Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

AKTIVITAS, MEKANISME AKSI, DAN TOKSISITAS SIDAGURI (Sida Rhombifolia L.) SEBAGAI ANTIHIPERURISEMIA NITYA NURUL FADILAH
Farmaka Vol 15, No 2 (2017): Farmaka
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (443.668 KB) | DOI: 10.24198/jf.v15i2.12414

Abstract

Sidaguri (Sida rhombifolia L.), adalah tanaman obat tradisional dengan potensi sebagai obat terhadap asam urat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, flavonoid ekstrak kasar Sida rhombifolia L terbukti menghambat Xanthine Oxidase hingga 55% dan digunakan untuk menurunkan asam urat. Metode yang digunakan dalam ulasan ini adalah studi literatur.  Pencarian data primer dilakukan secara online menggunakan alat pencarian NCBI, PubMed, Google, dan Yahoo. Hasil beberapa artikel yang diperoleh ekstrak aktivitas sidaguri memiliki kemampuan inhibisi enzim xanthine oksidase lebih dari 50% baik in vitro dan in vivo. Kemampuan flavonoid untuk menghambat aktivitas oksidase xanthine berlangsung melalui mekanisme penghambatan kompetitif, antiinflamasi, dan interaksi dengan enzim dalam sisi aktif. Sedangkan uji berdasarkan hasil uji toksisitas akut sidaguri ini telah dilaporkan bahwa ekstrak etanol sidaguri tidak toksik dengan nilai LD50 yang lebih dari 16 g / KgBB tidak ada kematian dan gejala abnormal pada tikus. Sehingga sidaguri potensial digunakan sebagai antihiperurisemia yang aman.Kata kunci : Antihiperurisemia, asam urat, sidaguri, xantin oxidase
UJI TOKSISITAS AKUT SELULOSA MIKROKRISTAL DARI TANAMAN RAMI (Boehmeria nivea L. Gaud) PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER Nitya Nurul Fadilah
Pharmacoscript Vol. 2 No. 2 (2019): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v2i2.231

Abstract

Selulosa mikrokristal dari serat tanaman rami (Boehmeria nivea L.Gaud) sebagai eksipien farmasi memerlukan uji toksisitas akut dan skrining farmakologi untuk mengetahui tingkat keamanan dan efeknya. Uji toksisitas akut bertujuan untuk menentukan dosis toksik pada mencit yang dinyatakan dengan nilai LD50 menggunakan metode Log probabilitas. Hewan percobaan dibagi menjadi kelompok kontrol (PGA 2%) dan kelompok uji yang diberi suspensi selulosa mikrokristal secara oral dengan berbagai variasi dosis yakni: 5g/kg Berat Badan; 7,5g /kg BB; 10g/kg BB; 12,5g/kg BB; dan 15g/kg BB. Hasil percobaan menunjukkan bahwa nilai LD50 selulosa mikrokristal dari serat rami pada mencit jantan adalah 11,21g/kg BB setara dengan 7,8g/kg BB tikus dan untuk mencit betina 9,3g/kg BB setara dengan 6,5g / kg BB tikus. Menurut kriteria Hodger dan Sterner, selulosa mikrokristal dari serat rami termasuk dalam kategori praktis tidak toksik. Hasil skrining farmakologi berdasarkan perhitungan statistik menggunakan uji Friedman dilanjutkan dengan uji Tukey menunjukkan bahwa selulosa mikrokristal dari serat rami memberikan efek pada sistem saraf pusat mencit yakni: Mengurangi aktivitas gantung, retablismen, straub, fleksi, dan pineal. Sementara efek pada sistem saraf otonom yakni piloereksi dan diare.
Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Tanaman Jelatang (Urtica dioca L.) pada Mencit Nitya Nurul Fadilah; Susanti Susanti
Health Information : Jurnal Penelitian Vol 12 No 1 (2020): Januari-Juni
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36990/hijp.vi.193

