Abstrak Masalah stunting masih menjadi tantangan serius di Desa Kupu, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, yang merupakan wilayah dekat pesisir. Minimnya pengetahuan masyarakat, khususnya kader Posyandu, tentang manfaat konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani menjadi salah satu penyebab rendahnya asupan gizi anak. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kapasitas kader Posyandu dalam edukasi pencegahan stunting melalui Gerakan Gemar Makan Ikan (Gemarikan) yang berbasis potensi lokal. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini meliputi penyuluhan gizi, demonstrasi memasak olahan ikan lokal, dan pendampingan intensif kepada kader Posyandu selama satu bulan. Kegiatan dilaksanakan secara partisipatif dengan pendekatan edukatif dan praktik langsung. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan observasi dan evaluasi sebelum dan sesudah kegiatan. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan pada pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam menyampaikan informasi gizi serta mengolah makanan berbasis ikan lokal. Kegiatan ini juga membangun kesadaran akan pentingnya pemanfaatan sumber daya lokal dalam intervensi gizi. Gerakan Gemarikan terbukti menjadi model edukasi yang relevan, aplikatif, dan kontekstual untuk wilayah pesisir dengan permasalahan stunting. Abstract Stunting remains a serious public health challenge in Kupu Village, Wanasari Subdistrict, Brebes Regency, a coastal area in Central Java, Indonesia. One contributing factor is the limited knowledge among the community—particularly Posyandu (integrated health post) cadres—regarding the nutritional benefits of fish consumption as a source of animal protein, which leads to inadequate dietary intake among children. This community service project aimed to strengthen the capacity of Posyandu cadres in delivering stunting prevention education through the Fish-Eating Movement (Gemarikan), leveraging local resources and potentials. The methods employed included nutrition education sessions, cooking demonstrations using locally sourced fish, and intensive mentoring of Posyandu cadres over the course of one month. Activities were carried out using a participatory approach combining educational strategies and hands-on practice. A qualitative descriptive analysis was used, involving pre- and post-activity observations and evaluations. The results showed a significant improvement in the knowledge and skills of Posyandu cadres in communicating nutritional information and preparing fish-based meals. Furthermore, the program fostered increased awareness of the importance of utilizing local food resources in nutrition interventions. The Gemarikan initiative proved to be a relevant, practical, and contextually appropriate educational model for coastal communities facing stunting issues.