Claim Missing Document
Check
Articles

Protesa obturator definitif resin akrilik pada pasien systemic lupus erythematosus (SLE) pasca maksilektomiAcrylic resin definitive obturator prosthesis in systemic lupus erythematosus (SLE) patients post-maxillectomy Pramudya Aditama; Erwan Sugiatno; Murti Indrastuti; Endang Wahyuningtyas
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 32, No 2 (2020): November 2020 (Suplemen 1)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v32i2.28175

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan inflamasi kronis yang dapat melibatkan sistem saraf, membran mukosa, dan organ lain dalam tubuh. Avascular bone necrosis (AVN) merupakan gejala yang muncul pada penderita SLE. Maksilektomi dilakukan pada tulang maksila yang mengalami AVN. Penutupan celah pasca maksilektomi tersebut dilakukan dengan cara  menggunakan protesa maksilofasial intraoral yaitu obturator. Tujuan laporan kasus ini mengkaji rehabilitasi prostetik menggunakan protesa obturator definitif resin akrilik pada penderita SLE pasca maksilektomi. Laporan kasus: Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut RSUP Dr. Sardjito dengan keluhan bau mulut, hilangnya gusi pada langit-langit, dan kegoyahan gigi rahang atas. Pasien didiagnosis SLE sejak lebih dari 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan intraoral, selain lesi pada mukosa palatum, ditemukan juga nekrosis pada tulang palatum, kehilangan gigi 14, 15, 16, dan 25, serta kegoyahan derajat 3 pada seluruh gigi rahang atas yang tersisa. Pasien dirawat dengan obat Myfortic (2 x 180 mg/hari) dan Fluconazole (1x150 mg/hari) kemudian dirujuk ke Poli Bedah Mulut untuk dilakukan maksilektomi, dilanjutkan dengan pembuatan protesa obturator oleh tim prostodonti. Pasien dibuatkan obturator pasca bedah untuk menutup celah palatum pasca maksilektomi. Pencetakan menggunakan bahan hydrocolloid irreversible sebelum operasi untuk pembuatan obturator pasca bedah. Insersi obturator menunjukkan celah palatum tertutup rapat oleh plat akrilik. Retensi didapatkan menggunakan kawat stainless pada titanium wire mesh pengganti tulang maksila. Tidak ada keluhan saat kontrol, penelanan baik. Tiga bulan pasca pemakaian obturator pasca bedah dilakukan pemasangan obturator definitif resin akrilik rahang atas. Pemeriksaan klinis menunjukkan suara sengau berkurang, estetis, dan pengunyahan baik. Simpulan: Protesa obturator definitif resin akrilik pada pasien SLE pasca maksilektomi dapat mengembalikan fungsi estetik, mengurangi suara sengau (mengembalikan fungsi bicara), mengembalikan fungsi penelanan, dan pengunyahan.Kata kunci: Maksilektomi, obturator definitif resin akrilik, systemic lupus erythematosus. ABSTRACTIntroduction: Systemic lupus erythematosus (SLE) is a chronic inflammation that involves the nervous system, mucous membranes, and other organs. Avascular bone necrosis (AVN) is a symptom that appears in people with SLE. Maxillectomy is performed on the maxillary bone affected with AVN. The post-maxillectomy gap closure was performed using an intraoral maxillofacial prosthesis, namely an obturator. This case report was aimed to examine the prosthetic rehabilitation using Acrylic resin definitive obturator prosthesis in SLE patients post-maxillectomy. Case report: A 21-years-old woman came to Dr Sardjito Oral Clinic with complaints of bad breath, palatogingival loss, and loose maxillary teeth. The patients was diagnosed with SLE for more than one year prior. The intraoral examination result showed that apart from the palatal mucosa lesions, there was also found necrosis of the palate bone, loss of teeth 14, 15, 16, and 25, and grade 3 loose of all of the remaining maxillary teeth. The patient was treated with Myfortic® (2 x 180 mg/day) and Fluconazole® (1 x 150 mg/day), then referred to the Oral Surgery Clinic for maxillectomy, followed the fabrication of obturator prostheses by the prosthodontist team. The patient was assigned a postoperative obturator to close the palate gap after maxillectomy. An imprint was carried out using an irreversible hydrocolloid material before surgery for the manufacture of a post-surgical obturator. The obturator insertion shows that the palate gap was tightly closed by an acrylic plate. Retention was obtained using the stainless wire on titanium wire mesh instead of the maxillary bone—the patients presented no complaints during control and had adequate ingestion. Three months after wearing a postoperative obturator, the acrylic resin definitive obturator prosthesis was then installed. Clinical examination showed reduced nasal sound, and better aesthetical and mastication aspect. Conclusion: Acrylic resin definitive obturator prosthesis in post-maxillectomy SLE patients can restore aesthetic function, reduce nasal sound (restore speech function), restore swallowing and mastication function.Keywords: Maxillectomy, acrylic resin definitive obturator prosthesis, systemic lupus erythematosus.
Pembuatan ulang protesa mata non-fabricated untuk rehabilitasi estetik I Gede Putu Sukrasena Sugiantara; Haryo Mustiko Dipoyono; Titik Ismiyati; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.49471

