Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Community structure of demersal fish resources based on the depth of the waters in the South China Sea (Indonesia Fisheries Management Zone 711) Robet Perangin angin; Sulistiono Sulistiono; Rahmat Kurnia; Achmad Fahrudin; Ali Suman
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 17 No 1 (2017): February 2017
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v17i1.305

Abstract

Information on distribution and community structure of demersal fish resources are important to be known as an input to the management of demersal fisheries. This study aimed to analyze the diversity and distribution of demersal fish resources based on the differences in the depth of the waters and the linkages to the environment. Research conducted in the South China Sea in May to June 2015 by operating a trawl gear in the station preset. The method of analysis of demersal fish diversity use some ecological indices i.e Margalef species richness index, Shannon-Wiener diversity index, Pielou evenness index, and Simpson dominance index. The ecological index value then associated with environmental conditions, using principal component analysis. Distribution of the ecological index indicated the stability of communities demersal fish resources getting better with the increase of depth. The most affected to the level of species richness and distribution of demersal fish were the parameters of depth, temperature and salinity, while the abundance distribution of fishes were associated with dissolved oxygen, and water transparency. The implication, that the water environmental conditions greatly affected the distribution and abundance of demersal fish. Abstrak Informasi mengenai persebaran dan struktur komunitas sumber daya ikan demersal penting sebagai bahan masukan untuk pengelolaan perikanan demersal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat keanekaragaman dan persebaran sumber daya ikan demersal berdasarkan perbedaan kedalaman perairan, serta keterkaitannya dengan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di Laut Cina Selatan pada bulan Mei sampai Juni 2015 dengan mengoperasikan alat tangkap pukat ikan di stasiun yang telah ditetapkan. Metode analisis keanekaragaman hayati ikan demersal menggunakan beberapa indeks ekologi yaitu indeks kekayaan jenis Margalef, indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Nilai indeks ekologi tersebut kemudian dikaitkan dengan kondisi lingkungan, menggunakan analisis komponen utama. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kestabilan komunitas sumber daya ikan demersal semakin baik seiring dengan meningkatnya kedalaman. Kedalaman, suhu, dan salinitas merupakan parameter yang paling memengaruhi tingkat kekayaan jenis serta persebaran sumber daya ikan demersal, sedangkan persebaran kelimpahan ikan sangat terkait dengan oksigen terlarut dan kecerahan perairan. Implikasinya, kondisi lingkungan perairan sangat memengaruhi persebaran dan kelimpahan ikan demersal.
POLA PEMANFAATAN SUMBER DAYA UDANG DOGOL lnetapenaeus ersis de Haan) SECARA BERKELANJUTAN DI PERAIRAN CILACAP DAN SEKITARNYA Ali Suman; Daniel R. Monintja; John Haluan; Mennofatria Boer
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 12, No 1 (2006): (April 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4304.48 KB) | DOI: 10.15578/jppi.12.1.2006.47-56

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pemarfaatan sumber daya udang dogol (Metapenaeus ensis de Haan) secara berkelanjutan di perairan Cilacap dan sekitarrrya.
DINAMIKA POPULASI SUMBER DAYA IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus, Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN CILACAP DAN SEKITARNYA Anthony Sisco Panggabean; Ali Suman; Erik Sostenes
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3544.072 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.3.2015.155-167

