Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : JEPA (Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis)

Komparasi Efisiensi Pemasaran pada Skema Rantai Pasokan Bawang Merah di Kabupaten Indramayu Yayat Rahmat Hidayat; Akhmad Jaeroni; I Ketut Sukanata
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 5, No 3 (2021)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2021.005.03.4

Abstract

Tujuan utama penelitian adalah; (1) Menganalisis efisiensi ekonomi produksi usahatani bawang merah lahan pesisir Pantai Utara Kabupaten Indramayu. (2) Mendeskripsikan skema rantai pasok bawang merah yang ada di Kabupaten Indramayu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) menggunakan alat kuisioner dan wawancara mendalam dengan responden. Responden pada penelitian ini adalah pelaku usaha bawang merah, baik sebagai petani produsen, pelaku pemasar maupun lembaga lain, yaitu pelaku usaha sarana produksi, dan institusi pemerintah yang terkait. Metode analisis yang digunakan adalah analisis efisiensi ekonomi yaitu, efisiensi teknis untuk mengukur efisiensi penggunaan faktor produksi dan efisiensi alokatif. Efisiensi alokatif digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi harga produksi yang berlaku di pasar. Kedua, analisis manajemen rantai rantai pasok (Supply Chain Management) untuk mendeskripsikan skema rantai pasok komoditas bawang merah di lokasi penelitian. Berdasarkan data penelitian dapat didijelaskan usahatani bawang merah di lahan pesisir Kabupaten Indramayu sudah mencapai efisiensi ekonomi, baik pada aspek produksi maupun pemasaran. Pada aspek produksi, usahatani bawang merah menguntungkan dengan tingkat kelayakan sebesar (R/C) Ratio 2,65. Pada aspek pemasaran keenam skema rantai pasokan berada pada nilai di bawah 50%, artinya pemasaran bawang merah di Kabupaten Indramayu sudah efisien. Skema pemasaran yang paling efisien adalah skema kelima yaitu hanya 6,7%, sedangkan nilai efisiensi pemasaran paling besar yaitu skema pertama yaitu 13,2%.
Kajian Penerapan Teknologi Terhadap Pendapatan Usahatani Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L.) (Studi Kasus di Wilayah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon) Yayat Rahmat Hidayat; Dina Dwirayani; Ismail Saleh
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.318 KB) | DOI: 10.21776/ub.jepa.2019.003.01.15

Abstract

Penerapan teknologi dibidang pertanian khususnya dalam usahatani mangga gedong gincu adalah GAP (Good Agricultural Practices) dengan SOP (Standar Operasional Prosedur).GAP adalah pedoman umum dalam melaksanakan budidaya yang benar untuk menjamin kualitas produk dan keamanan petani maupun konsumen serta ramah lingkungan. Masalah pokok yang diteliti adalah sampai sejauh mana petani mangga gedong gincu menerapkan teknologi, sehingga meningkatkan pendapatan melalui hasil produksi yang dicapai. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji tingkat penerapan teknologi GAP yang dilakukan petani mangga gedong gincuserta menganalisis pengaruh penerapan teknologi ini terhadap peningkatan pendapatan usahatani mangga gedong gincu. Penelitian dilakukan di dua sentra produksi mangga yaitu di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka dan Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dengan jumlah sampel 60 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan pengisian kuesioner. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa rata-rata petani mangga gedong gincu di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka dan Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon telah menerapkan teknologi GAP sesuai SOP. Penerapan teknologi GAP berdampak positif pada meningkatkan pendapatan usahatani mangga gedong gincu. Pendapatan Usahatani Mangga gedong gincu sebesar Rp 59,359,022. Selain itu penerapan teknologi GAP juga dapat meningkatkan tingkat kelayakan usahatani atau R/C Rasio. R/C Ratio yang didapat adalah 2,05 artinya setiap Rp. 1 yang digunakan akan memberikan keuntungan sebanyak Rp. 2,05. Usahatani mangga gedong gincu layak dilakukan karena R/C rasio > 1. Pada analisis B/C Rasio dapat dilihat hasilnya adalah 1,05, artinya dari Rp 1 biaya petani mempunyai untung sebanyak Rp. 1,05. Penggunaan teknologi GAP berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap pendapatan dengan nilai konstanta sebesar -1,342 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel penggunaan teknologi GAP (X1), maka nilai pendapatan (Y) adalah -1,342. Koefisien regresi sebesar 0,934 menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor atau nilai penggunaan teknologi GAP akan memberikan kenaikan skor sebesar 0,93.
Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usahatani Kedelai (Glycine Max L. Merrill) (Studi Kasus di Desa Bantarwaru Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu) Tety Suciaty; Yayat Rahmat Hidayat
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 3, No 4 (2019)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2019.003.04.1

