Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Penggunaan ekstrak Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr) sebagai penghambat ketengikan minyak goreng curah Amalia, Futri; Saragih, Bernatal; Yuliani, Yuliani
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.2.2023.10934.89-95

Abstract

Bawang Tiwai (Eleutherine americana Merr) merupakan tanaman khas Kalimantan. Senyawa bioaktif dan antioksidan. Senyawa-senyawa tersebut memiliki kemampuan antioksidan yang dapat menghambat dan mereduksi radikal bebas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial (penambahan ekstrak bawang tiwai, EBT) dengan 4 taraf perlakuan (0, 15, 30 dan 40 g per 250 mL minyak) dengan 3 kali pengulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan penambahan ekstrak bawang tiwai berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap titik asap dan bilangan peroksida minyak goreng curah, tetapi berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap indeks biasnya. Penambahan EBT sebesar 30-45 g per 250 mL menaikkan titik asap minyak goreng curah hingga 155oC, sebaliknya menurunkan bilangan peroksidanya. Penambahan EBT hingga 30 g dapat mempertahankan mutu minyak goreng berdasarkan standar bilangan peroksidanya. Penambahan ekstrak bawang tiwai sebesar 15 g dan 30 g dapat mempertahankan bilangan peroksida sesuai SNI 3741:2013, yaitu maksimal 10 Mek O2/kg. Penambahan EBT pada minyak goreng curah mampu mempertahankan minyak goreng dari kerusakan walaupun telah beberapa kali digunakan pada proses penggorengan. 
Pengaruh penambahan tepung sagu terhadap sifat kimia dan organoleptik boba Hawa, Cixtin Teram; Saragih, Bernatal; Marwati, Marwati
Journal of Tropical AgriFood Volume 6 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.6.1.2024.9198.1-8

Abstract

Boba adalah mutiara tapioka (bubble pearl)yang terdapat pada minuman teh susu yang berasal dari Negara Taiwan.Bahan utama pembuatan boba adalah tepung tapioka dan campuran gula aren. Pada penelitian ini pembuatan boba akan ditambahkan tepung sagu sebagai pencampuran bahan baku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung sagu terhadap sifat kimia dan uji organoleptik boba serta menentukan jumlah tepung sagu yang tepat dalam pembuatan boba. Penelitian ini merupakan percobaan eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal.Perlakuan dalam penelitian ini adalah jumlah penambahan tepung sagu (g) sebanyak 5 perlakuan yaitu 0, 20, 30, 40 dan 50 g dan 3 kali ulangan, data di analisis dengan sidik ragam dilanjutkan dengan Beda Nyata Terkecil. Data sensoris ditransformasi terlebih dahulu menjadi data interval dengan MSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa boba dengan penambahan tepung sagu berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap respons hedonik warna, dan aroma, tetapi berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap respons hedonik rasa, tekstur, mutu hedonik warna, aroma, rasa, tekstur, sifat fisik (kekerasan gel), serta sifat kimia (kadar air, protein, karbohidrat terhitung sebagai pati dan gula reduksi).
Hubungan pola konsumsi buah dan sayur terhadap status gizi selama pandemi Corona Virus Disease 19 (COVID-19) Saragih, Eluzai Eben; Saragih, Bernatal; Emmawati, Aswita
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.1.2023.7272.21-34

Abstract

Hidup sehat dan mengkonsumsi buah dan sayur mampu meningkatkan sistem imunitas tubuh yang dapat mencegah penyebaran Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi buah dan sayur dan hubungannya terhadap status gizi.  Metode penelitian menggunakan studi potong lintang yang mempelajari suatu  korelasi antara faktor-faktor risiko, dengan efek yakni  pendekatan pengumpulan data dengan analisis korelatif antara variabel dependen dan variabel independen. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 70 keluarga pada bulan Oktober 2020 sampai dengan November 2020 yang dilakukan secara daring menggunakan google form yang diperoleh dari Kota Samarinda, Kota Sangatta dan Desa Barja Tongah, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square untuk mengetahui hubungan status gizi dengan pola konsumsi sayur dan buah. Pola konsumsi sayur selama pandemi Covid-19 bahwa keluarga sering mengonsumsi sayur. Jenis sayur yang sering dikonsumsi adalah bayam. Selama pandemi frekuensi konsumsi mengalami peningkatan sebanyak 65,7%. Pola konsumsi buah selama pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa keluarga sering mengkonsumsi buah. Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah pisang. Selama pandemi frekuensi konsumsi mengalami peningkatan sebanyak 65,7%. Karakteristik keluarga dengan usia kepala keluarga dewasa lanjut (51-75 tahun) dengan pendidikan SMA sederajat dan pekerjaan tidak tetap, Jumlah anggota keluarga ≤4 orang dan penghasilan keluarga  ≥Rp.3.500.000, Ibu keluarga dengan pendidikan SMA sederajat dan pekerjaan tidak tetap sering mengonsumsi buah dan sayur. Frekuensi dan porsi konsumsi buah memiliki hubungan dengan penghasilan keluarga. Keluarga yang kurang porsi konsumsi sayur dan buah memiliki status gizi tidak baik lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang cukup porsi konsumsi sayur dan buah.
Analisis sifat fisik, fitokimia dan sensoris minuman herbal batik raja Apriliani, Ditiya; Rizqi, Farahdina Aida; Saragih, Bernatal
Journal of Tropical AgriFood Volume 6 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.6.1.2024.11083.50-58

