Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

The Total Phenolic, Total Flavonoid, and Brown Pigment in Honey Before and After Heating Achmad Tjachja Nugraha; La Ode Sumarlin; Anna Muawanah; Nurul Amilia; Meyliana Wulandari
Elkawnie: Journal of Islamic Science and Technology Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/ekw.v8i1.12757

Abstract

Abstract: Honey has unique components, a characteristic that makes it a valuable food for consumers. It is known that UV radiation and heating impact the quality of honey's bioactive compounds, including total phenolic, total flavonoid, and brown pigment contents. The absorbance of brown pigment at a wavelength of 420 nm, total phenolic at a wavelength of 733 nm, and total flavonoid at a wavelength of 430 nm was measured using a UV-Vis spectrophotometer. The method used in the total phenolic test was the Folin-Ciocalteu method with gallic acid standard (mgGAE/g sample). In contrast, for flavonoids, the method used was the colorimetric method with quercetin standard (mg QE/g sample). The qualitative test results showed that all honey samples contained phenolic and flavonoid compounds. Total phenolic and flavonoid levels showed a decrease in several samples, including TR SLT (Trigona Southeast Sulawesi), TRG BGR (Trigona Bogor), and TR SLS (Trigona Genotrigona Indica South Sulawesi) in the range of 11.8–57.6%. However, most of the total phenolic and flavonoid levels increased after the heating process, i.e., in the samples of AP LMB (apis North Lombok) (25.3% and 88.8%), AP MG (apis mango) (73.1% and 114%), AP MAC (Aceh honey, Buloh Seuma) (8.8% and 199%), TR BIR (Trigona tetroginola biroi South Sulawesi) (58.8% and 146%), and TR LMB (Trigona North Lombok) (44.3% and 84.9%). In contrast, for the formation of brown pigment, there was an increase in all honey samples between 32 and 1.428%. The presence of brown pigment at the end of the heating process of honey samples is thought to have the same role as phenolic compounds and flavonoids, which change the heating process, especially in antioxidant activities and other bioactivities. However, further analysis is needed to prove the conjecture.Abstrak: Madu memiliki komponen yang unik, yang membuatnya menjadi makanan yang berharga bagi konsumen.  Telah diketahui bahwa radiasi UV dan pemanasan berdampak pada kualitas senyawa bioaktif madu, di antaranya kandungan total fenolik, total flavonoid, dan pigmen coklat. Pengukuran absorbansi pigmen coklat pada panjang gelombang 420 nm, pengukuran total fenolik pada panjang gelombang 733 nm dan total flavonoid pada panjang gelombang 430 nm dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Metode yang digunakan untuk uji total fenolik adalah metode Folin-Ciocalteu dengan standar asam Galat (mgGAE/g sampel), uji flavonoid menggunakan metode Kolorimetri dengan standar kuersetin (mg QE/g sampel).  Hasil uji kualitatif menunjukan bahwa semua sampel madu terdapat senyawa fenolik dan flavonoid. Kadar total fenolik dan flavonoid menunjukkan penurunan pada beberapa sampel, di antaranya TR SLT (Trigona Sulawesi Tenggara, TRG BGR (Trigona Bogor), TR SLS (Trigona Genotrigona Insica Sulawesi Selatan) pada kisaran 11,8 – 57,6%.  Namun, sebagian besar kadar total fenolik dan kadar flavonoid mengalami kenaikan setelah proses pemanasan, yaitu pada sampel AP LMB (apis Lombok Utara) (25,3% dan 88,8%), AP MG (apis mangga) (73,1% dan 114%), AP MAC (madu Aceh, Buloh Seuma) (8,8% dan 199%), TR BIR (Trigona Tetroginola biroi sulawesi selatan) (58,8% dan 146%), TR LMB (Trigona North Lombok) (44,3% dan 84,9), sedangkan untuk pembentukan pigmen coklat, terjadi peningkatan pada semua sampel madu di antara 32 – 1.428%. Keberadaan pigmen coklat pada akhir proses pemanasan, diduga memiliki peran yang sama dengan senyawa fenolik dan flavonoid yang mengalami perubahan selama proses pemanasan, terutama pada aktivitas antioksidan dan bioaktivitas lainnya.  Namun diperlukan analisis lebih lanjut untuk membuktikan dugaan tersebut.
Identification of Active Chemical Compounds of Honey from Some Regions in Indonesia La Ode Sumarlin; Nur Enita; Farhan Riza Afandi; Ahmad Fathoni
Science and Technology Indonesia Vol. 6 No. 2 (2021): April 2021
Publisher : Research Center of Inorganic Materials and Coordination Complexes, FMIPA Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26554/sti.2021.6.2.74-84