Abstract

Hyperuricemia is a high level of uric acid in the blood and can cause gout. One of the drugs used to treat hyperuricemia is allopurinol. The use of these drugs can cause various side effects if used for a long period of time. Nettle plants are known to contain flavonoids which can reduce uric acid levels in the blood. This study was conducted to test the activity of nettle plants and to find out the effective dose in reducing blood uric acid levels in mice. In this study, extracts were made using maceration method using 70% ethanol. Tests were carried out on mice induced by pottasium oxonate and chicken liver juice to increase uric acid levels. Then the test animals were divided into 5 groups cosisted of the negative control group (0.5% NaCMC), positive control (allopurinol 13mg/kgBW), the dose I group (125mg/kgBW), dose II (250mg/kgBW), and dose III (500mg/kgBW). Next step is to measured the decrease of uric acid levels in mice’s blood every hour for 5 hours. Then the data of decreased in uric acid levels were processed statistically using the Anova and Duncan method. Based on the results of test in mice, nettle extract has antihyperuricemia activity with successive doses of 500 mg/kgBW (89.91%), 250 mg/kgBW (73.7%), and 125mg/kgBW (63.56%).
Uji Efek Penghambatan Enzim Xantin Oxidase Kombinasi Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus L.) dan Daun Sidaguri (Sida rhombifolia L.) Nitya Nurul Fadilah
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 18 No 2 (2021): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jfi.v18i2.807

Abstract

Hyperuricemia is a high level of uric acid in the blood and can cause gout. One of the drugs used to treat hyperuricemia is allopurinol with a mechanism of inhibiting the activity of xanthine oxidase (XO). The use of these drugs can cause various side effects if used for a long period of time. Sidaguri and kumis kucing plants are known to contain flavonoids and are proven to treat gout with each plant can reduce uric acid levels in the blood and increase its excretion in urine. This study was carried out to test the combination of sidaguri and kumis kucing extracts with certain ratios in inhibiting the activity of the xanthine oxidase enzyme. In this study, a combination of extracts was made using maceration method. The inhibition of xanthine oxidase activity by ethanol extract in vitro was determined by decreasing the production of uric acid monitored with a spectrophotometer at (λ) 292nm with xanthine as a substrate. Then determined the best IC50. As a comparison allopurinol is used. Based on the results of in vitro tests, the best comparison of the combination of kumis kucing extract and sidaguri extract can inhibit the activity of XO enzymes with the best IC50 in a row is the combination of kumis kucing and sidaguri extracts 1:1 (20.99ppm), 1:2 (39.64ppm), and 1:0.5 (52.28ppm).
Pelatihan Pembuatan Serbuk Jamu Pegagan Di Desa Pagersari, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya Nitya Nurul Fadilah; Richa Mardianingrum; Gina Septiani Agustien
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 3 Nomor 2 Oktober 2020
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v3i2.3354