Abstract

Ikan layur (Trichiurus lepturus) merupakan salah satu jenis ikan demersal ekonomis penting yang menjadi jenis target utama tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dinamika populasi ikan layur di perairan Cilacap dan sekitarnya agar dapat menjadi bahan masukan pengelolaan sumber daya ikan layur. Penelitian dilakukan pada bulan April 2013 - Juni 2014. Pengumpulan data parameter biologi mencakup ukuran panjang dan berat, panjang pertama kali matang gonad (Lm), panjang pertama kali tertangkap (Lc), parameter pertumbuhan dan mortalitas. Hasil analisis hubungan panjang berat menunjukkan bahwa ikan layur bersifat allometrik negatif dan nilai Lc (50,51 cm) < Lm (58,83 cm) yang menandakan bahwa ikan yang tertangkap dalam kondisi belum dewasa atau belum siap memijah. Tingkat kematian akibat penangkapan lebih besar dari kematian alami dengan laju eksploitasi (E) sudah sampai pada batas maksimal. Ini berarti stok ikan layur sudah hampir mengalami degredasi. Dengan demikian perlu adanya upaya menjaga kelestarian untuk recovery stok jenis ikan tersebutHairtail (Trichiurus lepturus) is one of the economically important demersal fish species that becomes main target species in Cilacap and adjacent waters. The purpose of this study is to assess the dynamic population of hairtail fish in Cilacap and adjacent waters in order to provide information for the management resources of hairtail fish. The study was conducted in April 2013 until June 2014. Data collection of biological parameters include the length and weight, the length of the first maturity (Lm), length of first capture (Lc), growth parameters and mortality. The result showed that length width relationship was negative allometric and Lc (50.51 cm) <Lm (58.83 cm) , it means that fishes were caught in state of immature or not yet ready to spawn. The fishing mortality rate was higher than natural mortality with the rate of exploitation (E) has reached the maximum limit. It means the stock of hairtail fish almost degradated. Therefore, management effort to preserve the resources needed to recover the stock.
KARAKTERISTIK POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal 1775) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA Andina Ramadhani Putri Pane; Ali Suman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.703 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.3.2018.165-174

Abstract

Peningkatan jumlah ekspor kepiting (Scylla serrata Forskal, 1775) di wilayah perairan Asahan memacu peningkatan penangkapan yang dapat berpengaruh terhadap populasi dan kelestarian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Asahan dan sekitarnya. Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan dari Januari sampai dengan Nopember 2016 di tempat pendaratan kepiting oleh enumerator. Data dianalisa dengan metode Electronic LEngth Frequency Analisys-I (ELEFAN-I) dari FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II). Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan kepiting bakau bersifat allometrik negatif pada kisaran lebar karapas antara 85 - 175 mm dan bobot tubuh 127 – 1.152,5 gram. Rata-rata ukuran lebar karapas tertangkap dengan jaring dan bubu adalah 118,6 mm dan ukuran matang gonad pertama kali adalah 120,6 mm. Laju pertumbuhan (K) 1,38 per tahun dan lebar karapas maksimum (CW) sebesar 201 mm. Laju kematian total (Z) sebesar 3,59 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,27 per tahun dan 1,32 per tahun. Laju pemanfaatan (E) kepiting bakau di perairan Asahan adalah 0,63 per tahun atau sudah melebihi nilai optimum penangkapan. Agar sumber daya kepiting terjamin kelestariannya, maka harus dilakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 26 %.Increase in the volume of giant mud crab exports (Scylla serrata Forskal, 1775) in the Asahan waters stimulate the increasing catches that affect population and sustainability. This study aims to determine the population characteristics and the exploitation level of giant mud crab in Asahan and adjacent waters. Monthly sampling was done from January to November 2016 at crab landing sites by enumerator. The data were analyzed using Electronic Length Frequency Analysys-I (ELEFAN-I) method available in FAO-ICLARM Stock Assessment Tools II (FiSAT II) program. The results showed that the growth pattern of giant mud crab was negative allometric with carapace width between 85 - 175 mm and individual body weight 127 - 1,152.5 grams. The average carapace’s width caught by net and trap was 118.6 mm and the size of gonad first maturity was 120.6 mm. Growth rate (K) 1.38 per year and maximum carapace width (CW) of 201 mm. Total mortality rate (Z) of 3.59 per year, mortality rate due to fishing (F) and natural mortality rate (M) was 2.27 per year and 1.32 per year respectively. The rate of exploitation (E) of mangrove crab in Asahan waters was 0.63 or has exceeded the optimum value. For the sustainability of crab resource a reduction of 26% in fishing effort is suggested.
KAJIAN PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN PATI DAN SEKITARNYA Tri Ernawati; Wedjatmiko Wedjatmiko; Ali Suman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.795 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.3.2015.169-176

