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) masing-masing sebesar 109,6 mm dan 104,1 mm. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,38/tahun dan lebar karapas asimtotik (L) sebesar 183,10 mm. Laju kematian total (Z) rajungan sebagai 4,31 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,96 per tahun dan 1,35 per tahun; laju eksploitasi (E) diestimasi sebesar 0,69. Tingkat pemanfaatan rajungan di perairan Asahan diduga telah melewati optimal, sehingga perlu dilakukan pengelolaan melalui pengurangan jumlah unit gillnet rajungan sebanyak 38% dari kondisi saat ini. Blue swimming crab faced intensive fishing pressure due to the high market demand. The Malacca Strait is one of important fishing area for blue swimming crab. The research aims to estimate the population parameters and exploitation rate of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the Asahan and adjacent waters. A monthly data were collected from June 2015 to November 2016 that caught by Gillnet. The results showed that the fishing season takes place throughout the year with peaks in July and October, meanwhile peak of spawning season in January and August. The carapace width at first capture (Lc) and first mature (Lm) were 109.6 mm and 104.1 mm, respectively. The growth rate (K) was 1.38 / year and the asymptotic length (L) was 183.10 mm. Total mortality rate (Z) was 4.31 per year, fishing mortality rate (F) and natural mortality rate (M) were 2.96 per year and 1.35 per year respectively; Exploitation rate (E) was estimated at 0.69. It means that the exploitation rate of swimming crab in the Asahan waters found exceed the optimum level, therefore the management measures needs to reduce effort (unit) of gillnet by a 38% of actual level.