Abstract

Bees produce honey from plant nectar, plant secretions, and excretions of plant-sucking insects. Indonesian local honey contains active compounds that have the potential effect as antioxidant and anticancer. The composition and biological effects of honey vary depending on the flower sources; seasonal and environmental factors can also influence the composition and the physical products. This research was conducted to identify the chemical compounds found in several honey samples produced by beekeepers in Indonesia with LCMS/MS method and to determine the profiles of the honey from Indonesia with the Chemspider and MassBank Database. Honey samples were collected from several regions in Indonesia. The results of the analysis showed that the honey’s diastase number vary from region to region and showed that the HMF contents are relatively low. The compounds that were allegedly found through LCMS/MS analysis include and have been traced based on literature studies had bioactive activity and beneficial to health, include: millefin (potential for treating heart disease and cancer), mangiferin (anti-inflammatory, anti-diabetes, immunomodulators, anti-tumor, antioxidants), rhamnetin (anti-inflammatory), tricin (antioxidant-like), acacetin (inhibit tumor angiogenesis agents), aurantiamide acetate (antiviral or anti-inflammatory, therapeutic agent for the treatment of influenza), salvigenin (controlling inflammation, acute and chronic pain), brucine (modulates anti-inflammatory and analgesic properties), dehydrocostus lactone (anti-inflammatory), santonin (anthelmintic activity), dimethylesculetin (bilirubin clearance), imidazole 4- acetic acid (neuropharmacological properties), propafenone (antiarrhythmic), yohimbine (affected sexual performance), Velutin (anti-inflammatory), narigenin (linked to cardiovascular disease protection). Eventually, honey is is such a natural product with a number of salient therapeutic properties. However, there are still components that were found but their roles cannot be described in detail. Therefore, it is recommended that further meticulous studies should bring to light the other hidden properties of the honey compounds.
Validasi Metode Pengujian Merkuri (Hg) Pada Ikan Tuna (Thunnus Sp) Menggunakan Mercury (Hg) Analyzer Type MA-3 Solo Dan DMA-80 La Ode Sumarlin; Rita Mukhtar; Ericka Putri Wijaya; Andriantoro Andriantoro; Yunesfi Syofyan; M. Iqbal Suryatama
Jurnal Ecolab Vol 17, No 1 (2023): ECOLAB
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59495/jklh.2023.17.1.33-49

Abstract

Perkembangan industri dapat membantu manusia dalam melaksanakan kegiatannya, namun memberikan dampak yang tidak baik pula bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Salah satu dampaknya ialah pembuangan limbah industri yang mengandung logam merkuri yang bersifat toksik. Merkuri dalam air dengan konsentrasi yang tidak terkendali akan mempengaruhi makhluk hidup di dalam air, termasuk ikan. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi pengukuran merkuri pada ikan tuna dengan menggunakan Hg Analyzer type MA-3 Solo dan type DMA-80, dengan metode acuan menggunakan US EPA (United States Environmental Protection Agency) Method 7473 tahun 2017, Manual book Hg Analyzer type MA-3 Solo dan type DMA-80. Prinsip metode USEPA ini adalah proses detruksi, dekomposisi dan kondensasi otomatis, kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 253,7 nm. Validasi metode meliputi parameter MDL (Method Detection Limit), LoQ (Limit of Quantification), akurasi, dan presisi sesuai ISO/IEC17025. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alat Hg Analyzer type MA-3 Solo mampu mengukur konsentrasi merkuri pada ikan tuna sebesar 0,0210 µg/g dan memenuhi syarat parameter validasi meliputi MDL 0,002 µg/g, LoQ 0,008 µg/g, akurasi 105,1%, presisi 3,95 µg/g ≤19,58 µg/g, dan pada type DMA-80 mampu mengukur konsentrasi merkuri pada ikan sebesar 0,0160 µg/g dan memenuhi syarat parameter validasi meliputi MDL 0,004 µg/g, LoQ 0,011 µg/g, akurasi 93,8%, presisi 6,56 µg/g ≤ 19,76 µg/g. Secara keseluruhan, alat Hg Analyzer type MA-3 Solo dan type DMA-80 dapat diusulkan untuk menjadi alat yang valid dan sangat praktis untuk analisis merkuri di laboratorium secara rutin.
Kadar Logam Merkuri (Hg) dan Batas Aman Konsumsi Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Kalibaru Timur dan Muara Kamal La Ode Sumarlin; Alfionita Octa Nur Zidni; Nurhasni Nurhasni; Hendrawati Hendrawati; Meyliana Wulandari
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 22, No 1 (2024): January 2024
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.22.1.264-269