Abstract

Serbuk jamu pegagan memiliki banyak manfaat diantaranya memperlancar peredaran darah, mengatasi gangguan pencernaan, antibakteri, dan untuk kecantikan kulit. Pegagan banyak ditemui di pekarangan rumah atau pinggir sawah khususnya di Desa Pagersari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan dari program pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara membuat serbuk jamu yang baik dan bermutu sehingga dapat dijadikan serbuk jamu baik untuk konsumsi sendiri atau untuk diperjualbelikan. Metode yang digunakan adalah berupa pemberian materi dan pelatihan yang terdiri dari proses pembuatan jamu, sortasi kering, pencucian, perajangan, pengeringan dan pengemasan. Serbuk jamu pegagan dapat dikemas dalam bentuk yang menarik, atau membuat masker dengan bahan tambahan lain yang diramu sebagai masker kecantikan. Oleh karena itu, potensi pegagan sebagai produk kesehatan perlu disosialisasikan kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan perekonomian dan pemanfaatan sumber daya alam di daerah melalui masyarakat PKK pada 17 Juli 2020. Hasil dari kegiatan tersebut, masyarakat lebih memahami arti penting dari tanaman di sekitarnya sehingga bisa dijadikan produk kesehatan. Hal tersebut terlihat dari antusiasme masyarakat terhadap pemberian materi dan masyarakat bisa membuat serbuk jamu secara mandiri setelah dilakukan pelatihan. Kata kunci: Pegagan, Jamu, Pagerageung  ABSTRACTPegagan herbal powder, has many benefits including improving blood circulation, overcoming digestive disorders, antibacterial, and for skin. Pegagan is often found in the yard or the edge of rice fields, especially in Pagersari Village, Ciawi District, Tasikmalaya. The purpose of this community service program was to increase public knowledge about how to make good and quality herbal powder so that it can be used as herbal powder either for own consumption or for sale. The method used was in the form of material provision and training which consisted of the process of making herbal medicine, dry sortation, washing, chopping, drying and packaging. The powder of pegagan can be packaged in an attractive form, or herb masks with other additives which are mixed as beauty masks. Therefore, the potential of pegagan as a health product needs to be disseminated to the surrounding community to improve the economy and utilization of natural resources in the area through the PKK community on July 17, 2020. The results of these activities, the community colud understands the importance of the surrounding plants so that they can be used as products health. This could be seen from the enthusiasm of the community for providing materials and the community being able to personally made herbal medicine powder after this training.Keywords: Pegagan, Herb, Pagerageung
Pelatihan Pembuatan Produk Teh Pegagan untuk P-IRT di Desa Pagersari, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya Nitya Nurul Fadilah; Richa Mardianingrum; Gina Septiani Agustien
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 4 (2022): Volume 5 No 4 April 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i4.5527

Abstract

ABSTRAK Pemanfaatan tumbuhan sebagai alternatif pengobatan banyak ditemukan di masyarakat desa. Salah satunya Desa Pagersari yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Desa ini terletak di bagian utara Tasikmalaya. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di sana merupakan petani, sehingga lingkungannya masih relatif dikelilingi oleh pesawahan yang sebagian besar lahannya dipakai untuk padi, palawija, sayuran dan tanaman lainnya. Selain itu masyarakat di kalangan ibu rumah tangga juga sering menanam tanaman obat di pekarangan rumah. Namun, pemanfaatannya masih belum optimal karena kurangnya pengetahuan dalam mengolah potensi sumberdaya yang dimiliki. Salah satu tanaman yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah pegagan yang banyak tumbuh di Desa Pagersari. Pegagan berkhasiat untuk meningkatkan imun, membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, kecantikan, dan lain-lain. Pegagan ini dapat dijadikan masker yang dapat digunakan kapan saja sebagai penunjang kecantikan atau penunda penuaan dini. Masker pegagan bisa dikemas dalam bentuk menarik menjadi masker wajah. Selain itu teh pegagan ini terjamin proses pembuatanya karena melalui tahapan yang sudah sesuai dengan syarat P-IRT. Program pengabdian masyarakat (Pengembangan Masyarakat Desa Binaan) ini menginisiasi pembuatan masker pegagan yang ditanam sendiri serta siap digunakan kapan saja. Masyarakat Desa Pagersari akan dibina melalui penyuluhan dan praktik pembuatan masker  pegagan dari mulai pengolahan tanaman obat hingga berbentuk kemasan sehingga bisa dijadikan produk industri rumah tangga (P-IRT) sebagai bukti bahwa produk tersebut terjamin dan aman. Program ini dapat membantu pengembangan tanaman pegagan di Desa Pagersari yang dapat dijadikan sebagai produk kosmetik dan penunjang kecantikan untuk selanjutnya dapat dikemas dalam bentuk kemasan yang menarik dan dapat dijual sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat. Kata kunci: Pegagan, Desa Pagersari, masker  ABSTRACT The use of plants as alternative medicine is found in many rural communities. One of them is Pagersari Village which is one of the villages in Pagerageung District, Tasikmalaya Regency. This village is located in the northern part of Tasikmalaya. Most of the livelihoods of the people there are farmers, so the environment is still relatively surrounded by rice fields, most of which are used for rice, secondary crops, vegetables and other crops. In addition, people among housewives also often plant medicinal plants in their yards. However, its utilization is still not optimal due to lack of knowledge in processing the potential of its resources. One of the plants that has not been used optimally is pegagan which grows a lot in Pagersari Village. Pegagan is efficacious for increasing immunity, cleansing the blood, improving blood circulation, beauty, and others. Pegagan can be used as a mask that can be used at any time to support beauty or delay premature aging. Pegagan masks can be packaged in an attractive form into a face mask. In addition, pegagan tea is guaranteed to be made because it goes through stages that are in accordance with the P-IRT requirements. This community service program (Development of Fostered Village Community) initiates the manufacture of pegagan masks that are self-grown and ready to be used at any time. The community of Pagersari Village will be fostered through counseling and the practice of making pegagan masks from processing medicinal plants to packaging so that they can be used as home industry products (P-IRT) as proof that the product is guaranteed and safe. This program can help the development of pegagan plants in Pagersari Village which can be used as cosmetic and beauty support products which can then be packaged in attractive packaging and can be sold so as to improve the community's economy. Keywords: pegagan, Pagersari village, mask
Pembuatan Minuman Instan Bir Pletok Dalam Etnofarmasi Untuk Masuk Angin Dan Pegal Linu Di Desa Kiarajangkung Kabupaten Tasikmalaya Richa Mardianingrum; Nitya Nurul Fadilah; Mida Hamidah; Yunia Sarwatiningsih
JURNAL KREATIVITAS PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PKM) Volume 4 Nomor 2 April 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v4i2.3525