Abstract

Pemanfaatan potensi bajakah dan bawang tiwai dalam minuman herbal merupakan salah satu alternatif untuk menghasilkan produk pangan khas Kalimantan. Bajakah dan bawang tiwai dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan minuman herbal yang dikombinasikan dengan bahan lain seperti kayu manis, serai, jahe, dan gula merah. Minuman herbal ini diberi nama Batik Raja diambil dari akronim bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan minuman herbal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui sifat fisik, fitokimia, dan sensoris pada minuman herbal Batik Raja. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu perbandingan konsentrasi bajakah (B) dan bawang tiwai (T), yaitu B50:T10, B40:T20, B30:T30, B20:T40, dan B10:T50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bajakah dan bawang tiwai terbaik adalah B10:T50 yang mempunyai sifat fisik nilai pH 6,08, viskositas 1,31 mPa.s, intensitas warna 0,85 (pada 450 nm), dan total padatan terlarut 2,23 oBrix. Sifat fitokimianya menunjukkan kadar fenolik total 640,55 mg GAE/L, tanin total 415,21 mg TAE/L, dan total flavonoid 161,96 mg QE/L. Kadar maksimal bawang tiwai dalam herbal Batik Raja yang direkomendasikan berdasarkan sifat sensoris hedonik adalah 20 g (B40:T20) yang mendapat skor 4 (suka) untuk warna dan 3 (agak suka) untuk aroma dan rasa. Sedangkan respons sensoris mutu hedonik nya untuk warna 4 (oranye pekat), aroma 3 (beraroma bajakah dan bawang tiwai), dan rasa 3, (agak sepat).
Rekayasa alat pengering lada sisten rotary dengan pengontrol suhu untuk perbaikan mutu bubuk lada Sirait, Jantri; Saragih, Bernatal; Rahmadi, Anton
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.2.2023.8901.80-88

Abstract

Rekayasa alat pengering lada sistem rotary (P, L dan T, 86, 59 dan 72 cm) dengan pengontrol suhu untuk perbaikan mutu bubuk Lada Borneo Samboja (LBS) bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pengolahan lada dengan mempersingkat waktu proses pengeringan.. Bahan rangka alat besi siku 4x4 cm, tabung alat pengering berbahan stainless steel diameter 70 cm panjang 50 cm dan pengaduk lada AS stainless steel. Menggunakan motor penggerak 1.380 rpm HP, 220/380 V. Sumber panas adalah LPG menggunakan pasir sebagai media transfer panas. Unjuk kerja mesin pengering rotari dicobakan pada suhu 40, 50 dan 60oC, putaran mesin 12,5; 13,0; 13,5 Hz, dan waktu pengeringan 6, 7 dan 8 jam. Kadar air lada kering 13,54% dan kadar piperin bubuk lada 6,6% sesuai dengan mutu bubuk lada hitam SNI 0005:2013 dengan waktu pengeringan 8 jam bekerja pada suhu 60oC dan putaran mesin 13,5 Hz. Asumsi proyeksi mesin pengering lada berproduksi 16 jam/hari, 15 hari kerja/bln, 20 kg/hari input lada basah dan output lada kering 17 kg/hari dengan harga lada/sachet (4 gram) Rp1.000, dan harga lada/kg Rp250.000. Investasi berdasarkan nilai Payback Period (PP) dinyatakan layak karena nilai PP (2 tahun 10 bulan 6 hari) lebih kecil dari umur ekonomis alat (10 tahun). Net Present Value (NPV) pengering lada dinyatakan layak (positif). Profitability Index (PI) pengering lada 7,01 lebih besar dari 1. Internal Rate of Return (IRR) pengering lada 61,08% lebih besar dari bunga pinjaman (14%). Dan nilai Accounting Rate of Return (ARR) pengering lada sebesar 140,85%.
Review: The Potential for Development of Red Palm Oil Industry in East Kalimantan Hamka, Hamka; Saragih, Bernatal; Sumarna, Deny; P. Candra, Krishna; Agustin, Sukmiyati; Marwati, Marwati
Journal of World Science Vol. 3 No. 5 (2024): Journal of World Science
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jws.v3i5.606

