Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN LAHAN DI DESA GUNTUNG UJUNG KECAMATAN GAMBUT, KALIMANTAN SELATAN Normela Rachmawati
Jurnal Hutan Tropis Vol 3, No 2 (2015): Jurnal Hutan Tropis Volume 3 Nomer 2 Edisi Juli 2015
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v3i2.1520

Abstract

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  upaya  pencegahan  kebakaran  lahan  yang  terjadi di desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut. Metode penelitian menggunakan kuesioner sebagai bahan wawancara dan objek penelitian adalah masyarakat desa Guntung Ujung dengan intensitas sampling 10 % dari 533 KK sehingga diperoleh jumlah responden sebanyak 53 orang. Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan uji “Chi square”. Hasil penelitian di desa Guntung Ujung terdapat 73 upaya pencegahan kebakaran dari 53 responden dengan menggunakan dk=4 dan pada tingkat kesalahan duga 5 % maka diperoleh harga X 2tabel =9,488 Bila dibandingkan antara X 2hitung (127,62) ≥ X2 tabel (9,488), maka  Ho  ditolak  dan  H1  diterima.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  terlihat  adanya  perbedaan  upaya pencegahan kebakaran dari tiap responden di desa Guntung Ujung. Faktor upaya pencegahan kebakaran terbanyak yang dapat mengakibatkan kebakaran lahan yaitu membersihkan bahan bakar bawah tegakan hutan/lahan.Kata Kunci: Pencegahan, Kebakaran Lahan
KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH HUTAN RAWA GAMBUT DI KABUPATEN BANJAR Dina Naemah; Normela Rachmawati; Eny Dwi Pujawati
Jurnal Hutan Tropis Vol 8, No 3 (2020): Jurnal Hutan Tropis Vol 8 No 3 edisi November 2020
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v8i3.9630

Abstract

Differences in plant species are determined by genetic and environmental factors. Environmental factors are influenced by humans, so if environmental factors change, it can cause the diversity of growing species to change. Some of the characteristics of peat swamp forest are that it is always wet, has a layer of peat and has a more distinctive plant species because the soil is acidic. This research was conducted in peat swamp forest in Banjar district. This study aims to analyze the structure, composition and diversity index of undergrowth species in peat swamp forests.This research uses the compartmental path method, then analyzed by calculating the INP (Importance Value Index) based on the values of density, frequency and dominance. The study also calculates its diversity index. The results showed 24 species of undergrowth from 14 families. The highest Importance Value index was Papisangan (Ludwigia octovalis) from the Ongraceae family of 41.537%. The distribution value of the species is Banta (Megathyrsus sp) with the density value per hectare is 15.432%, the frequency value of Megathyrsus sp is 14.061% and the largest species dominance value is L. octovalis which is 14.513%. The diversity index for undergrowth was 2.79, meaning that the vegetation in the peat swamp forest had moderate diversity
TINGKAT PENGUASAAN JENIS TUMBUHAN BAWAH PADA TEGAKAN AREN (Arenga pinnata Merr) DI KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Abdurrahman Sidik; Dina Naemah; Normela Rachmawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 5 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 5 Edisi Oktober 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i5.6696

