Indra Budi Prasetyawan
Departemen Oseanografi, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 31 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

The Origin of Back-Arc Spreading in The Eastern Edge of Scotia Plate Indra Budi Prasetyawan
Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.194 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v5i1.11292

Abstract

The origin and evolution of  back-arc spreading in the eastern edge of Scotia Plate will be discussed in this paper. The Scotia Plate is a tectonicplate on the edge of the South Atlantic and Southern Ocean, located between the South American and Antartic plates. The East Scotia Ridge (ESR) in the eastern edge of Scotia Plate, forned due to subduction of the South American plate beneath the South Sandwich plate along the South Sandwich Island arc. The methods and techniques of data acquisition used were data from absolution motions and data from magnetic anomalies and bathymetric data. Magnetic anomalies and  bathymetric data that used in this paper consist of two sets data. First, magnetic anomalies and  bathymetric data which were obtained by aboard HMS Endurance in the 1969-70 austral summer, and the second, magnetic anomalies and  bathymetric data which were obtained after removal of the International Geomagnetic Reference Field (IGRF). Absolution motion analyses in the subduction zones of Sandwich plate results that form back-arc spreading in East Scotia Ridge showing high deformation for slow moving upper plates. Where back-arc spreading is associated with upper plate retreat that reaches 26.9 mm/year and have back-arc deformation style consistent with upper plate absolute. Key Words: Geological oceanography, Scotia plate, back-arc spreading
Pengukuran Sistem Karbon Dioksida (Co2) Sebagai Data Dasar Penentuan Fluks Karbon Di Perairan Jepara Indra Budi Prasetyawan; Lilik Maslukah; Azis Rifai
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1330.86 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i1.15736

Abstract

Sistem CO2 dalam perairan adalah dalam bentuk gas (CO2), asam bikarbonat, ion bikarbonat dan ion karbonat. Jumlah total dari semua bentuk sistem CO2 disebut konsentrasi total CO2 [∑CO2] dan sering disebut karbon anorganik terlarut (Dissolved Inorganic Carbon/DIC). Keberadaan karbon anorganik ini berperan penting dalam reaksi kimiawi di dalam perairan. Pertukaran (fluks) karbon anorganik juga berperan penting dalam mengontrol pH di laut dan juga menentukan perairan sebagai source karbon (sumber) atau sink karbon (penyimpan). Perbedaan tekanan parsial karbon menentukan pertukaran antara atmosfir dan lautan. Untuk mengetahui variabilitas pertukaran CO2 antara laut dan atmosfer diperlukan pengukuran sistem CO2. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengkaji distribusi spasial karbon anorganik terlarut di Perairan Jepara dan hubungannya dengan faktor-faktor fisika-kimia perairan yang meliputi suhu, pH, alkalinitas, salinitas dan DO. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pengukuran karbon anorganik terlarut, alkalinitas dan oksigen terlarut menggunakan metode titrasi. Hasil analisa data ditampilkan dalam bentuk peta sebaran dengan menggunakan program ArGIS. Berdasarkan hasil penelitian di Perairan Jepara diperoleh kesimpulan sebagai berikut bahwa semua stasiun kecuali stasiun 11 memiliki nilai temperatur berkisar antara 29 – 300C, hal ini dikarenakan pengukuran berada di perairan terbuka dan dekat dengan daratan sehingga energi matahari lebih efektif meningkatkan temperatur air laut. Nilai salinitas terendah berada di Stasiun 1 yang letaknya berada di mulut muara Sungai Serang dengan nilai 28.70/00, hal ini di karenakan adanya masukan air tawar yang memiliki salinitas yang rendah.Kandungan DO yang rendah berkisar 2.4 ppm – 2.56 ppm dikarenakan masuknya bahan-bahan organik ke perairan Jepara sehingga membutuhkan oksigen yang banyak untuk menguraikannya.Dari hasil analisis di laboratorium terhadap 12 sampel air laut Perairan Jepara, menunjukkan bahwa kandungan CO2 berkisar antara 4.6 ppm – 24.1 ppm. Stasiun 1 dan Stasiun 2 yang terletak di dekat muara Sungai Serang memiliki kandungan CO2 yang lebih besar dibandingkan Stasiun-Stasiun lainnya.  CO2 in the water system is in gaseous form (CO2), the bicarbonate acid, bicarbonate ions and carbonate ions. The total amount of all forms of the CO2 system called total concentration of CO2 [ΣCO2] and is often called the dissolved inorganic carbon (Dissolved Inorganic Carbon / DIC). The existence of inorganic carbon plays an important role in the chemical reactions in the water. Exchange (flux) inorganic carbon is also important in controlling pH in the ocean and also determines the waters as a source of carbon (sources) or a carbon sink (storage). Differences partial pressure of carbon determines the exchange between the atmosphere and oceans. To determine the variability of the exchange of CO2 between the ocean and atmospheric CO2 system measurement required. The main objective of this study is to examine the spatial distribution of dissolved inorganic carbon in the waters of Jepara and its association with factors physico-chemical marine waters of pH, alkalinity, salinity and chlorophyll. The method used in this research is quantitative. Measurement of dissolved inorganic carbon, alkalinity and dissolved oxygen using titration methods. Results of analysis of the data shown in the form of distribution maps using ARGIS program. Based on the result of research of Jepara Waters, inferred that all Stations except Station 11 has temperature value ranged 29 – 300C, it is caused that the measurements conducted in open ocean and close to land therefore sun energy more effective to increase sea water temperature. The lowest salinity at the Station 1 located at the mouth of Serang River is 28.70/00, it is caused by the existence of river discharge which has low salinity. The low DO ranged 2.4 ppm – 2.56 ppm caused by the input of organic materials into Jepara Waters. According to analysis result at the laboratorium to 12 water samples in the Jepara Waters, showing the value of CO2 ranged from 4.6 ppm – 24.1 ppm. Station 1 and Station 2 that are located at the river mouth contain higher CO2 than the other stations. 
Konsentrasi Klorofil-a dan Keterkaitannya dengan Nutrient N, P di Perairan Jepara : Studi Perbandingan Perairan Muara Sungai Wiso dan Serang Lilik Maslukah; Sri Yulina Wulandari; Indra Budi Prasetyawan
Jurnal Kelautan Tropis Vol 20, No 2 (2017): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.4 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v20i2.1697