Abstract

Sumberdaya rajungan (P.pelagicus) di alam telah cukup lama dimanfaatkan. Upaya penangkapan terus-menerus tanpa ada pengelolaan yang tepat dapat mengakibatkan penurunan populasi sumberdaya rajungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji parameter populasi dan tingkat pemanfaatan rajungan. Penelitian dilakukan di perairan laut Kabupaten Pati dan sekitarnya dari bulan Januari 2012 sampai bulan Maret 2013. Data rajungan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan dengan alat tangkap bubu lipat. Daerah penangkapan dikelompokkan menjadi tiga zona penangkapan. Pengelompokkan zona berdasarkan kedalaman dan substrat dasar perairan. Hasil yang diperoleh adalah hubungan lebar karapas dan bobot rajungan tiap zona menunjukkan pola pertumbuhan yang berbeda-beda. Rata-rata rajungan yang tertangkap di zona 2 berukuran lebih kecil karena masih tergolong juwana. Laju pertumbuhan jantan lebih cepat dibandingkan betina dengan ditunjukkan nilai K lebih tinggi. Mortalitas disebabkan penangkapan lebih tinggi dibandingkan mortalitas alami. Tingkat pemanfaatan telah melebihi pemanfaatan optimum sehingga diperlukan pengendalian penangkapan terutama di zona 2.Blue swimming crab (P.pelagicus) resources have been exploited for long time. Open access regime on the resources have resulted blue swimming crab population declined. This research is aimed to assess the population parameters and exploitation rates of blue swimming crab. The study was conducted in Pati and adjacent waters, fromJanuary 2012 toMarch 2013. Crabs data was collected from collapsible traps by fishermen.The fishing grounds were classified into three fishing zones depend on depth and substrat characteristic. The result showed that relations of carapace width and weight of each zone indicate that the growth pattern was different. The catch of crabs in zone 2 were smaller than zone 1 and 3. It’s classified as juveniles. The growth rate of male was faster than females. It’s indicated by a higher K value. Mortality caused by fishing was higher than natural mortality. The utilization rate has exceeded the optimum utilization. It is necessary to control of fishing activity mainly in zone 2.
PARAMETER POPULASI DAN SPAWNING POTENTIAL RATIO (SPR) KEPITING MERAH (Scylla olivacea) DI PERAIRAN ASAHAN DAN SEKITARNYA, SUMATERA UTARA Andina Ramadhani Putri Pane; Duranta Diandria Kembaren; Ilham Marasabessy; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 1 (2021): (April) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.1.2021.33-43

Abstract

Kepiting bakau merupakan komoditas ekspor yang penangkapannya dilakukan dengan intensif, salah satunya adalah jenis kepiting merah (Scylla olivacea). Pengelolaan dalam pengendalian memerlukan analisa kajian ilmiah tentang ukuran layak tangkap dan spawning potential ratio (SPR) kepiting merah. Kajian ilmiah ini dilakukan terhadap 1.105 ekor kepiting merah di pusat pendaratan kepiting di Desa Silo Baru Kecamatan Silau Laut Kabupaten Asahan, Sumatera Utara selama 28 bulan (April-Oktober 2018, Februari- Desember 2019 dan Maret-Desember 2020). Kepiting yang tertangkap memiliki ukuran 65-170 mm dengan 72,2% sudah dewasa dan telah melakukan pemijahan sebelum tertangkap (CWc< CWm). Hasil penelitian diperoleh bahwa kematian akibat penangkapan (F) lebih tinggi dibandingkan kematian alamiah (M), hal ini menunjukkan tingginya tekanan pemanfaatan (E = 0,54%). Nilai spawning potential ratio (SPR) mengalami peningkatan dari tahun 2018 ke tahun 2020 yaitu 11-17% namun masih dibawah nilai minimal 20%, artinya penambahan individu kepiting merah di perairan Asahan setelah ekspolitasi sudah mengalami penurunan sehingga diperlukan upaya dalam pengelolaan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan ukuran mesh size jaring dan bubu serta rehabilitasi hutan mangrove.Mud crabs are export commodities that have been harvested intensively; one of which is the red mud crab (Scylla olivacea). Management in controlling its exploitation requires scientific studies on the analysis of the legal size and the potential spawning ratio (SPR) of the crab. In this scientific study, a total of 1,105 red mud crabs were analyzed at the crab landing center in Silo Baru Village, Silau Laut District, Asahan Regency, North Sumatra for 28 months (April–October 2018, February–December 2019, and March–December 2020). The crabs caught were 65–170 mm in size, where 72.2% of which were already adults and had spawned before being caught (CWc < CWm). The results of this study suggested that the fishing mortality (F) was higher than the natural mortality (M), indicating a high exploitation (E = 0.54%). On the other hand, the potential spawning ratio (SPR) from 2018 to 2020 kept increasing, i.e. 11–17% (below the minimum SPR 20%), indicating that the addition of the individual red mud crabs in Asahan waters after exploitation had decreased. Therefore, several efforts are necessary in its management, among others by increasing the mesh size of the nets and the size of the traps as well as rehabilitating mangrove forests.
ASPEK BIOLOGI DAN STATUS PEMANFAATAN LOBSTER BAMBU (Panulirus versicolor) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU, MALUKU Andina Ramadhani Pane; Reza Alnanda; Ilham Marasabessy; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 13, No 2 (2021): (AGUSTUS) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.13.2.2021.85-96