Abstract

Indonesia has a very large and very large forest area to be used for the benefit of living things, both in the form of wood and not wood, such as palm plants. Palm plants have high economic potential because almost all of their parts can provide financial benefits. One of the ecosystem members that plays an important role in the growth of palm tree stands and ecosystem balance is the lower plants. The diversity of lower plants is one that is very eye-catching around the palm stand because it is very diverse and provides a different community structure, so it is very interesting to study further. This study aims to look at the diversity of plant species below around the palm stand (Arenga pinnata Merr) in Hulu Sungai Selatan Regency. Data capture uses a circle measuring tile with a radius of 1 meter and a distance between measuring plots of 10 meters as much as 20 measuring plots with purposive sampling starting point determination. The inventory results showed that found as many as 21 types of lower plants with the greatest level of mastery in this study were the Type of Lyrics (Phrynium pubinerve) with an important value of 63.64%, ground orchids (Curculigo latifolia dryand) with an important value of 48.82%, Cambai (Piper baccatum Blume) with an important value of 38.90%.Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas dan sangat banyak manfaatnya bagi kepentingan makhluk hidup, baik berupa kayu maupun bukan kayu, seperti tanaman aren. Nilai ekonomi tanaman aren dianggap tinggi karena hampir semua bagiannya dari tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sehingga memberikan keuntungan finansial. Salah satu anggota ekosistem yang berperan penting terhadap pertumbuhan tegakan pohon aren serta keseimbangan ekosistem adalah tumbuhan bawah. Keanekaragaman tumbuhan bawah merupakan salah satu yang sangat menarik perhatian di sekitar tegakan aren karena sangat beragam dan memberikan struktur komunitas yang berbeda, sehingga sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keanekaragaman jenis tumbuhan bawah di sekitar tegakan aren (Arenga pinnata Merr) di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Pengambilan data menggunakan petak ukur lingkaran dengan jari-jari 1 meter dan jarak antar petak ukur 10 meter sebanyak 20 petak ukur dengan penentuan titik awal secara purposive sampling. Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa ditemukan sebanyak 21 jenis tumbuhan bawah dengan tingkat penguasaan jenis terbesar pada penelitian ini adalah jenis Lirik (Phrynium pubinerve) dengan nilai penting 63,64%, Anggrek tanah (Curculigo latifolia dryand) dengan nilai penting 48,82%, Cambai (Piper baccatum Blume) dengan nilai penting 38,90%
ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN RAWA GAMBUT KABUPATEN BANJAR Kardiannor Kardiannor; Dina Naemah; Normela Rachmawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 4 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 4 Edisi Agustus 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i4.6137

Abstract

Undergrowth has an important function for soil fertility because it is a source of litter. The undergrowth plants on peatlands that have various types can be used by the surrounding community for both medicinal plants and food sources. Peatlands have an important ecological function as a life support ecosystem. The composition and structure of plants can be used to see the dominance of a plant species in the area. This study aims to identify understorey species, analyze the level of control of understorey species found in the Peat Swamp Forest, Gambut District, Banjar Regency. This peat swamp area has a characteristic that it is always flooded and acidic, therefore only certain plants can live. Collecting data from the field using the checkered path method. Data analysis used the calculation of Significant Value (INP), Species Diversity Index the Shanon-Wiener (H') and Summed Dominance Ratio (SDR). The types of understorey found in this study were 25 species of understorey from 19 families. The three understorey species that have the highest importance are Chrysopogon aciculatus: 48.83% (Poaceae: Fam), Ludwigia adscendens: 31.40% (Poaceae: Fam), Lepironia articulate: 24.01% (Cyperaceae: Fam), Rhodomyrtus tomentosa: 19.21% (Myrtaceae: Fam), and Cyperus esculentus: 19.17% (Cyperaceae: Fam)Tumbuhan bawah memiliki fungsi penting untuk kesuburan tanah karena merupakan salah satu sumber serasah. Tumbuhan bawah di lahan gambut yang memiliki bervariasi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik untuk tumbuhan obat maupun sumber pangan. Lahan gambut memiliki fungsi ekologis penting sebagai ekosistem penyangga kehidupan. Komposisi dan struktur tumbuhan dapat digunakan untuk melihat dominansi suatu jenis tumbuhan di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan bawah, menganalisa tingkat penguasaan jenis tumbuhan bawah yang terdapat di Hutan Rawa Gambut Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar. Wilayah rawa gambut ini memiliki ciri khas selalu tergenang dan bersifat masam oleh karena itu hanya tumbuhan tertentu saja yang dapat hidup. Pengambilan data dari lapangan menggunakan metode jalur berpetak. Analisis data menggunakan perhitungan Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman jenis Shanon-Wiener (H’), dan Summed Dominance Ratio (SDR) dan. Jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada penelitian ini adalah 25 jenis tumbuhan bawah dari 19 famili. Tiga jenis tumbuhan bawah yang memiliki nilai penting tertinggi ialah jenis Chrysopogon aciculatus: 48,83% (Poaceae: Fam), jenis Ludwigia adscendens: 31,40% (Poaceae: Fam), jenis Lepironia articulate: 24,01% (Cyperaceae: Fam), Rhodomyrtus tomentosa: 19,21% (Myrtaceae: Fam), dan jenis Cyperus esculentus: 19,17% (Cyperaceae: Fam).
PKM KT Harapan Maju Desa Kiram Kabupaten Banjar susilawati susilawati; Daniel Itta; Normela Rachmawati; Elda Nastitie Hidayah; Yusanto Nugroho
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i2.6190

