Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Ecological Vulnerability of Coral Reef Ecosystem in Wakatobi National Park During Indian Ocean Dipole Event Hawis H. Madduppa; Alan F. Koropitan; Ario Damar; Beginer Subhan; Muhammad Taufik; La Ode Alam Minsaris; AM Azbas Taurusman; Agus Ramli; Arif Budi Purwanto
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 27 No. 1 (2020): January 2020
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.326 KB) | DOI: 10.4308/hjb.27.1.57

Abstract

This research examines coral reefs vulnerability which threatening its existences and functions by climate change. The ecological vulnerability in Wakatobi (Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko) was assessed during Indian Ocean Dipole (IOD) event in 2016. Climate exposure was determined using sea surface temperature, chlorophyll-a concentration, and wind speed magnitude; sensitivity was determined using coral susceptibility, fish susceptibility, and macroalgae primary productivity rate; then adaptive capacity was developed by hard coral cover, coral size distribution, coral richness, fish biomass, herbivore diversity, and herbivore grazing relative to algal production. The values of Exposure, Sensitivity, and Adaptive capacity in Wakatobi were 0.93±0.02, 0.42±0.18, and 0.44±0.10, respectively. Site specific vulnerability scores ranged from 0.52 to 1.60 (mean 0.92±0.26). Binongko was the least vulnerable than other islands. Tomia was observed as the least adaptive capacity and Wangi-wangi was the most bleaching incidents. These results could help coral reefs monitoring priority during the event and then when the event is gone by focusing on the marked islands and sites. Sites that were observed as more vulnerable is urgently need a management strategy to overcome the vulnerability status in the future, such as increasing site adaptability.
IDENTIFIKASI SPESIES MANGROVE MENGGUNAKAN ALGORITME RANDOM FOREST Ishak Ariawan; Ayang Armelita Rosalia; Luthfi Anzani; Wildan Aprizal Arifin; La Ode Alam Minsaris; Lukman Lukman
Jurnal Kemaritiman: Indonesian Journal of Maritime Vol 2, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Identifikasi komposisi spesies mangrove adalah topik yang penting dalam manajemen dan konservasi ekosistem pesisir. Biodiversitas spesies mangrove berpengaruh terhadap keberlangsungan dan keseimbangan entitas-entitas yang terkait di dalam ekosistemnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi Machine Learning untuk mengidentifikasi spesies mangrove. Secara spesifik, algortime Random Forest digunakan untuk mengklasifikasikan enam spesies mangrove, yaitu: Avicennia eucalyptifolia, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Unrecorded Sp., dan Xylocarpus granatum. Beberapa pendekatan dilakukan untuk memperkuat kinerja algoritme Random Forest, yaitu preprocessing (SMOTE) dan normalisasi min-max untuk menyeimbangkan distribusi data. Hasil tahap ini menunjukkan bahwa proyeksi dari rentang normalisasi (interval 0-1) tidak berpengaruh dalam mereduksi pola data secara dimensional. Setelah preprocessing dan normalisasi data, lima atribut (spesies, wood density, diameter at beast height, total of above ground biomass, dan below-ground root) diklasifikasi dan dianalisis dengan spesies sebagai atribut target. Pembangunan parameter model didasarkan pada jumlah total dari hasil SMOTE dengan menetapkan 100 dan 500 sebagai jumlah pohon tunggal dan 1000  sebagai jumlah node dan peubah prediktor default. Hasil akhir menunjukkan bahwa algortime Random Forest memperoleh nilai evaluasi yang optimal dengan rata-rata 99.97% menggunakan jumlah pohon tunggal dan cut-off yang telah ditetapkan. Akurasi maksimal yaitu 100% diperoleh dari jumlah pohon tunggal dan cut-off dengan ukuran sebagai berikut: (1) 500 dan 80:20; (2) 500 dan 90:10; dan (3) 100 dan 80:20. Hasil ini menunjukkan bahwa algortime Random Forest sangat efektif untuk diterapkan sebagai metode pengklasifikasi Machine Learning dalam menentukan spesies mangrove.
Model Peramalan Produksi Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Kejawanan Cirebon Jawa Barat Mita Febianah; Shelly Janu Setyaning Tyas; Farkhatus Solikhah; Faraz Herviansyah; Ayang Armelita Rosalia; La Ode Alam Minsaris
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 2, No 1 (2021): November 2021
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.624 KB) | DOI: 10.35726/jvip.v2i1.545