Abstract

Aplikasi usahatani membutuhkan efisiensi didalam penggunaan faktor-faktor produksi.Efisiensi penggunaan faktor produksi berkaitan dengan tingkat produktivitas dan pendapatan yang dihasilkan. Efisensi penggunaan faktor produksi dilakukan dengan pengukuran setiap faktor produksi yang digunakan sehingga akan diketahui pada batas maksimal penggunaan faktor produksi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Faktor-faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap usahatani kedelai di Desa Bantarwaru Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu,(2) Efisiensi Ekonomi Penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani kedelai di Desa BantarwaruKecamatan Gantar Kabupaten Indramayu. Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan di Desa Bantarwaru Kecamatan Gantar Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan survei. Penentuan sampel dilakukan dengan cara sensus. Objek penelitian adalah adalah petani sebagai responden sebanyak 38 orang, yaitupetani komoditas kedelai di Desa Bantarwaru, Kecamatan Gantar.Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan melalui fungsi produksi Cobb–Douglass dan Nilai Produk Marginal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa;pertama,faktor produksi benih dan pupuk memberikan pengaruh nyata terhadap produksi kedelai.Kedua, penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja harus dikurangi karena tidak efisien dalam penggunaannya.
Analisis Implementasi Manajemen Rantai Pasok Beras di Perum Bulog Gudang Singakerta Kabupaten Indramayu Yayat Rahmat Hidayat
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 4, No 4 (2020)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jepa.2020.004.04.06

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah pertama, mendeskripsikan pola rantai pasokan beras di Kabupaten Indramayu. Kedua, menganalisis model manajemen rantai pasokan beras yang diterapkan oleh Perum Bulog Gudang Singakerta Kabupaten Indramayu. Ketiga, menganalisis pola distribusi yang dilakukan Perum Bulog bagi pemenuhan kebutuhan beras masyarakat. Penelitian dilakukan selama dua belas bulan. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualititatif melalui pendekatan survei. Penelitian dilakukan di Perum Bulog Gudang Singakerta Kabupaten Indramayu. Metode pengumpulan dilakukan dengan wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD) dan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif dengan dibantu analisis Manajemen Rantai Pasok. Hasil penelitian membuktikan bahwa; pertama, skema rantai tataniaga beras di Kabupaten Indramayu cukup panjang dan melibatkan banyak lembaga tataniaga, kedua, lembaga yang paling bersa mendapatkan keuntungan bisnis beras adalah para tengkulak karena mereka memiliki kekuatan modal untuk membeli gabah dari para petani produsen. Ketiga, Perum Bulog di Gudang Singakerta menerapkan manajemen banyak pemasok yaitu para Mitra Kerja Pengadaan (MKP) yang terdiri dari CV dan PT, Koperasi tani Kelompoktani, perusahaan darang yang melakukan kontrak pengadaan beras. Penerapan banyak pemasok dengan melakukan strategi kompetisi antar pemasok sehingga menghasilkan kualitas beras yang baik dan target penyerapan terpenuhi sesuai kapasitas gudang yang dimiliki.
APLIKASI POWERSIM PADA SIMULASI DINAMIS RANTAI PASOK BAWANG MERAH DI KABUPATEN CIREBON Wijaya, Wijaya; Yayat Rahmat Hidayat; Deden; Salim; Jian Fauzi Raisa Eliah
Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol. 8 No. 4 (2024)
Publisher : Department of Agricultural Social Economics, Faculty of Agriculture, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/

Abstract

ABSTRACT This research aims to find out the actors in the shallot supply chain, as well as finding the best scenario in the shallot supply chain in Cirebon Regency, in increasing the supply of shallots to meet consumer demand for shallots. To obtain data for analysis, this research uses a survey method by collecting data from each component in the shallot supply chain, as well as documentation studies that are relevant to the research objectives by collecting data from related agencies or institutions. The results of the research show that: (1) Actors or actors in the shallot supply chain in Cirebon district, West Java consist of producer farmers, collecting traders (middlemen), wholesalers, retailers and consumers, (2) The dynamic system of the shallot supply chain in Cirebon district, West Java consisting of a production subsystem, supply and delivery subsystem, and demand subsystem, and (3) Model simulation to be able to project the condition of the shallot supply chain in the next 10 years using scenarios of changes to the parameters of the percentage of shallots that are scattered and increasing shallot productivity