Abstract

Abstract In 2020, with the aim of helping farming communities, the manager of the Forest Area KHDTK with a Special Purpose (KHDTK) ULM provided assistance with 5 kelulut honey sticks for the Harapan Maju Farmers Group (KT) in Kiram Village. The initial purpose of this honey kelulut stup assistance was to empower farmers in Kiram Village who were affected by Covid 19 so that it was hoped that farmers who were members of KT Harapan Maju would have additional income apart from farming and farming. KT Harapan Maju in maintaining the aid of kelulut honey stup has several problems, namely (1) not being able to move and multiply the bee colony so that little honey is produced (2) The honey harvesting process carried out by KT Harapan Maju uses a manual suction device so it is less effective (3) Limited knowledge about honey packaging so that the resulting honey is marketable. To overcome the problems faced by the Harapan Maju farmer group in cultivating kelulut honey, the Service Team will (1) provide training on how to move bee colonies / break up bee colonies (3) improve the quality of harvesting equipment (4) Good honey packaging training so that it meets standards. The goal achieved in this service program is to provide knowledge for partners about professional honey bee cultivation techniques so that they can increase partners' income and ultimately reduce community activities in forest areas. Keywords: Forest, KHDTK, kelulut  AbstrakTahun 2020 lalu dengan tujuan membantu masyarakat petani, pengelola KHDTK Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) ULM memberikan bantuan 5 buah stup madu kelulut untuk Kelompok Tani (KT) Harapan Maju Desa Kiram.  Tujuan awal bantuan stup madu kelulut ini adalah untuk memberdayakan petani di Desa Kiram yang terdampak Covid 19 sehingga diharapkan petani yang tergabung dalam KT Harapan Maju memiliki tambahan penghasilan selain bertani dan berladang. KT Harapan Maju dalam memelihara bantuan stup madu kelulut memiliki beberapa permasalahan yaitu (1) belum mampu memindahkan dan memperbanyak koloni lebah sehingga madu yang dihasilkan sedikit (2) Proses pemanenan madu yang dilakukan oleh KT Harapan Maju menggunakan alat sedot manual sehingga kurang efektif (3) Terbatasnya pengetahuan tentang pengemasan madu sehingga madu yang dihasilkan layak dipasarkan. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Kelompok tani Harapan Maju dalam budidaya madu kelulut maka Tim Pengabdi akan melakukan (1) memberikan pelatihan cara pemindahan koloni lebah/memecah koloni lebah (3) peningkatan kualitas alat panen (4) Pelatihan pengemasan madu yang baik sehingga memenuhi standar. Tujuan kegiatan Program Dosen Wajib Mengabdi (PDWA) ini yaitu membekali mitra dengan pengetahuan teknik perlebahan yang professional sehingga dapat meningkatkan pendapatan mitranya dan pada akhirnya mengurangi aktivitas masyarakat di kawasan hutan. Kata Kunci : Hutan, KHDTK, kelulut
PKM Adopsi Teknik Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) Di Desa Sungai Jelai, Tanah Laut susilawati susilawati; gusti syeransyah rudy; normela rachmawati; Arfa agustina rezekiah; M. Aldi Rahmat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i3.6192

Abstract

Abstract The People's Nursery Garden (KBR) activity that is being carried out by the Bukit Panti Bersinar Forest Farmers Group (KTH) to support watershed rehabilitation. This community service program is synergized with partner activities in order to provide environmental and socio-economic benefits for the Sei Jelai Village community. The problems faced by this KTH in order to support watershed rehabilitation activities are (1) Do not have the knowledge and skills in utilizing compost raw materials that are abundantly available in their environment and have not maximized using the infrastructure facilities for the composting warehouse grant from KPH Tanah Laut (2) The habit of the community opening land by burning can disturb the vegetation planted in watershed rehabilitation activities (3) Rice husk waste, livestock manure and palm oil waste in Sungai Jelai Village are wasted because they have not been utilized optimally by the community. The service team has carried out activities in the form of training on processing bulk compost and block compost based on abundant organic waste in Sungai Jelai Village. Keywords: compost, watershed rehabilitation, block compost. Abstrak Kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang sedang dilaksanakan Kelompok Tani Hutan (KTH) Bukit Panti Bersinar untuk mendukung Rehabilitasi DAS. Program pengabdian kepada masyarakat ini disinergikan dengan kegiatan mitra agar memberikan manfaat bagi lingkungan hidup dan sosial ekonomi masyarakat Desa Sei Jelai.  Permasalahan yang dihadapi KTH ini dalam rangka      mendukung kegiatan Rehabilitasi DAS yaitu (1) Belum memiliki pengetahuan dan keterampilan  dalam memanfaatkan bahan baku kompos yang tersedia melimpah di lingkungannya dan belum maksimal menggunakan sarana prasarana Gudang pembuatan kompos hibah dari KPH Tanah Laut (2) Kebiasaan masyarakat membuka lahan dengan membakar dapat mengganggu vegetasi yang ditanam pada kegiatan Rehab DAS (3) Limbah sekam padi, kotoran  hewan ternak dan limbah sawit di Desa Sungai Jelai terbuang percuma karena belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.  Tim pengabdi telah  melaksanakan kegiatan berupa pelatihan pengolahan kompos curah dan kompos  blok berbahan dasar limbah organik yang melimpah di Desa Sungai Jelai. Kata kunci: kompos, rehabilitasi DAS,kompos blok.
EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN DARI BERBAGAI REGIONAL YANG DIBUDIDAYAKAN DI THHTI KALIMANTAN SELATAN Lissa Anggraini; Gusti Muhammad Hatta; Normela Rachmawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 1 Edisi Februari 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i1.8202

