Background: River flood triggers anxiety in people who live in riverside areas. Anxiety arises as an emotional response when a person feels threatened. Anxiety can cause insomnia. Insomnia is an acute sleep disorder indicated by difficulty initiating sleep, maintaining a state of sleep, and subjective problems in the form of poor sleep quality.Objective: To measure the correlation between anxiety and insomnia in flood-prone communities in two Martapura’s river bank villages.Method: This study used a type of quantitative research of correlational analysis with a cross-sectional design. The research sampling technique was simple random sampling. There were 83 respondents of people who lived in flood-prone river bank. The instruments used were demographic data questionnaire sheets, Indonesian Self Anxiety Scale (SAS) and Regensburg Insomnia Scale (RIS) questionnaires. Data analysis used the Spearman rank test.Results: The results showed that 41% of the study respondents experienced moderate anxiety, while 54,2% of the study respondents experienced insomnia. There was a significant correlation between anxiety and insomnia among flood-prone communities in Martapura river bank villages with a p-value = 0,001 and correlation coefficient (r) of 0,873.Conclusion: Anxiety and insomnia have a positive relationship, which means that if anxiety increases, then insomnia will go up. Anxiety management interventions is needed to reduce anxiety, hence the insomnia incidence will resolve.INTISARILatar belakang: Banjir memicu terjadinya kecemasan pada masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran sungai. Kecemasan muncul sebagai respons emosional ketika seseorang merasa terancam. Kecemasan yang dimiliki seseorang dapat menyebabkan insomnia. Insomnia adalah gangguan tidur yang bersifat akut. Indikasi insomnia, di antaranya susah mengawali tidur, mempertahankan keadaan tidur, dan juga permasalahan subjektif, berupa buruknya kualitas tidur.Tujuan: Mengetahui hubungan kecemasan dengan insomnia pada masyarakat di daerah rawan banjir di dua desa Pinggiran Sungai Martapura.Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif analitis korelasional dengan rancangan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah simple random sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 83 responden di daerah rawan banjir. Instrumen yang digunakan, yakni lembar kuesioner data demografi, kuesioner Self Anxiety Scale (SAS) Indonesia dan kuesioner Regensburg Insomnia Scale (RIS). Analisis data yang digunakan adalah uji Spearman Rank.Hasil: Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa 41% responden penelitian mengalami kecemasan sedang. Sementara itu, sebanyak 54,2% responden penelitian mengalami insomnia. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan insomnia yang dialami masyarakat di daerah rawan banjir di Desa pinggiran Sungai Martapura, dengan nilai p-value = 0,001 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,873.Simpulan: Kecemasan dan insomnia memiliki hubungan dengan arah positif. Hal ini bermakna, ketika kecemasan meningkat, maka insomnia juga akan mengalami peningkatan. Intervensi manajemen kecemasan diperlukan untuk menangani kecemasan sehingga kejadian insomnia dapat ikut teratasi.