Abstract

Lobster adalah komoditas bernilai tinggi yang di perdagangkan hingga ke mancanegara, bahkan dalam kondisi puerulus. Tingginya permintaan ini memacu peningkatan pemanfaatan sehingga diperlukan upaya untuk menjaga kelestarian populasinya. Kajian ini membahas tentang aspek biologi dan status pemanfaatan yang diharapkan menjadi dasar dalam pengelolaan lobster bambu (Panulirus versicolor) sehingga kelestarian dapat berkelanjutan. Pengumpulan data dilakukan Maret sampai dengan Desember 2020, diperoleh sampel sebanyak 2.040 ekor melalui sentra pendaratan ikan di Dobo, Kepulauan Aru. Penghitungan parameter populasi dilakukan melalui analisis secara analitik. Hasil penelitian diperoleh kisaran panjang karapas antara 45-120 mm, sebanyak 40% diantaranya mempunyai ukuran kurang dari 80 mm. Panjang karapas pertama kali lobster tertangkap (CLc) adalah 85,4 mm dengan panjang asimptotiknya (CL∞) adalah 130,85 mm dan laju pertumbuhan (K) = 0,45 per tahun. Tingkat pemanfaatan lobster sudah mencapai E=0,5, artinya sudah dalam status pemanfaatan penuh (fully exploited). Hal ini menyebabkan pemanfaatan lobster harus dilakukan dengan kehati-hatian dan perlu upaya dalam menjaga kelestariannya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan mengendalikan penangkapan baik dari segi alat tangkap, waktu dan lokasi penangkapan. Upaya tersebut diharapkan akan memberikan kesempatan bagi lobster untuk mempertahankan kelestarian populasinya. Lobster is a high-value commodity traded to foreign countries, even their puerile. As the high demand for lobsters increases their exploitation, special measures are imperative to preserve their populations. This study discussed the biological aspects and exploitation status, which are expected to be the basis for managing painted spiny lobster (Panulirus versicolor). Data collection was carried out from March to December 2020, which is 2,040 lobsters collected at the landing center at Dobo, Aru Islands. Analytical methods were used to analyze population parameters. The results showed that the carapace length of lobsters landed was between 45–120 mm, where 40% of them were under 80 mm. Their size at first capture (CLc) was 85.4 mmCL, with asymptotic length (CL∞) was 130.85 mmCL and growth rate (K) was 0.45 per year. Their exploitation rate was E was 0.5 (fully exploited exploitation). Therefore, its exploitation has to be carried out with caution, and special measures are required to maintain its sustainability, i.e., by controlling lobster fishing efforts, including fishing gear, time, and location. Such actions are expected to allow lobsters to preserve the sustainability of their populations.
PARAMETER POPULASI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI LAUT ARAFURA Ali Suman; Budi Iskandar Prisantoso; Duranta D. Kembaren
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.331 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.1.2017.57-62