Abstract

Plant growth is the process of increasing volume accompanied by an increase in the number of cells. The purpose of this study is to evaluate the growth of plants from various regions of Indonesia that are cultivated in THTTI Banjarbaru, South Kalimantan so that they can be used as consideration for further planting activities. Research implementation time for 3 months. Data were collected using purposive sampling method, the parameters in this study were the percentage of plant life, plant height and diameter. Based on the research results, it is known that in Kalimantan Region the percentage of plant life is 70% with an average height of 239.9 cm and a diameter of 28.5 mm, in the Java-Bali-Nusra Region the percentage of plant life is 100% with an average height of 230.1 cm and 43.12 mm in diameter, Sulawesi Region, the percentage of plant life is 93% with an average height of 228.7 cm and a diameter of 26.05 mm, Maluku Papua Region has a plant life percentage of 83% with an average height of 247.5 cm. and a diameter of 26.92 mm, and for the Sumatra Region the percentage of plant life was 100% with an average height of 246.3 cm and a diameter of 33.34 mm. The average plant growth is not uniform in each region, this happens because the species in each region are different so that the growth speed is not uniform, besides that many plants are disturbed and damaged by pests and weeds around the plantsPertumbuhan tanaman ialah proses pertambahan volume disertai pertambahan jumlah sel, Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pertumbuhan tanaman dari berbagai regional Indonesia yang dibudidayakan di THHTI Banjarbaru Kalimantan Selatan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman selanjutnya. Waktu pelaksanaan penelitian selama 3 bulan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, parameter dalam penelitian ini yaitu persentase hidup tanaman, tinggi dan diameter tanaman. Berdasarkan hasil Penelitian diketahui bahwa pada Regional Kalimantan persentase hidup tanaman sebesar 70% dengan rata-rata tinggi 239,9 cm dan diameter 28,5 mm, Regional Jawa–Bali–Nusra persentase hidup tanaman sebesar 100% dengan rata-rata tinggi 230,1 cm dan diameter 43,12 mm, Regional Sulawesi persentase hidup tanaman sebesar 93% dengan rata-rata tinggi 228,7 cm dan diameter 26,05 mm, Regional Maluku Papua persentase hidup tanaman sebesar 83% dengan rata-rata tinggi 247,5 cm dan diameter 26,92 mm, dan Regional Sumatera persentase hidup tanaman sebesar 100% dengan rata-rata tinggi 246,3 cm dan diameter 33,34 mm. Rata-rata pertumbuhan tanaman tidak seragam pada setiap regional, hal ini terjadi karena jenis pada setiap regional berbeda sehingga kecepatan tumbuh pun tidak seragam, selain itu banyak tanaman yang terganggu dan mengalami kerusakan akibat hama serta gulma disekitar tanaman.
PENGARUH PERENDAMAN EKSTRAK BAWANG MERAH (Allium cepa L.) EKSTRAK TOUGE (Vigna radiata L.) DAN AIR HANGAT TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI JOHAR (Cassia siamea Lamk) DI GREEN HOUSE FAKULTAS KEHUTANAN ULM Heni Gusmandari; Normela Rachmawati; Gusti Syeransyah Rudy
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 2 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 2 Edisi April 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i2.8507