Abstract

The existenece of nutrient is highly affected by human activities and causing the amount of chlorophyll-a which is the indicator of water fertility. Muara Wiso is a location located in the urban center of Jepara while Serang estuary is mostly impacted by agriculture activities in the upper area. This study has compared the concentration of chlrorophyll-a and its association with N and P nutrients in the two different environmental conditions in Jepara waters. Nutrient N was determined as a nitrite ion using the sulphanilamide method after it was reduced using a reduction column. P was determined as orthophosphate using ascorbic acid and chlorophyll-a method which were extracted from water sample filtrate, using 90% acetone. The results showed that the mean of N, P concentration of Wiso estuary was 1.3285 ± 0.33 mg N/l, 0.4723 ± 0.27 mg P/l and Serang estuary was 0.0172 ± 0.005 mg N/l, 0.3813 ± 0.21 mg P/l. The N/P ratio of Serang estuary has a higher value than Wiso.This condition caused the chlorophyll-a concentration at Serang estuary is twice higher than at Wiso. The abundance of chlorophyll-a concentration at Serang estuary is more affected by higher nutrient load of N. Keberadaan nutrien sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan dapat menyebabkan tingginya nilai konsentrasi klorofil-a yang merupakan indikator kesuburan perairan. Muara Wiso merupakan lokasi yang terletak di pusat perkotaan Jepara, sedangkan muara Serang lebih mendapatkan pengaruh dari aktivitas pertanian di daerah hulunya. Penelitian ini telah membandingkan konsentrasi klorofil-a dan keterkaitannya dengan nutrient N dan P pada dua kondisi lingkungan yang berbeda di perairan Jepara. Nutrien N ditentukan sebagai ion nitrit menggunakan metode sulphanilamide setelah direduksi menggunakan kolom reduksi. P ditentukan sebagai orthophosphate menggunakan metode asam askorbit dan klorofil-a diekstrak dari filtrate sampel air yang diekstrak menggunakan aseton 90%. Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata konsentrasi N, P di muara Wiso 1.3285±0.33 mg N/l, 0.4723±0.27 mg P/l dan di muara Serang 0.0172±0.005 mg N/l, 0.3813±0.21 mg P/l. Rasio N/P muara Serang mempunyai nilai lebih tinggi dibanding Wiso. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi klorofil-a muara Serang dua kali lebih tinggi dibanding Wiso. Tingginya klorofil-a di muara Serang lebih dipengaruhi nilai beban nutrient N yang lebih tinggi.  
Pemodelan Perubahan Dasar Perairan (Bed Level Change) Di Perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Andi Dwi Pramulya; Indra Budi Prasetyawan; Alfi Satriadi; Elis Indrayanti; Aris Ismanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1134.601 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.6877