Abstract

Sumber daya udang di perairan Arafura merupakan salah satu modal menuju kemakmuran bagi bangsa, apabila dikelola secara berkelanjutan. Kajian dinamika populasi udang, merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan tersebut menuju pemanfaatan sumber daya yang lestari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika populasi udang dogol dan udang windu di perairan Arafura dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai dengan Nopember 2013 dan analisis dilakukan dengan menggunakan FAO-ICLARM Fisheris Stok Assessment Tools (FISAT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan (K) udang dogol sebagai 1,33 per tahun dan panjang karapas maksimum (L) sebagai 52,0 mm. Untuk udang windu didapatkan nilai K sebagai 1,45 per tahun dan nilai L sebagai 62,5 mm. Laju kematian total (Z) udang dogol sebagai 4,79 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 2,91 per tahun dan 1,88 per tahun. Untuk udang windu didapatkan nilai Z sebagai 6,13 per tahun, nilai F dan nilai M masing-masing 4,24 dan 1,89 per tahun. Laju pengusahaan (E) udang dogol 0,61 per tahun dan nilai E udang windu sebagai 0,69 per tahun. Tingkat pemanfaatan sudah berada dalam tahapan overfishing dan perlu dilakukan pengurangan jumlah upaya 22% untuk udang dogol dan 38% untuk udang windu.Shrimp resources within Arafura Sea if under sustainably management it would contribute a significant role as a source of nation welfare. Scientific advice on population dynamic are required as an input to support an apropriate fisheries management. The purpose of the study was to identify population parameters of the endeavour shrimp and tiger shrimp in Arafura Sea. Study on the population dynamic of endeavour shrimp and king tiger prawn were conducted in Arafura Sea based on data collected during period of survey, January 2013 to November 2013. The analysis is using the FAO-ICLAM Fisheries Stock Assessment Tools (FiSAT). Result showed that the growth parameter of endeavour shrimp was 1.33/year with maximum carapace length (L) of 52.0 mm. Instantenous total mortality (Z) and natural mortality (M) were 4.79/year and 1.88/year, respectively. While fishing mortality (F) and exploitation rate (E) of endeavour shrimp respectively were 2.91/year and 0.61/year. The growth parameter of king tiger prawn was 1.45/year with maximum carapace length (L) of 62.5 mm. Instantenous total mortality (Z) and natural mortality (M) were 6.13/year and 1.89/year, respectively. While fishing mortality (F) and exploitation rate (E) of king tiger prawn respectively were 4.24/year and 0.69/year. The exploitation rate of endeavour shrimp and king tiger prawn in Arafura Sea was overfishing. It was, therefore, recommended that fishing effort of 22% the endeavour shrimp and 38% king tiger prawn in that waters should be reduced in the next year.
BEBERAPA PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis de Mann) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Umi Chodrijah; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.127 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.85-92