Abstract

This study aims to: 1. Determine the germination rate of Johar (Cassia siamea Lamk) seeds using onion extract (Allium cepa L.), touge extract (Vigna radiata L.), warm water. 2. Analyzing the effect of onion extract (Allium cepa L), touge extract (Vigna Tadiata L), warm water on the germination of Johar (Cassia siamea Lamk) seeds. The benefits of this research can provide information to relevant agencies regarding the effect of different treatments on the germination of johar (Cassia siamea Lamk) seeds. The data used are primary data and secondary data. Primary data is data obtained based on direct observations and measurements at the research site. Secondary data is data supporting the results of literature studies or research as literature. Germination Speed and Yield Percentage of Johar Seeds with an average of 5.47 for shallots, 9.65 for bean sprouts. The live percentage of Johar Seeds is 88.25%, Johar Seed Growth Conditions and Care The selection of Johar fruit is taken only the inner seeds. In one johar seed, the seeds range from 10. The planting medium used for johar seeds, namely sand, was chosen as the planting medium because sand is easy to sterilize and easily absorbs water. Temperature, Humidity, and Light Intensity are directly proportional, while temperature and humidity are inversely relatedPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan perkecambahan biji Johar (Cassia siamea Lamk) dengan menggunakan ekstrak bawang merah (Allium cepa L.), ekstrak touge (Vigna radiata L.), air hangat, menganalisis pengaruh ekstrak bawang merah (Allium cepa L), ekstrak touge (Vigna tadiata L), air hangat terhadap perkecambahan biji Johar (Cassia siamea Lamk). Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada instansi terkait mengenai pengaruh perlakuan yang berbeda terhadap perkecambahan biji johar (Cassia siamea Lamk). Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran secara langsung di lokasi penelitian. Data sekunder merupakan data penunjang hasil studi pustaka atau penelitian sebagai literatur. Kecepatan Perkecambahan dan Hasil Persentase Biji Johar dengan rata-rata 5,47 untuk bawang merah, 9,65 untuk touge. Persentase Hidup Biji Johar sebesar 88,25%, Kondisi Pertumbuhan Biji Johar dan Perawatan Pemilihan buah johar yang di ambil cuma bagian biji dalamnya saja. Dalam satu biji johar, biji berkisaran 10. Media tanam yang digunakan untuk biji johar yaitu Pasir dipilih sebagai media tanam karena pasir mudah disterilkan serta mudah meresap air. Suhu, Kelembaban, dan Intensitas Cahaya berbanding lurus, sedangkan suhu dan kelembaban berbanding terbalik
IDENTIFIKASI KERUSAKAN BIBIT MAHONI (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) DI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN (BPTH) DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Siska Deviana; Susilawati Susilawati; Normela Rachmawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 4 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 4 Edisi Agustus 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i4.10015

