Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

MUSEUM KAPAL DI KOTA TAHUNA: Arsitektur Metafora Aris S. Terah; Johannes Van Rate; Ingerid L. Moniaga
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 12 No. 2 (2023): DASENG Volume 12, Nomor 2, April 2023
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemakmuran alam di Kepulauan Sangihe menjadi rebutan kerajaan dan bangsa-bangsa salah satu buktinya adalah kapal karam diteluk Tahuna. Kapal ini diduga kapal nelayan jepang yang tenggelam oleh serangan kapal selam Amerika USS Paddle di pantai barat Sangihe pada 6 Juli 1944. Kapal kara ini dapat menjadi objek konservasi, objek wisata sekaligus objek edukasi untuk Museum. Teluk Tahuna terpilih sebagai lokasi yang strategis untuk perancangan objek museum ini, karena sesuai dengan syarat berdirinya bangunan museum yaitu “lingkungan yang dihubungkan dengan pusat komunitas”. Dilihat dari aspek objek dan lokasi maka tema perancangan yang terpilih adalah Arsitektur Metafora yang adalah suatu pendekatan arsitektur kontemporer yang berawal dari ide yang menghubungkan arsitektur dan bahasa. Metafora juga mengadopsikan gagasan bentuk dan pola suatu objek kedalam asitektur yang pada dasarnya mirip dengan konsep analogi dalam arsitektur. Metafora mengidentifikasi hubungan antar benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan yang sejajar. Kata Kunci: Kapal, museum, metafora
RESORT HUTAN MANGROVE DI KOTA MANADO: Blobitecture Joshua E. T. Sasiang; Julianus A. R. Sondakh; Johannes Van Rate
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 12 No. 2 (2023): DASENG Volume 12, Nomor 2, April 2023
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Resort Hutan Mangrove di Kota Manado merupakan proyek tugas akhir yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah resort yang mengintegrasikan arsitektur modern dengan keindahan alam mangrove. Konsep arsitektur yang digunakan dalam proyek ini adalah Blobitecture, yang menekankan pada bentuk organik dan fleksibel. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menciptakan sebuah bangunan yang dapat menyatu dengan lingkungan sekitar dan memberikan pengalaman yang unik bagi para pengunjung. Pada tahap perancangan, dilakukan analisis terhadap kebutuhan dan karakteristik lingkungan sekitar. Kemudian, dibuatlah konsep desain dengan mempertimbangkan fungsi dan estetika bangunan. Konstruksi bangunan Resort Hutan Mangrove menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan teknologi yang terkini untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Hasil dari proyek ini adalah sebuah bangunan yang terintegrasi dengan alam dan memberikan pengalaman yang unik bagi para pengunjung. Dengan konsep Blobitecture yang digunakan, bangunan Resort Hutan Mangrove di Kota Manado dapat menjadi contoh desain yang ramah lingkungan dan dapat memadukan arsitektur modern dengan keindahan alam. Kata Kunci: Resort, Mangrove, Blobitecture
PUSAT BUDAYA MALUKU UTARA DI JAILOLO HALMAHERA BARAT: Arsitektur Regionalisme Chrisye Giop; Johannes Van Rate; Johansen C. Mandey
Jurnal Arsitektur DASENG Vol. 12 No. 3 (2023): DASENG Volume 12, Nomor 3, Juli 2023
Publisher : PS S1 Arsitektur. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Maluku pada awalnya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi tertentu dari keempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada abad ke-14, disebut Moloku Kie Raha atau “Empat Gunung Maluku”. Selanjutnya saat ini provinsi Maluku Utara terdiri dar 7 Kabupaten dan 2 Kota yang didalamnya didiami oleh 26 Suku Adat. Dengan kekayaan dari masing-masing suku yang memiliki ke-khas-an budaya sendiri menjadikan Maluku Utara menjadi daerah yang kaya bukan hanya dari segi parawisata namun juga budaya, oleh karena itu untuk terus dapat menjaga , memelihara, bahkan melestarikan kepada generasi muda Objek Pusat Budaya Maluku Utara dibutuhkan kehadirannya. Kehidupan masyarakat daerah Maluku Utara yang sebelumnya sangat lekat dengan budaya daerahnya sendiri, secara perlahan mulai meninggalkan kebiasaan tersebut dan bersikap seolah-olah meninggalkan budaya daerah sendiri karena beranggapan bahwa budaya daerah adalah budaya yang kuno. Belajar serta melestarikan budaya daerahsendiri sebagai bentuk apresiasi dan tanggung jawab agar budaya yang sejak dulu dilestarikan dapat tetap di kenal oleh generasi muda saat ini bahkan hingga generasi yang akan datang, hal ini menjadi penting karena budaya menyangkut dengan identitas sebuah daerah dan masyarakat daerah itu sendiri. Pusat Budaya Maluku Utara yang akan di hadirkan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa untuk ingin belajar serta melestarikan budaya daerah sendiri sebagai bentuk apresiasi dan tanggung jawab agar budaya yang sejak dulu dilestarikan dapat tetap di kenal oleh generasi muda saat ini bahkanhingga generasi yang akan datang dengan penggunaan Arsitektur Regionalisme dalam perancangan sebagai bentuk usaha untuk menghasilkan rancangan yang memperhatikan karakteristik regional yang berkaitan budaya, iklim dan teknologi pada saat itu, serta perpaduan masa lampau dan masa kini demi bangunan lestari. Kata Kunci: Pusat Budaya, Maluku Utara, Arsitektur Regionalisme
PROSPEK PENERAPAN GREEN TRANSPORTATION DI KOTA TOMOHON Engka, Novendri Stevianus Fidel; Wuisang, Cynthia E.V.; Rate, Johannes Van
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 1 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i1.52662