Abstract

Kerang merupakan golongan Mollusca yaitu hewan lunak tidak memiliki organ hati untuk menghancurkan benda asing di dalam tubuhnya, sehingga kerang hijau bersifat filter feeder atau penyaring. Kerang hijau yang berasal dari perairan Jakarta diketahui sudah tercemar oleh logam merkuri. Merkuri pada kerang hijau merupakan salah satu logam berat yang berbahaya apabila dikonsumsi oleh manusia lebih dari 1,0 mg/kg berat badan. Oleh karena itu perlu diketahui kadar logam merkuri dan nilai batas aman konsumsi pada kerang hijau. Kerang hijau yang diambil dari Kalibaru Timur dan Muara Kamal diuji dengan metode sesuai SNI 2354.6:2016 menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom Uap Dingin (SSA-UD). Hasil analisis menunjukkan bahwa kerang hijau dari kedua lokasi memiliki nilai Target Hazard Quotient (THQ) < 1 sehingga tidak berpotensi terhadap risiko kesehatan individu yang mengonsumsi. Kadar merkuri kerang hijau yang berasal dari Kalibaru Timur memiliki rata-rata sebesar 0,0583 mg/kg dan dari Muara Kamal memiliki rata-rata sebesar 0,2994 mg/kg. Nilai Maximum Tolarable Intake (MTI) kerang hijau dari Kalibaru Timur untuk individu dengan berat badan 15 kg sebesar 1,0291 kg per minggu dan dari Muara Kamal sebesar 0,2004 kg per minggu. Nilai MTI kerang hijau dari Kalibaru Timur untuk individu dengan berat badan 60 kg sebesar 4,1166 kg per minggu dan dari Muara Kamal sebesar 0,8016 kg per minggu.
Aktivitas Penghambatan α-Glukosidase Campuran Ekstrak Daun Namnam (Cynometra cauliflora L.) dan Madu Kaliandra La Ode Sumarlin; Dede Sukandar; Lia Pratiwi
al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol 6, No 2 (2019): al Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/ak.v6i2.6577

Abstract

Penyakit diabetes melitus adalah disfungsi metabolisme karbohidrat. Terapi antidiabetes oral yaitu menggunakan agen penghambat α-glukosidase. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian agen penghambat α-glukosidase yang potensial diantaranya madu kaliandra dan ekstrak daun namnam.  Kajian ini akan difokuskan pada kemampuan sampel tersebut sebagai agen penghambat α-glukosidase baik dengan perlakuan bentuk tunggal maupun campuran, sebelum dan setelah fraksinasi. Selain itu digunakan FTIR (Fourier Transform Infrared) untuk mengetahui golongan senyawa pada setiap perlakuan sampel tersebut. Uji aktivitas penghambatan α-glukosidase secara in vitro pada ekstrak daun namnam menunjukkan nilai IC50 sebesar 34,47 ppm, sedangkan madu kaliandra tidak menunjukkan aktivitas penghambatan α-glukosidase. Hasil fraksinasi cair-cair menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana mampu menghambat α-glukosidase tertinggi berdasarkan nilai IC50 sebesar 8,46 ppm. Hasil karakterisasi menggunakan spektrofotometer FTIR pada ekstrak n-heksana mengandung gugus fungsi yang memiliki kemiripan dengan golongan senyawa steroid. Senyawa aktif pada ekstrak etil asetat dan ekstrak n-butanol mengandung gugus fungsi yang memiliki kemiripan dengan gugus fungsi standar senyawa kuersetin.
Potensi Madu dan Ekstrak Ampas Teh Sebagai Penghambat Tirosinase Untuk Bahan Aktif Kosmetika Pemutih Sumarlin, La Ode; Ernita, Nur; Hajar, Hajar
ALCHEMY:Journal of Chemistry Vol 11, No 2 (2023): ALCHEMY: JOURNAL OF CHEMISTRY
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/al.v11i2.19606

Abstract

One way to lighten skin tone is to inhibit the formation of melanin through the inhibition of the tyrosinase enzyme. Bleach acts as an inhibitor of melanin production and is known as a competitive tyrosinase inhibitor. In this study, the potential for teabag and honey dregs will be analyzed singly and in the form of a mixture. The method used is an anti-tyrosinase test using L-DOPA as a substrate. The results of the analysis showed that the tea extract samples were almost all positive test compounds (Flavonoids, Alkaloids, Tannins, Saponins, Steroids) except for Quinones and Triterpenoids. Honey for the positive sample was only for saponin compounds, while those for other compounds were negative. Tea extract has the potential to inhibit the tyrosinase enzyme, because it contains flavonoid compounds, tannins and steroids. Tests for inhibition of the tyrosinase enzyme in honey and tea and a mixture of the two have IC50 values 1000 g/ml, so the inhibitory activity is very weak. However, research has shown that tea bag dregs and honey have the potential to be used as active ingredients in whitening cosmetics.