Abstract

Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan merupakan salah satu pelabuhan besar yang terdapat di Indonesia yang mempunyai banyak komoditas hasil tangkapan ikan, dari banyaknya komoditas hasil tangkapan ikan di PPN Kejawanan akan lebih baik jika dilakukan peramalan di masa depan untuk memprediksi komoditas ikan jenis apa yang perlu dibatasi dalam penangkapannya. Penelitian bertujuan untuk memilih salah satu model peramalan produksi hasil perikanan tangkap komoditas unggulan yang ada di PPN Kejawanan Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini mengambil data langsung dari TPI Higienis PPN Kejawanan Cirebon, data tersebut adalah data produksi ikan hasil tangkapan pada tahun 2016-2020. Penelitian ini menggunakan analisis pada datanya yang pertama dengan menjelaskan tujuan dari peramalan, kedua melakukan proses pembuatan diagram pencar dan yang terakhir itu memilih mana model peramalan yang baik dan tepat. Hasil yang didapat untuk model peramalan cumi-cumi, ikan layang, ikan lemuru, ikan pari dan ikan tenggiri di PPN Kejawanan Cirebon yaitu dengan model regresi polinomial ordo 4 dengan masing-masing nilai y berikut: cumi-cumi dengan nilai y = 86.574x4 - 1007.1x3 + 3997.5x2 - 6259.9x + 5813.5, ikan layang dengan nilai y = 22.313x4 - 255.75x3 + 1027.8x2 - 1717.9x + 1220, ikan lemuru dengan nilai y = -22.251x4 + 315.63x3 - 1543.1x2 + 2978.8x - 1630.5, ikan pari dengan nilai y = 23.885x4 - 265.32x3 + 984.05x2 - 1378.7x + 776.07, dan ikan tenggiri dengan nilai y = -17.244x4 + 222.82x3 - 990.14x2 + 1737.3x - 820.18.Kata kunci : Pelabuhan Kejawanan, peramalan, produksi ikan, regresi linear, regresi polinomial
PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 UNTUK MEMETAKAN HUTAN MANGROVE WISATA BAHARI PANTAI KARANGANTU, TELUK BANTEN Kiran Aulia Putri; Willdan Aprizal Arifin; La Ode Alam Minsaris
Jurnal Sains Informasi Geografi (J SIG) Vol 5, No 2 (2022): Edisi November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31314/jsig.v5i2.1774

Abstract

Mangrove marine tourism is one of the tourism sectors involved in large and important projects in tourism development. The transformation of PPN Karangantu from a protected area to marine tourism has caused environmental damage. This continued focus on mass tourism has resulted in environmental damage and pollution of the mangrove area found in PPN Karangantu. The aim of the study was to calculate the area of mangrove forest, the accuracy value of mangrove density and changes in conditions due to the existence of the Karangantu Beach marine tourism area in the last 5 years. The research method uses a mixed method to identify mangrove areas by visually analyzing landsat 8 spectral values using the Google Earth Engine (GEE) platform and by image processing for 2018-2022. The results showed that in 2018 the area of mangrove land was 17.04 ha, which decreased drastically in 2019 to 6.28 ha due to an oil spill that was carried away from Karawang Waters. In 2020 it will be 10.6 ha, in 2021 it will be 9.56 ha and in 2022 it will be 7.32 ha. This decrease area is due to marine tourism activities which damage the mangrove ecosystem land and many visitors do not protect the ecosystem. The use of GEE can provide an overview of the capabilities of Landsat 8 satellite imagery in mapping the mangrove forests in Karangantu Beach.
Coral Reef Status after the 2018 Sunda Strait Tsunami Using the CPCe Program: A Case Study of Tanjung Lesung Banten Luthfi Anzani; La Ode Alam Minsaris; Alya Dina Wilujeung; Cakra Rahardjo; La Ode Fajar Hasidu; Fajar Nugroho
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol 28, No 1 (2023): February
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine, Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jpk.28.1.116-124