Abstract

ABSTRAK Adapun dalam RTRW Kota Tomohon tahun 2013-2033 menyampaikan terkait upaya pengembangan sistem transportasi juga dalam RPJMD Kota Tomohon tahun 2021-2026 mengenai upaya peningkatan infrastruktur yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Berdasarkan penetapan kebijakan tersebut, maka diperlukan penanganan yang tepat. Transportasi hijau (green transportation) juga sebagai atribut penyusun kota hijau (green city) adalah suatu upaya perwujudan moda transportasi yang ramah lingkungan serta berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan Kota Tomohon dalam penerapan konsep green transportation. Kualitatif deskriptif digunakan sebagai metode dengan analisis kondisi dan kesesuaian infrastruktur dan analisis SWOT sebagai input bagi analisis kesiapan (readiness assessment) dengan metode skoring yang akan mengukur tingkat kesiapan pemahaman masyarakat, kesiapan preferensi masyarakat dalam melakukan perjalanan, dan kesiapan infrastruktur dasar transportasi hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat memperoleh skor 5 dengan kategori siap, untuk preferensi masyarakat dalam melakukan perjalanan memperoleh skor 7 dengan kategori siap, dan untuk infrastruktur dasar green transportation memperoleh skor 5 dengan kategori tidak siap. Setelah dilakukan perhitungan secara menyeluruh maka diperoleh presentase kesiapan adalah 66,6% dengan kategori cukup siap. Kata Kunci: Transportasi Hijau, Infrastruktur, Analisis Kesiapan ABSTRACT In terms of Tomohon City RPJMD efforts to improve environmentally friendly and sustainable infrastructure, the 2013–2033 Tomohon City Spatial Planning communicates related to efforts to develop the transportation system. It is necessary to handle the right in light of these policies' determination. Green transportation(green transportation) likewise as a constituent characteristic of a green city(green city) is a work to understand a harmless to the ecosystem and practical method of transportation. This study means to look at the preparation of Tomohon City in applying the idea green transportation. The scoring method for readiness analysis (readiness assessment) will measure the level of readiness of the community's understanding, the community's preferences for traveling, and the readiness of the basic infrastructure for green transportation. Descriptive qualitative is used as a method with analysis of the condition and suitability of infrastructure and SWOT analysis as input. The consequences of the review show that local area understanding gets a score of 5 in the prepared classification, for individuals' inclinations in voyaging, they get a score of 7 in the prepared class, and for fundamental foundation green transportation get a score of 5 with the ill-equipped classification. The percentage of readiness is 66.6%, with the category of "quite ready" following a thorough calculation. Keywords: Green Transportation, Infrastructure, Readiness Assessment
PROSPEK PENERAPAN GREEN TRANSPORTATION DI KOTA TOMOHON Engka, Novendri Stevianus Fidel; Wuisang, Cynthia E.V.; Rate, Johannes Van
MEDIA MATRASAIN Vol. 20 No. 1 (2023): MEDIA MATRASAIN
Publisher : Department of Architecture, Engineering Faculty - Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35793/matrasain.v20i1.52662

Abstract

ABSTRAK Adapun dalam RTRW Kota Tomohon tahun 2013-2033 menyampaikan terkait upaya pengembangan sistem transportasi juga dalam RPJMD Kota Tomohon tahun 2021-2026 mengenai upaya peningkatan infrastruktur yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Berdasarkan penetapan kebijakan tersebut, maka diperlukan penanganan yang tepat. Transportasi hijau (green transportation) juga sebagai atribut penyusun kota hijau (green city) adalah suatu upaya perwujudan moda transportasi yang ramah lingkungan serta berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kesiapan Kota Tomohon dalam penerapan konsep green transportation. Kualitatif deskriptif digunakan sebagai metode dengan analisis kondisi dan kesesuaian infrastruktur dan analisis SWOT sebagai input bagi analisis kesiapan (readiness assessment) dengan metode skoring yang akan mengukur tingkat kesiapan pemahaman masyarakat, kesiapan preferensi masyarakat dalam melakukan perjalanan, dan kesiapan infrastruktur dasar transportasi hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat memperoleh skor 5 dengan kategori siap, untuk preferensi masyarakat dalam melakukan perjalanan memperoleh skor 7 dengan kategori siap, dan untuk infrastruktur dasar green transportation memperoleh skor 5 dengan kategori tidak siap. Setelah dilakukan perhitungan secara menyeluruh maka diperoleh presentase kesiapan adalah 66,6% dengan kategori cukup siap. Kata Kunci: Transportasi Hijau, Infrastruktur, Analisis Kesiapan ABSTRACT In terms of Tomohon City RPJMD efforts to improve environmentally friendly and sustainable infrastructure, the 2013–2033 Tomohon City Spatial Planning communicates related to efforts to develop the transportation system. It is necessary to handle the right in light of these policies' determination. Green transportation(green transportation) likewise as a constituent characteristic of a green city(green city) is a work to understand a harmless to the ecosystem and practical method of transportation. This study means to look at the preparation of Tomohon City in applying the idea green transportation. The scoring method for readiness analysis (readiness assessment) will measure the level of readiness of the community's understanding, the community's preferences for traveling, and the readiness of the basic infrastructure for green transportation. Descriptive qualitative is used as a method with analysis of the condition and suitability of infrastructure and SWOT analysis as input. The consequences of the review show that local area understanding gets a score of 5 in the prepared classification, for individuals' inclinations in voyaging, they get a score of 7 in the prepared class, and for fundamental foundation green transportation get a score of 5 with the ill-equipped classification. The percentage of readiness is 66.6%, with the category of "quite ready" following a thorough calculation. Keywords: Green Transportation, Infrastructure, Readiness Assessment