Abstract

Tingkat eksploitasi udang putih (Penaeus merguiensis) sangat intensif. Hal ini terindikasi dengan hasil tangkapan udang di WPP-NRI 716 selama 9 tahun terakhir meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji beberapa parameter populasi dan aspek biologi udang putih di perairan Tarakan. Data panjang karapas dan tingkat kematangan gonad udang putih dikumpulkan dari tempat pendaratan udang di Selumit Pantai, Tarakan, Kalimantan Utara pada Januari sampai dengan November 2016. Pendugaan parameter populasi dengan aplikasi model analisis menggunakan program ELEFAN 1. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran udang putih pertama kali tertangkap (Lc) pada panjang karapas 32,51 mm dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad 33,58 mm. Puncak musim pemijahan terjadi pada Maret dan Agustus. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,33 per tahun (betina) dan 1,55 per tahun (jantan). Laju kematian total (Z) sebesar 7,5 per tahun (betina) dan 8,85 per tahun (jantan), laju kematian alamiah (M) sebesar 1,82 per tahun (betina) dan 2,16 per tahun (jantan) serta laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 5,68 per tahun (betina) dan 6,69 per tahun (jantan). Laju pengusahaan (E) udang putih di perairan Tarakan adalah sebesar 0,76 per tahun. Hal ini menunjukkan tingkat pemanfaatan udang putih telah mengalami lebih tangkap (overfishing). Kondisi ini menggambarkan perlunya dilakukan pengurangan upaya sekitar 52 %.  The banana prawn (Penaeus merguiensis) have been exploited intensively. For instance, within nine years the number of shrimp production in FMA 716 increased dramatically. This research aims to identify the some population parameters of banana prawn in the Tarakan waters. This research was carried out from January to November 2016. Data were analyzed using the analytical model application with ELEFAN I. The result showed that the length at first capture (Lc) of banana prawn was 32,51 mmCL and the length at first maturity (Lm) was 33,58 mm CL. The peak season of spawning period was indicated on March and August. The growth rate (K) was 1,33 /year (female) and 1.55/year (male). Total mortality rate (Z) was 7.5/year (female) and 8,85/year (male), natural mortality rate (M) rate was 1.82/year (female) and 2.16/year (male) and fishing mortality rate ( F) were 5.68/ year (female) and 6.69/year (male). The exploitation rate (E) of banana prawn in the Tarakan waters was 0.76 per year. Therefore, level of existing fishing effort of the banana prawn should reduced about 52 % in the next year.
SEBARAN FREKUENSI PANJANG, HUBUNGAN PANJANG-BERAT, TINGKAT KEMATANGAN GONAD DAN RATA-RATA UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis De Man, 1888) DI PERAIRAN KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Tirtadanu Tirtadanu; Suprapto Suprapto; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.058 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.145-152

Abstract

Pengusahaan udang putih (Penaeus merguiensis De Man, 1888) di perairan sekitar Kotabaru memerlukan upaya pengelolaan agar perikanan udang dapat berkelanjutan.Salah satu informasi penting yang diperlukan sebagai dasar dalam pengelolaannya yaitu aspek biologi.Tujuan penelitian adalah mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad udang putih di perairan sekitar Kotabaru. Pengumpulan data diperoleh dari tempat pendaratan udang di Kotabaru pada bulan Januari – November 2016. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ukuran udang putih yang tertangkap cenderung kecil dengan ukuran berkisar antara 14 - 46 mmCL dan rata-rata sebesar 26 ± 3,7 mmCL pada udang jantan dan 28,5 ± 5,3 mmCL pada udang betina. Pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif dan telah terjadi penurunan bobot dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Proporsi tertinggi udang matang gonad terjadi pada bulan Maret sehingga diduga merupakan puncak pemijahan udang putih.Ukuran pertama kali tertangkap udang (Lc = 28,1 mmCL) lebih kecil dibandingkan ukuran pertama kali matang gonad (Lm = 35,3 mmCL) sehingga sebagian besar udang yang tertangkap belum melakukan pemijahan. Dalam rangka menjaga keberlanjutan sumberdaya udang putih di Kotabaru, disarankan melakukan penutupan penangkapan di bulan Maret dan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan dengan ukuran minimum tertangkap lebih besar dari 35 mmCL atau kurang dari 27 ekor dalam 1 kg.The exploitation of banana prawn (Penaeus merguiensis De Man, 1888) in Kotabaru Waters need management strategy, so the prawn fisheries in Kotabaru waters could be sustainably exploited. The important information needed for its basis management are was biological aspects of banana prawn. The aim of this research were to study about length frequency, length-weight relationship, maturity stages and length at first first mature of banana prawn in Kotabaru Waters. The research was conducted at landing site of prawn in Kotabaru and the samples were collected in January – November 2016. The method used for sampling was random sampling. The results showed that the size of banana prawn tend to become smaller with the size between 14-46 mmCL and the mean size were 26 ± 3,7 mmCL for male and 28,5 ± 5,3 mmCL for female. The growth pattern of banana prawn was allometric negative and the weights decreased from the previous years. The highest proportion of mature prawns was in March, likely suggestes to be the spawning season of banana prawn. Length at first captured of banana prawns (Lc = 28,1 mmCL) was lower than length at first matured (Lm = 35,3 mmCL) so most of prawns captured has not spawn yet. For sustainability of banana prawn resources in Kotabaru Waters, it is suggested to close fishing season in March and minimum legal size should be bigger than 35 mmCL or less than 27 prawns in 1 kg.