Abstract

Tsunami that swept the Tanjung Lesung coast in 2018 caused Anak Krakatau to collapse in Sunda Strait which hit the coastal areas of Banten and Lampung. Tanjung Lesung is one of the worst areas affected. Tsunami in Tanjung Lesung has taken lives, damaged infrastructure, and caused terrible natural damage. One of the damages affecting residents' lives in the Tanjung Lesung coastal community is exposure to the marine ecosystem. The main ecosystem that has the highest productivity level is the coral reef. Coral biota is the main benthic biota of reefs that are directly affected by earthquakes and tsunamis. Forms of damage to coral reef ecosystems include several coral colonies that were found broken, overturned and some died because they were covered by sediment. However, until now there has been no data on the status of coral reefs after the 2018 Sunda Strait tsunami. Therefore, researchers feel the urgency of this research is high enough to determine the condition of coral reefs after the Sunda Strait tsunami in Tanjung Lesung. There are 3 research stations for data collection before the tsunami, and we conduct research in those 3 stations again after the tsunami. Then we added 3 research stations again, so there are 6 research stations. Observation of coral reefs uses the Line Intercept Transect (LIT) method. The line transect is made by stretching a roll meter with a scale parallel to the coastline along 25 meters with three replications with an interval of about 0-5 meters between replications so the total observed transect was 75 meters. The deterioration of coral reef conditions at three research stations (1-3) proved that the tsunami waves affected the damage to coral reefs. This has an impact on the diversity of coral reef species inhabitants that have decreased. Disturbance form coral-damaged structure and composition changes of the base substrate as habitat can have an impact on reef fish and coral reef inhabitants. So that this research is expected to be a reference for policymakers in determining rehabilitation steps for areas affected by the 2018 Sunda Strait tsunami
MAPPING THE DISTRIBUTION OF MANGROVES IN SERANG REGENCY USING REMOTE SENSING (CASE STUDY OF PULAU PANJANG) Amelia Luthfi Kamil Amel; La Ode Alam Minsaris; Della Ayu Lestari
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Vol 14 No 1 (2023): Maret
Publisher : UNIVERSITAS STEKOM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51903/jtikp.v14i1.535

Abstract

Mangroves are a multifunctional coastal ecosystem in coastal areas. Mangrove ecosystems can adapt to extreme coastal conditions, but are highly vulnerable to hazards such as regional degradation, species degradation, conflicts of interest, exploitation, and excessive mangrove use. Remote identification can help obtain the latest data related to the area of mangrove areas with time criteria and coverage of certain areas. The remote sensing used is Google Earth Engine (GEE). This study aims to be able to determine changes in the area of mangrove distribution and the level of density of mangrove ecosystems on Panjang Island, Serang Regency for the last 5 years from 2017 to 2021. The results of the distribution of mangrove areas in the span of 5 years from 2017 to 2021 the mangrove area on Panjang Island experienced a decrease in mangrove area by 5.47 ha. The level of mangrove density on Panjang island in the 5-year period from 2017 to 2021 is classified as a very rare mangrove density category.
Analisis Kondisi Terumbu Karang Akibat Pengaruh Aktivitas Pariwisata Bahari di Pulau Tunda Menggunakan Software CPCe Cakra Rahardjo; Lutfhi Anzani; La Ode Alam Minsaris
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 22, No 1 (2023): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v22i1.2566