Abstract

ABSTRAK Bir pletok merupakan minuman khas betawi yang biasa digunakan untuk menghangatkan badan. Komponen utama bir pletok adalah jahe dan kulit kayu secang. Secara etnofarmasi, jahe sering digunakan untuk menghangatkan badan, mengatasi masuk angin, pegal linu, batuk, mual, dan menjaga imun tubuh, sedangkan kulit kayu secang merupakan salah satu bahan rempah-rempah mempunyai khasiat antioksidan tinggi sehingga sangat cocok digunakan untuk mengatasi gejala inflamasi. Tujuan pengabdian masyarakat di Desa Kiarajangkung Kabupaten Tasikmalaya ini menggali potensi alam yang sangat kaya terutama penghasilan rempah-rempah seperti jahe, kayu secang, lengkuas, untuk diproduksi lebih lanjut sebagai minuman Kesehatan siap saji. Metode pembuatan minuman serbuk instan bir pletok berupa sosialisasi, pelatihan pembuatan minuman instan dan cara pengemasannya. Hasil yang diperoleh nanti dapat menjadi suatu solusi supaya masyarakat dapat lebih praktis dalam penggunaannya dan mempunyai nilai jual yang lebih tinggi daripada bahan mentahnya. Masyarakatpun selain sehat juga dapat melaksanakan kegiatan UMKM guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Kiarajangkung Kata kunci: Bir Pletok, Desa Kiarajangkung, Kabupaten Tasikmalaya ABSTRACT Pletok beer is a typical Betawi drink that is usually used to warm the body. The main components of pletok beer are ginger and secang bark. In ethnopharmaceutical, ginger is often used to warm the body, treat colds, aches, and pains, coughs, nausea, and maintain body immunity, while the bark of secang is one of the ingredients of spices that have high antioxidant properties so it is very suitable to be used to treat inflammatory symptoms. The goal of community service in the Kiarajangkung Village, Tasikmalaya Regency, is to explore the very rich natural potential, especially the income of spices such as ginger, secang wood, galangal, to be further produced as ready to eat health drinks. The method of making instant powdered drink beer pletok is in the form of socialization, training in making instant drinks, and how to pack them. The results obtained later can be a solution so that people can be more practical in their use and have a higher selling value than the raw material. Besides being healthy, the community can also carry out UMKM activities to improve the welfare of the people of Kiarajangkung Village. Keywords: Pletok beer, Kiarajangkung Village, Tasikmalaya Regency
EKSTRAKSI BERBANTU ULTRASONIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK UMBI GADUNG (Dioscorea hispida Dennst) SECARA IN VITRO Susanti Susanti; Nitya Nurul Fadilah; Lina Rahmawati Rizkuloh
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 13, No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v13i1.1240