Abstract

Endapan sedimen yang terakumulasi dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan di perairan pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Emas merupakan pelabuhan yang mengalami pertumbuhan yang begitu pesat, namun pada alur pelayaran mengalami pendangkalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola arus, sebaran jenis sedimen dasar, dan perubahan dasar perairan berdasarkan hasil model. Simulasi pemodelan arus dan pemodelan transport sedimen dilakukan selama 30 hari. Pemodelan arus menggunakan software Mike21 Flow Model FM Hydrodinamic untuk mengetahui arah dan kecepatan arus pada daerah kajian. Simulasi pemodelan transpor sedimen menggunakan program Mike21 Flow Model FM Sand Transport untuk mengetahui pola transport sedimen di daerah kajian, dan mengetahui perubahan dasar perairan (bed level change). Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil pengolahan World Current menunjukkan arus dominan adalah arus residu. Kecepatan rata–rata arus bervariasi antara 3,32 – 3,99 cm/s. Berdasarkan hasil model arah arus dominan dari barat menuju ke timur laut dengan kecepatan maksimum lebih dari 0,114 m/s. Nilai verifikasi dengan metode CF sebesar 1,19 – 1,55 dikategorikan bagus. Analisa ukuran butir sedimen dasar yang ditemukan berupa Pasir, Lanau pasiran dan Lanau. Ukuran butir sedimen dasar dominan di perairan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang lanau. Hasil model perubahan dasar perairan menunjukan pengendapan sedimen di sepanjang garis pantai dan erosi terjadi di daerah laut.  
Analisis Spektrum Gelombang Di Perairan Pulau Panjang Mizan Zikrullah Abdulkadir; Indra Budi Prasetyawan; Denny Nugroho Sugianto; Agus Anugroho Dwi Suryoputro; Heriyoso Setyono; Petrus Subardjo
Indonesian Journal of Oceanography Vol 1, No 1 (2019): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2390.824 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v1i1.6271

Abstract

Pulau Panjang merupakan salah satu pulau yang dikategorikan sebagai pulau kecil dan terdapat di Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Masalah yang dihadapi Pulau Panjang adalah erosi yang semakin menggerus bibir pantai dan mulai merusak bangunan yang berada di pinggir pantai. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui spektrum gelombang dan karakteristik gelombang di Perairan Pulau Panjang, Jepara, Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Surface Water Modelling System (SMS) dengan modul STWAVE. Hasil pengolahan data lapangan menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum adalah sebesar 0,435 meter dengan periode 6,5 detik. Tinggi gelombang signifikan (Hs)  0,219 meter dengan periode gelombang signifikan (Ts) 3,1 detik. Hasil pemodelan spektrum gelombang menunjukkan bahwa nilai energi gelombang berbanding lurus dengan nilai tinggi gelombangnya.  Pulau Panjang is one of the islands which is categorized as a small island and is located in Ujungbatu Village, Jepara District, Jepara Regency, Central Java Province. The problem faced by Panjang Island is erosion which increasingly erodes the shoreline and begins to damage buildings on the beach. The purpose of this study is to knowing the wave spectrum and characteristic of waves at Panjang Island, Jepara. The research was conducted on 7 March – 11 March 2019 at Panjang Island Waters. The methods used in this study were quantitative methods. The software used in this study is the Surface Water Modelling System (SMS) with STWAVE module. The result of the field data shows that the maximum wave height was 0,435 meters with a period of 6,5 seconds. Significant wave height (Hs) was 0,219 meters with a significant wave period (Ts) of 3,1 seconds. Based on the result of wave spectrum models it can be concluded that the wave energy value have linear condition with the wave height value. 
Perubahan Morfologi Muara Sungai di Pesisir Kota Semarang Dalam Penanggulangan Banjir dan Rob Heryoso Setiyono; Muhammad Helmi; Indra Budi Prasetyawan; Muh Yusuf; Azis Rifai
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 2 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1552.049 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i2.7984