Abstract

Salah satu ekosistem yang memiliki banyak peranan penting dalam bentuk ekologi maupun ekonomi adalah ekosistem terumbu karang. Karena pada ekosistem terumbu karang menjadi habitat biota laut, tempat berkembang biaknya hewan laut, kawasan terumbu karang juga memiliki nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata bahari. Provinsi Banten dikenal dengan potensi wisata bahari salah satunya adalah Pulau Tunda, Pulau yang dijadikan salah satu tempat untuk wisata bahari diantaranya snorkeling dan diving ini menjadikan ancaman bagi ekosistem terumbu karang karena selain mendapat tekanan dari alam ekosistem terumbu karang di Pulau Tunda mendapat tekanan dari para wisatawan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi terumbu karang akibat wisata bahari dan mengetahui seberapa besar pengaruh aktivitas wisata bahari terhadap ekosistem terumbu karang. Data terumbu karang yang diambil menggunakan metode UPT dan dianalisis menggunakan software CPCe. Pada hasil didapat bahwa persentase tutupan terumbu karang pada kawasan yang kerap dijadikan untuk pariwisata bahari menunjukkan hasil dengan persentase Hard Coral 30,33%, Soft Coral 0,17% pada sub kategori sedang yang didominasi oleh Rubble atau patahan karang sebesar 40,00%. Pada kawasan yang jarang digunakan untuk pariwisata bahari menunjukkan hasil persentase Hard Coral 26,97%, Soft Coral 0,80% pada sub kategori sedang yang juga didominasi oleh Rubble atau patahan karang sebesar 26,97%.
Pengaruh Perbedaan Modul Transplantasi Karang Terhadap Pertumbuhan Karang di Pulau Pramuka Abdul Malik; La Ode Alam Minsaris; Luthfi Anzani
Juvenil Vol 4, No 2: Mei 2023
Publisher : Department of Marine and Fisheries, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/juvenil.v4i2.19675

Abstract

ABSTRAKSebaran terumbu karang di Indonesia sekitar 85% terancam rusak dan 50% lainnya mengalami ancaman kerusakan yang tinggi. Pada wilayah perairan Pulau Pramuka menunjukkan persentase tutupan karang hidup sebesar 20,65%-47,17% yang dikategorikan sedang hingga rusak. Apabila tidak segera ditangani, ini bisa berdampak buruk bagi ekosistem laut. Perlu adanya upaya restorasi agar dapat membantu pemulihan terumbu karang yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan karang pada ketiga modul transplantasi karang yang berbeda yaitu antara modul rocklife, PVC, dan spider agar lebih mengefektifkan dalam menentukan modul terbaik yang ingin digunakan pada kondisi perairan yang sama seperti Pulau Pramuka. Parameter perairan yang diukur meliputi suhu, kecerahan, pH, salinitas, oksigen terlarut, dan kecepatan arus. Penelitian dilakukan selama 4 bulan dengan menggunakan 60 sampel fragmen karang dari spesies Acropora sp. yang ditanam pada masing-masing modul transplantasi karang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan observasi selama 3 bulan dan analisis korelasi pearson serta metode statistik dengan regresi linear digunakan untuk memodelkan hubungan antara parameter oseanografi tertentu dengan pertumbuhan karang pada masing-masing modul. Hasil penelitian menunjukkan selama kurun waktu 3 bulan, parameter perairan yang diukur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan karang. Namun, hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pH dan DO dengan pertumbuhan karang. Secara keseluruhan perbandingan dari ketiga modul transplantasi yang dilakukan di perairan Pulau Pramuka mendapatkan hasil, modul rocklife menjadi metode yang terbaik.Kata Kunci: Laju pertumbuhan, Modul transplantasi, Pulau Pramuka, Terumbu karang, Transplantasi KarangABSTRACTThe distribution of coral reefs in Indonesia is around 85% threatened with damage, with the other 50% experiencing a high threat of damage. In the waters of Pramuka Island, the percentage of live coral cover is 20.65%–47.17%, which is included in the moderate to damaged category. If not addressed immediately, this can have a negative impact on the marine ecosystem. Restoration efforts are needed to help recover damaged coral reefs. Therefore, this study aims to compare coral growth in three different coral transplant modules, namely between rocklife, PVC, and spider modules, to further streamline determining the best module to use in the same water conditions as Pramuka Island. The water parameters measured included temperature, brightness, pH, salinity, dissolved oxygen, and current speed. The research was conducted for 4 months using 60 samples of coral fragments from Acropora sp. species planted in each coral transplant module. The method used in this study was experimental, with observations for 3 months, and Pearson correlation analysis and statistical methods with linear regression were used to model the relationship between certain oceanographic parameters and coral growth in each module. The results showed that over a 3-month period, the measured water parameters did not show significant differences in influencing coral growth. However, the results showed a correlation between pH and DO  and  coral  growth.  Overall,  the  comparison  of  the  three transplantation modules conducted in the waters of Pramuka Island resulted in the rocklife module being the best method.Keywords: Coral reefs, Coral transplantation, Growth rate, Pramuka island, Transplant modules
Upaya Pelestarian Ekosistem Pesisir melalui Penyuluhan dan Praktek Pengolahan Buah Mangrove di Desa Lontar Banten La Ode Alam Minsaris; Rubby Rahman Tsani; Ma'ruf; Kiffah Kayyisah Ahmad; Permata Sari Diah Zuhariyah
DARMADIKSANI Vol 2 No 2 (2022): Edisi Desember
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/darmadiksani.v2i2.1957