Abstract

Dioscorea hispida Dennst atau di Indonesia dikenal dengan umbi gadung diketahui mengandung senyawa aktif fenol yang dapat memberikan aktivitas antioksidan. Ekstraksi senyawa fenol dari umbi gadung masih belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengekstraksi senyawa fenol menggunakan metode ultrasonic-assisted extraction (UAE) dengan pelarut yang bervariasi yaitu air, etanol, dan metanol serta menguji aktivitas antioksidannya. Penentuan kandungan fenol total (TPC) ekstrak secara kuantitatif telah dilakukan menggunakan metode spektrofotometri uv-vis dengan prinsip reaksi reduksi antara Folin–Ciocalteu  dengan asam galat. Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak menggunakan metode peredaman 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Dari penelitian ini diketahui bahwa senyawa fenol total paling tinggi terdapat pada ekstrak metanol umbi gadung yaitu sebesar 4,467 ± 0,752 gGAE/100 g dengan aktivitas antioksidan terkuat yang dilihat dari nilai IC50-nya yaitu sebesar 4,395 μg/mL.
Komersialisasi dan Manajemen Pemasaran Produk Kesehatan Teh Pegagan di Dusun Pamipiran, Desa Pagersari, Kabupaten Tasikmalaya Nitya Nurul Fadilah; Salsabila Adlina; Nita Fauziah Oktaviani
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 12 (2022): Volume 5 No 12 Desember 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i12.7902

Abstract

ABSTRAK Pemanfaatan tumbuhan sebagai alternatif pengobatan banyak ditemukan di masyarakat desa. Salah satunya Desa Pagersari yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya. Desa ini terletak di bagian utara Tasikmalaya. Sebagian besar mata pencaharian penduduk di sana merupakan petani, sehingga lingkungannya masih relatif dikelilingi oleh pesawahan yang sebagian besar lahannya dipakai untuk padi, palawija,sayuran dan tanaman lainnya. Selain itu masyarakat di kalangan ibu rumah tangga juga sering menanam tanaman obat di pekarangan rumah. Salah satu tanaman yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah pegagan yang banyak tumbuh di Desa Pagersari. Pegagan ini dapat dijadikan teh yang dapat diseduh kapan saja sebagai penunjang kesehatan atau ketika terkena penyakit. Tujuan dari pengabdiam masyarakat ini adalah mengenalkan cara pemasaran teh pegagan pada masyarakat Desa Pagersari. Metode dari program pengabdian masyarakat ini adalah pembinaan Masyarakat Desa Pagersari melalui penyuluhan dan praktik pembuatan teh pegagan dari mulai pengolahan tanaman obat hingga berbentuk kemasan sehingga bisa dijadikan Produk Industri Rumah Tangga (P-IRT) sebagai bukti bahwa produk tersebut terjamin dan aman. Selain itu, kelompok ibu rumah tangga ini akan dibekali tentang bagaimana cara komersialisasi produk melalui media sosial, manajemen pemasaran produk, dan pendampingan dalam pengajuan produk halal. Hasil dari program pengabdian ini dilakukan pada tanggal 13 Agustus 2022 di Madrasah Al-Khoeriyyah Kampung Pamipiran, Desa pagersari, Kabupaten Tasikmalaya pada pukul 13.00-15.30 WIB yang diikuti oleh 20 peserta yang merupakan ibu rumah tangga serta petani di Desa Pagersari. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dihadiri oleh dosen anggota kegiatan pengabdian masyarakat, mahasiswa, serta kepala Desa Pagersari. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah berjalan lancar serta para peserta antusias serta memahami materi yang disampaikan dan dapat terlihat dari hasil post test para peserta yang baik. Kata Kunci: Pegagan, Desa Pagersari, Teh, Komersialisasi  ABSTRACT The use of plants as alternative medicine is found in many rural communities. One of them is Pagersari Village which is one of the villages in Pagerageung District, Tasikmalaya Regency. This village is located in the northern part of Tasikmalaya. Most of the livelihoods of the people there are farmers, so the environment is still relatively surrounded by rice fields, most of which is used for rice, secondary crops, vegetables and other crops. In addition, people among housewives also often plant medicinal plants in their yards. One of the plants that has not been used optimally is pegagan which grows a lot in Pagersari Village. Pegagan can be used as a tea that can be brewed at any time as a support for health or when exposed to disease. The purpose of this community service is to introduce the marketing of pegagan tea to the people of Pagersari Village. The method of this community service program is the development of the Pagersari Village Community through counseling and the practice of making pegagan tea from processing medicinal plants to packaging so that it can be used as a Home Industry Product (P-IRT) as proof that the product is guaranteed and safe. In addition, this group of housewives will be provided with how to commercialize products through social media, product marketing management, and assistance in submitting halal products. The results of this service program were carried out on August 13, 2022 at Madrasah Al-Khoeriyyah Pamipiran Village, Pagersari Village, Tasikmalaya Regency at 13.00-15.30 WIB which was attended by 20 participants who were housewives and farmers in Pagersari Village. This community service activity was attended by lecturers, members of community service activities, students, and the head of Pagersari Village. The conclusion of this activity is that it runs smoothly and the participants are enthusiastic and understand the material presented and can be seen from the good post-test results of the participants. Keywords: Pegagan, Pagersari Village, Tea, Commercialization
Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Katuk (Breynia androgyna (L.)) pada Mencit Putih dengan Metode Transit Intestinal Nitya Nurul Fadilah; Gina Septiani Agustien; Lina Rahmawati Rizkuloh
Lumbung Farmasi: Jurnal Ilmu Kefarmasian Vol 3, No 2 (2022): Juli
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/lf.v3i2.9791