Abstract

Penelitian tentang studi muara sungai di pesisir Kota Semarang untuk mereduksi bencana rob telah dilakukan. Tujuan penelitian  adalah untuk mengidentifikasi perubahan bentuk, ukuran, pola  muara-muara sungai serta faktor-faktor fisik lainnya dari laut terkait dengan penanggulangan banjir dan rob sehingga dapat diambil langkah-langkah pencegahannya. Lokasi penelitian di sepanjang pesisir wilayah  Kota Semarang antara Kanal Banjir Barat (KBB) dan Kali Babon. Metode yang digunakan adalah analisis citra satelit dan peta rupa bumi serta dilengkapi dengan tinjauan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan bentuk muara sungai.  Faktor manusia sangat berpengaruh terhadap perubahan dan tata letak muara sungai. Kondisi sungai dan muara sungai dikelompokkan atas kondisi alamiah, penyodetan, pembelokan, normalisasi dan beberapa kombinasinya. Muara sungai yang masih alamiah antara lain: Tenggang dan Sringin. Muara sungai yang mengalami pembelokan antara lain adalah  Sungai Banger dan Kanal Banjir Timur (KBT). Muara sungai yang masih alamiah dan dinormalisasi yaitu Kali Babon. Muara sungai yang alamiah tetapi mengalami penyodetan yaitu Kali Semarang. Muara sungai yang mengalami normalisasi yaitu Kanal Banjir Barat (KBB). Penanganan serta pengendalian banjir dan rob secara terpadu mengurangi dampak penggenangan secara efektif.A study of rivermouth in the coastal of Semarang City  for reduction rob flood hazard was investigated. The purpose of this study is to identify the shape, size, pattern of rivermouth  changes and the factors of the sea that affect it that has the potential to cause rob disasters so that can be taken a preventive action. The research location is along the coast in the administrative area of Semarang City Government and the area affected by rob flood. The method used is cartometric analysis from various maps. The results show that the condition of the rivermouth is much influenced by the conditions along the river passing through certain land use areas. Human factors are very influential on the changes and layout of the river mouth. River and river mouth conditions are grouped under natural conditions, castration, deflection, normalization and some combinations. Rivermouth which still natural are included Tenggang, Seringin and Pentol. The rivermouth that experienced deflection are the rivermouth of Banger  and  Kanal Banjir Timur (KBT). The natural and normalized rivermouth is Kali Babon. The rivermouth that is still natural but experienced spoofing is Kali Semarang.The rivermouth that normalized is Kanal Banjir Barat (KBB).    
Analisis Daya Gelombang (Wave Power) di Perairan Semarang Dian Lestari Anggraini; Indra Budi Prasetyawan; Gentur Handoyo; Denny Nugroho Sugianto; Purwanto Purwanto
Indonesian Journal of Oceanography Vol 2, No 1 (2020): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (820.626 KB) | DOI: 10.14710/ijoce.v2i1.7446

Abstract

Perairan Semarang merupakan salah satu perairan yang sangat penting keberadaannya bagi daerah disekitarnya sebagai pusat perkembangan dari Provinsi Jawa Tengah. Analisis daya gelombang bertujuan untuk mengetahui potensi energi gelombang flux yang dapat terbentuk, hasilnya kemudian menentukan daya tertinggi dan terendah yang berkemampuan untuk membentuk energi gelombang yang baik. Pada penelitian ini menggunakan pemodelan daya gelombang dengan menggunakan aplikasi pemodelan untuk mengetahui besaran daya gelombang pada daerah kajian. Kecepatan dan arah dominan angin ditampilkan dengan mawar angin yang diolah dengan WRPlot View. Arah angin dominan tenggara. Nilai dari daya gelombang yang terbentuk pada sepanjang musim mengalami fluktuasi antara 0,0 – 9 kW/m. Secara umum daya gelombang paling besar terjadi pada musim peralihan 1.  Semarang waters is one of the important territorial waters for the development of Central Java Province. Analysis of wave power in Semarang Waters is for knowing the potential of wave energy flux that can be generated. The results of the analysis is to determine the highest and lowest power, which is reffering the ability to generate wave energy is good. Modelling application is used for wave power modelling, provides the value of wave power that occurred in Semarang Waters. Velocity and direction of wind shown by wind rose. Wind direction dominant is southeast. Based on the result, values of wave power in all seasons are fluctuating between 0,0 to 9 kW/m.  In general, the highest wave power occurred in first transition. 
A Robust Algorithm for Estimating Total Suspended Solids (TSS) Using Sentinel-2: Case Study in Coastal Waters of Teluk Awur, Jepara, Indonesia Sabila, Anis Yasmin; Maslukah, Lilik; Wirasatriya, Anindya; Indrayanti, Elis; Prasetyawan, Indra Budi; Widada, Sugeng
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 4 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.4.495-502