Abstract

Food security is a critical aspect of development, especially in regions like East Kalimantan, Indonesia, where per capita food availability has declined since 2016. The oil palm industry, particularly Crude Palm Oil (CPO), plays a significant role in addressing food security issues by providing a major agricultural commodity that can be processed into various products including red palm oil, which is rich in nutrients like carotenoids, vitamin E, and essential fatty acids. This study aims to explore and analyze the potential development of the red palm oil industry in East Kalimantan. The research utilizes a literature review method, involving the analysis and synthesis of various sources such as scientific journals, reports, and statistical data to assess the potential and opportunities for developing the red palm oil industry in East Kalimantan. The findings indicate that red palm oil, with its high concentrations of beta-carotene and tocopherol, presents a significant opportunity for development in East Kalimantan. Red palm oil can serve as a nutritious alternative to traditional cooking oils and margarine. Despite its potential, the utilization of red palm oil in Indonesia remains limited, mainly restricted to cooking oil production. The study suggests that the development of the red palm oil industry could enhance food security and nutritional intake in East Kalimantan. By promoting red palm oil as a functional food and a nutraceutical product, it could offer a viable solution to improve the health and well-being of the community while also supporting sustainable agricultural practices.
Karakteristik Rempah dan Tantangannya Dalam Pengembangan Bumbu Basah Instan: Sebuah Review Singkat Rezeki, Kartika Sri; Candra, Krishna Purnawan; Saragih, Bernatal
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol 16, No 2 (2024): Vol. (16) No. 2, Oktober 2024
Publisher : Agriculture Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/jtipi.v16i2.32203

Abstract

Seasonings are various plant products with a fragrant aroma, such as galangal, turmeric, ginger, cinnamon, nutmeg, and pepper, and are used to flavor dishes. A more practical lifestyle and an increasing culinary industry have led to the development of the culinary industry to open business opportunities for processing instant wet spices to shorten cooking time. Instant seasoning is a mixture of various spices and seasonings that are mashed and processed into one. Instant seasoning processing requires safe and healthy handling, including freedom from pathogenic microbial contamination. Even though the spices have various functional activities including antibacterial, the development of instant wet seasonings is still facing a handicap of its microbiology safety. A broad contamination of bacteria, yeast and mold are still detected in the instant wet seasoning.
Pengaruh Tepung Daun Singkong (Manihot utilissima) terhadap Sensori dan Aktivitas Antioksidan Beras Analog Marfu’atul Jannah, Marfu’atul; Saragih, Bernatal
Jurnal Pertanian Terpadu Vol 6 No 2 (2018): Jurnal Pertanian Terpadu Jilid VI Nomor 2 Desember 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36084/jpt..v6i2.171

Abstract

Pengembangan produk-produk baru dari berbagai tepung untuk mendukung ketahanan pangan sangat penting dilakukan. Salah satu yang perlu dikembangkan adalah daun singkong yang dibuat menjadi tepung dapat digunakan sebagai diversifikasi makanan dengan upaya pengembangan makanan alternatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun singkong terhadap sifat sensoris dan antioksidan beras analog. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan, perbandingan mocaf dan tepung jagung (80 g dan 20 g) dengan total berat 100 g bahan tambahan dengan 5 perlakuan konsentrasi tepung daun singkong 0, 2, 4, 6 dan 8 g. Data organoleptik diolah menggunakan MSI (Method of Successive Interval) sebelum dianalisis dengan ANOVA dan diuji lanjut dengan uji BNT(Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%. Penambahan tepung daun singkong meningkatkan sensorik dan antioksidan. Nasi analog tepung singkong memiliki aktivitas antioksidan yang kuat (50-100 ppm) dengan nilai IC50 53,424 ppm. Perlakuan terbaik adalah dengan penambahan 2 g dengan warna yang agak hijau, agak beraroma tepung daun singkong, agak berasa tepung daun singkong dan agak kenyal.
Perbandingan Food Coping Strategi dan Kejadian Stunting Pada Rumah Tangga Diperdesaan dan Perkotaan : Perbedaan Food Coping Strategy antara Rumah Tangga di Perdesaan dan Perkotaan terhadap Kejadian Stunting Pujokaroni, Agustu Sholeh; Utoro, Panggulu Ahmad Ramadhani; Aini, Qurratu; Saragih, Bernatal
Amerta Nutrition Vol. 7 No. 2SP (2023): AMERTA NUTRITION SUPPLEMENTARY EDITION Special 3rd Amerta Nutrition Conferenc
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/amnt.v7i2SP.2023.80-91

Abstract

Background: Stunting is one of the growth and development disorders of children as a consequence of a chronic nutrition deficiency and repeated infection, reflected by the height below the standard. Objectives: This research aims to recognize the differences in food coping strategies between rural and urban households toward stunting incidents. Methods: Cross-sectional design with 300 children in Paser Regency (rural) and Balikpapan City (urban). Assessment of daily nutrition intake of the children using multiple-passed 1 x 24-hour recall to the mother. The household dietary diversity was assessed using the Household Dietary Diversity Score (HDDS). In each household, Anthropometry was measured on the children (weight and height) and mother (weight, height, the middle of the upper arm, waist, and hips). Results: The survey showed that the wife was more dominant in determining the food menu, cost of food, and the processing of nutritious food. Food coping strategies in rural households are to consume less favorable food cheaper, collect wild plants, hunt or harvest early, and ask for food or help from colleagues or siblings; meanwhile, food coping strategies in urban households are to consume less favorable food and cheaper. Food security in urban households was 75.3%, and in rural households was 59.3%. The average infant's body length in rural and urban households was 49.22 cm, and the proportion of short infants was 7.33% in urban households and 14.67% in rural households. Conclusions: The food coping strategy performed in rural households was deeper than in urban households.