Abstract

This study aims to determine the damage to mahogany (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) seedlings through the causes of damage, location of damage, type of damage, and severity and to calculate the intensity of damage to mahogany (S. mahagoni (L.) Jacq) seedlings using the Environmental method. Monitoring and Assessment Program (EMAP). This study uses two types of data, namely primary data and secondary data. Primary data was obtained when conducting field observations by observing directly the physical condition of mahogany seedlings by analyzing according to the criteria and requirements of the EMAP guidelines, secondary data collection was carried out by collecting and measuring data from the agency responsible for the environmental conditions of the research location such as nursery locations, weather and rainfall. identification of damage to mahogany seedlings was most dominantly caused by two causes of attack at once, namely insects/pests and disease by 26.28%, with the dominant location being attacked, namely on the leaves by 70.42% and the type of damage that mostly consisted of damaged leaves and leaf discoloration. namely 367 types, while the most dominant severity level is 30%-39% at 30.42%, then the intensity of insect/pest and disease attacks is 69.85%, the intensity of insect/pest attack is 13.85%, the intensity of attack is disease by 19%, the percentage of healthy seedlings by 9.14% and the percentage of dead seedlings by 21%. Seedling damage due to insect/pest attack, disease, plant competition, and human activities is categorized as seriously damaged. Integrated insect or pest control (IPM) is needed by combining compatible control controls, namely plant quarantine, physical, mechanical, forestry, chemical and biologicalPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerusakan bibit mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) melalui penyebab kerusakan, lokasi kerusakan, tipe kerusakan, dan tingkat keparahan serta menghitung intensitas kerusakan pada bibit mahoni (S. mahagoni (L.) Jacq) melalui metode Enviromental Monitoring and Assesment Program (EMAP). Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan saat melakukan observasi di lapangan dengan mengamati secara langsung kondisi fisik bibit mahoni dengan cara dianalisis sesuai dengan kriteria dan persyaratan panduan EMAP, pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan dan mengukur data dari instansi yang bertanggung jawab atas kondisi lingkungan lokasi penelitian seperti lokasi pembibitan, cuaca dan curah hujan.  identifikasi kerusakan bibit mahoni paling dominan disebabkan oleh dua penyebab serangan sekaligus yaitu serangga/hama dan penyakit sebesar 26,28%, dengan lokasi yang dominan terserang yaitu pada daun sebesar 70,42% dan tipe kerusakan yang paling banyak berupa daun rusak dan perubahan warna daun yaitu sebesar 367 tipe, sedangkan tingkat keparahan paling dominan yaitu 30%-39% sebesar 30,42%, kemudian intensitas serangan serangga/hama dan penyakit keseluruhan sebesar 69,85%, intensitas serangan serangga/hama sebesar 13,85%, intensitas serangan penyakit sebesar 19%, persentase bibit sehat sebesar 9,14% dan persentase bibit mati sebesar 21%. Kerusakan bibit akibat serangan serangga/hama, penyakit, persaingan tumbuhan, dan kegiatan manusia masuk dalam kategori rusak parah. Diperlukan pengendalian serangga atau hama terpadu (PHT) dengan menggabungkan seputar kontrol pengendalian yang kompatibel yaitu karantina pada tanaman, fisik, mekanik, kehutanan, kimia dan biologi.
IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN PEWARNA ALAMI DI KEBUN RAYA BANUA KALIMANTAN SELATAN Normaila Normaila; Damaris Payung; Normela Rachmawati
Jurnal Sylva Scienteae Vol 7, No 1 (2024): Jurnal Sylva Scienteae Vol 7 No 1 Edisi Februari 2024
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v7i1.11986

Abstract

The Banua Botanical Garden area in South Kalimantan reaches an area of 100 ha, has a collection of plants such as a natural dye plant zone with an area of 4.2 ha. The role of natural coloring plant zones for preservation, research, education and tourism. The widespread use of chemical dyes has resulted in natural dyes being less attractive to be used and used today. Identification needs to be done in the natural dye plant zone to find natural dye plants. This study aims to determine the types of natural dye plants, plant parts that can be used as a source of natural dyes and determine the type of color produced by natural dye plants. Using the census method to record all natural coloring plants followed by grinding and boiling methods on plant parts to reveal the resulting color. Field observations revealed 8 types of natural dye plants, namely, Syzygium cumini, Bixa orellana, Terminalia catappa, Phaleria macrocarpa, Swietenia mahagoni, Areca catechu, Dracaena angustifolia and Gluta renghas. The parts of the plant used with each amount are 4 stems, 3 fruits and 3 leaves. The colors produced by natural dye plants through the boiling process with each amount are 2 yellow, 2 red, 2 orange, 1 green and 3 brown.Kawasan Kebun Raya Banua di Kalimantan Selatan mencapai luasan 100 ha, memiliki koleksi tanaman seperti zona tanaman pewarna alami dengan luas 4,2 ha. Peran zona tanaman pewarna alami untuk pelestarian, penelitian, pendidikan dan wisata. Maraknya penggunaan zat pewarna kimia mengakibatkan pewarna alami kurang diminati untuk dimanfaatkan pada masa sekarang. Identifikasi perlu dilakukan di zona tanaman pewarna alami untuk mengetahui tanaman pewarna alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman pewarna alami, bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pewarna alami dan menentukan jenis warna yang dihasilkan tanaman pewarna alami. Menggunakan metode sensus untuk mendata seluruh tanaman pewarna alami dilanjutkan dengan metode penggerusan dan perebusan pada bagian tanaman agar memunculkan warna yang dihasilkan. Hasil pengamatan dilapangan didapatkan 8 jenis tanaman pewarna alami yaitu, Syzygium cumini, Bixa orellana, Terminalia catappa, Phaleria macrocarpa, Swietenia mahagoni, Areca catechu, Dracaena angustifolia dan Gluta renghas. Bagian tanaman yang digunakan dengan masing-masing jumlah yaitu, batang 4, buah 3 dan daun 3. Warna yang dihasilkan tanaman pewarna alami melalui proses perebusan dengan masing-masing jumlah yaitu, kuning 2, merah 2, oranye 2, hijau 1 dan coklat 3.