Abstract

ABSTRAKDiare merupakan suatu masalah gangguan pada saluran pencernaan yang ditandai dengan pengeluaran feses cair berulang kali atau lebih dari 3 (tiga) kali sehari atau diare adalah frekuensi terjadinya defekasi lebih sering dari keadaan normal. Tanaman katuk mengandung senyawa-senyawa kimia meliputi flavonoid, saponin dan tanin. Tanin merupakan salah satu zat yang berkhasiat sebagai adstringensia sehingga diduga mampu memberikan efek antidiare.Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat aktivitas antidiare dari tanaman katuk (Breynia androgyna).   Metode yang digunakan untuk menguji efek antidiare ekstrak etanol daun katuk yakni menggunakan metode transit intestinal. Dosis yang digunakan berturut-turut adalah (dosis I) 40 mg (dosis II) 80 mg dan (dosis III) 160 mg/20g BB. Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji aktivitas antidiare ekstrak etanol daun katuk dapat diketahui bahwa ekstrak daun katuk memiliki efek sebagai antidiare yang ditunjukkan dengan nilai rasio transit intestinal terbaik sebesar 0.39 pada dosis III sebesar 160mg/20gBB dan secara statistik siginifikan (p<0.05)   terhadap kontrol negatif. Kata kunci : Diare; Daun Katuk; Transit Intestinal; Tanin.ABSTRACTDiarrhea is a problem in the digestive tract, which is characterized by repeated discharge of liquid stools or more than 3 (three) times a day or diarrhea is the frequency of defecation more often than normal. Katuk plant contains chemical compounds including flavonoids, saponins and tannins. Tannins are one of the substances that are efficacious as an adstringensia so that they are thought to have an antidiarrheal effect. The purpose of this study was to see the antidiarrheal activity of the katuk (Breynia androgyna) plant. The method used to test the antidiarrheal effect of the ethanolic extract of katuk leaves is using the intestinal transit method. The doses used were (dose I) 40 mg (dose II) 80 mg and (dose III) 160 mg/20g BW. Based on the results obtained in the antidiarrheal activity test of the ethanol extract of katuk leaves, it can be seen that the katuk leaf extract has an antidiarrheal effect as indicated by the best intestinal transit ratio value of 0.39 at dose III of 160mg/20gBW and statistically significant (p<0.05) against the control negative. Keywords : Diarrhea; Katuk Leaves; Intestinal Transit; Tannins