Abstract

Total suspended solids (TSS) is an important parameter of water quality, so regular monitoring is necessary to prevent further marine pollution due to TSS. Remote sensing is one of the most effective and efficient methods to monitor TSS with cost-effective operations. The Sentinel-2 satellite is freely available to users with high spectral and spatial resolution (10m, 20m, 60m). Dynamic changes in coastal waters and their characteristics cause TSS retrieval algorithms built from available imagery having less optimal results in other water regions. This research aims to develop an empirical TSS algorithm model that specifically applies to the coastal waters of Teluk Awur, Jepara. The algorithm was developed using an empirical method through correlation between spectral values of Sentinel-2 imagery and in situ TSS values. Water sampling was conducted at 110 stations with a depth of 0.5 m on 22 July 2023 simultaneously collocated with Sentinel-2 image recording. Half of the data was used for algorithm tuning and the other half used for validation. The best regression analysis is found in the red band (B4) and the model is linear. The relatively good performance is shown by the coefficient of determination (R²) of 0.45, RMSE (3.40 mg.L-1), and MAPE (10.76%). The resulting algorithmic model was TSS (mg.L-1) =817.213*(B4)-0.959. This study shows that Sentinel-2 MSI images for TSS retrieval in the coastal waters of Teluk Awur could be applicable and the red band (B4) can be used for mapping TSS concentrations in the surrounding study area.
Total Suspended Solids in Teluk Awur, Jepara using Red Reflectance from Landsat-8 Andhita, Laviola Reycha Fitri; Maslukah, Lilik; Wirasatriya, Anindya; Indrayanti, Elis; Prasetyawan, Indra Budi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 27, No 3 (2024): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v27i3.23717

Abstract

The coastal waters of Teluk Awur, Jepara are affected by human activities such as aquaculture, tourism, agriculture, and settlements. The number of human activities on land will contribute to high suspended solids (TSS) entering coastal waters by run-off. The high TSS in coastal areas will affect the entry of light intensity, disrupting the photosynthesis process and ecosystem. This study compares TSS values based on Landsat images using several TSS algorithms such as Wirasatriya, Budhiman, Ajiperwata, and Parwati algorithms and the algorithm resulting from the July 2023 field data calibration against red reflectance. The algorithm's performance from calibration has a smaller error value with RMSE = 8.51, MAPE = 25.77%, and Bias = 7.52. TSS estimation from Landsat 8 satellite imagery has a range of values of 30.56 - 62.55 mg/L (average 35.60 mg/L), while field measurements of TSS values are 22.40 - 64.52 mg/L (average 32.69 mg/L). This research will be valuable information for using the right Landsat-8 algorithm for temporal and sustainable TSS monitoring. It can be used in abrasion monitoring and management in the Teluk Awur coastal waters of Jepara.
Analisis Perubahan Garis Pantai Menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS) di Pesisir Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta Diana, Valen Febirose; Prasetyawan, Indra Budi; Wijaya, Yusuf Jati
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 2 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i2.26219

Abstract

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, merupakan wilayah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia dan rentan terhadap perubahan garis pantai akibat faktor alam seperti gelombang, angin, pasang surut, serta aktivitas manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menghitung luasan perubahan garis pantai di pesisir  Kulon Progo pada kurun waktu 2022 hingga 2024 menggunakan Citra Sentinel-2 dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS), serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai di wilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif melalui analisis citra Sentinel-2 untuk digitasi garis pantai dengan metode NDWI dan DSAS. Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada 5 (lima) titik di sepanjang pesisir Kulon Progo. Pemilihan 5 lokasi dengan masing-masing 1 titik pengambilan data bertujuan untuk mewakili kondisi sedimen di area pesisir secara keseluruhan. Hasil analisis DSAS menunjukkan perubahan garis pantai signifikan dengan laju abrasi dan akresi bervariasi. Tinggi gelombang maksimum meningkat dari 3,58 m pada tahun 2022 menjadi 4,66 m di tahun 2024, sementara kecepatan longshore current meningkat dari 1,11 m/s pada tahun 2022 menjadi 1,77 m/s di tahun 2024. Transpor sedimen meningkat dari 452.318,585 m³/tahun pada tahun 2022 menjadi 733.371,87 m³/tahun di tahun 2024. Distribusi sedimen didominasi pasir (83–99%), menunjukkan lingkungan berenergi tinggi. Luas akresi tertinggi terjadi pada tahun 2023 – 2024 sebesar 118,56 ha, sedangkan abrasi tertinggi tercatat sebesar 52,67 ha pada tahun 2022 – 2024.