Abstract

ABSTRAK Desa Lontar memiliki ekosistem mangrove yang cukup luas, namun belum dimanfaatkan secara maksimal. Pada dasarnya masyarakat juga kurang mengetahui tentang manfaat yang dapat diambil dari ekosistem mangrove. Pada pengabdian kepada masyarakat ini melakukan penyuluhan mulai dari ekosistem mangrove hingga buah mangrove yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan atau minuman, juga pemberian arahan mengenai pembuatan oleh-oleh khas Desa Mangrove dari hasil olahan buah mangrove. Kemudian kegiatan ini juga disertai praktek pengolahan dari pemanfaatan buah mangrove yaitu sari buah mangrove dan agar-agar buah mangrove. Pada kegiatan ini peserta berjumlah 15 orang Ibu-ibu PKK Desa Lontar yang sangat aktif dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. ABSTRACT Lontar Village has a fairly extensive mangrove ecosystem, but it has not been fully utilized. Basically, the community also does not know about the benefits that can be taken from the mangrove ecosystem. In this community service, conducts counseling starting from the mangrove ecosystem to mangrove fruit which can be used as food or drink, as well as giving directions regarding making souvenirs typical of Mangrove Village from processed mangrove fruit. Then this activity was also accompanied by processing practices from the utilization of mangrove fruit, namely mangrove fruit juice and mangrove fruit jelly. In this activity, there were 15 participants from the women PKK of Lontar Village who were very active and enthusiastic in participating in this community service activity.
Mekanisme Pengumpulan Data Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Karangantu Ayang Armelita Rosalia; Luthfi Anzhani; La Ode Alam Minsaris; Denta Tirtana; Lukman Lukman; Abdul Malik; Cakra Rahardjo
Baselang Vol 4, No 1: APRIL 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/bsl.v4i1.135

Abstract

Pendataan hasil tangkapan merupakan salah satu aktivitas untuk mengetahui jumlah dan jenis ikan hasil tangkapan dari suatu kapal perikanan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data yang  realistik terkait hasil tangkapan yang didaratkan sehingga data yang  didapatkan dapat digunakan oleh Pelabuhan Perikanan sebagai  pembanding logbook yang diserahkan oleh pihak kapal, sehingga didapatkan data produktivitas yang akurat. Optimalisasi kinerja petugas pendataan akan meningkatkan  efektivitas, struktur dan tugas organisasi pelaksana pendataan. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan menganalisis bagaimana kinerja sistem pendataan hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Karangantu dan merekomendasikan saran tindakan perbaikan sistem pendataan hasil tangkapan ikan di PPN Karangantu. Hasil penelitian yang didapatkan adalah pada tahap analisis sudah dilakukan wawancara dengan nelayan, enumerator dan syahbandar PPN Karangantu. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang digunakan di PPN Karangantu adalah sudah sesuai dengan SOP yang berlaku secara nasional yaitu Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Direktorat Pelabuhan Perikanan, dengan pengadopsian dan modifikasi SOP sehingga terjadi penyesuaian SOP yang diberlakukan di PPN Karangantu. Ditemukan beberapa kekurangan pada sistem pendataan yang sudah diterapkan di PPN Karangantu beberapa di antaranya yaitu terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mendata ke lokasi-lokasi pendataan hasil tangkapan yang didaratkan di luar Tempat Pendaratan Ikan (TPI). Potensi atau saran untuk efisiensi pendataan hasil tangkap di PPN Karangantu adalah adanya aplikasi yang dapat mengidentifikasi jenis ikan untuk entry pendataan yang diikuti hasil penimbangan berkaitan dengan efisiensi waktu sehingga dapat mengurangi delay.