Abstract

Kehilangan salah satu atau kedua dari bola mata merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan psikologis, fungsi organ sekitar, dan gangguan estetis wajah. Pembuatan protesa mata merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengembalikan kepercayaan diri pasien, mencegah kolaps kelopak mata dan menahan bentuk rongga mata, sehingga rehabilitasi estetis pasien dapat terwujud. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk memberikan informasi tentang proses pembuatan protesa mata menggunakan bahan resin akrilik dalam upaya memperbaiki penampilan. Seorang pria berusia 70 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo Universitas Gadjah Mada untuk membuat pengganti protesa mata non-fabricated sebelumnya yang telah digunakan selama 40 tahun dan sudah tidak bagus lagi dari segi warna, mudah terlepas dan mengiritasi jaringan yang tersisa. Pasien kehilangan matanya pada operasi enukleasi okular karena trauma benda tajam 45 tahun yang lalu. Prosedur perawatan pasien dimulai dari anamnesis pasien, pemeriksaan klinis, pencetakan protesa mata yang lama atau sebelumnya menggunakan putty, pembuatan model malam sklera dan mencobakan sklera model malam, pembuatan sklera akrilik, mencobakan sklera akrilik dan menentukan lokasi dan diameter iris, melukis pupil dan iris, prosesing akhir, kemudian insersi protesa mata. Pada kontrol pasca 1 minggu insersi, pasien tidak memiliki keluhan dan puas dengan protesa mata yang baru. Pembuatan ulang protesa mata dengan menggunakan teknik mencetak kembali protesa yang lama menggunakan putty sebagai bahan cetak sangat membantu mempersingkat proses pembuatan sklera menjadi lebih cepat serta penggunaan bahan resin akrilik secara psikologis dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien, secara estetik dapat pasien merasa nyaman dan puas dengan protesa baru.
Obturator definitif dengan two-piece hollow bulb pada defek pasca hemimaksilektomi Rudy S; Endang Wahyuningtyas; Titik Ismiyati
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.37279

Abstract

Keganasan sering kali terjadi di daerah rongga mulut dan biasanya dirawat melalui tindakan hemimaksilektomi. Tindakan hemimaksilektomi menimbulkan adanya defek yang membuat adanya celah antara rongga mulut dan rongga nasal, sehingga menyebabkan penderita kesulitan saat melakukan fungsi normal seperti menelan dan berbicara. Peran prostodontis dalam menangani adanya defek pada maksila adalah merehabilitasi struktur intra dan ekstra oral untuk memulihkan fungsi normal pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika. Masalah utama rehabilitasi defek yang besar pada maksila adalah berat protesa, sehingga protesa tidak retentif. Tujuan dari laporan kasus ini adalah pembuatan obturator definitif dengan hollow bulb untuk merehabilitasi fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika. Kasus pasien wanita 24 tahun, tersisa gigi 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 disertai dengan defek pada maksila sebelah kiri pasca hemimaksilektomi dengan klasifikasi Aramany klass I. Perawatan yang dipilih adalah pembuatan obturator definitif dengan two-piece hollow bulb dari bahan resin akrilik. Kesimpulan dari laporan kasus iniadalah obturator definitif dengan two-piece hollow bulb dari bahan resin akrilik dapat merehabilitasi defek pada maksila pasca hemimaksilektomi sehingga mengembalikan fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan, dan estetika.
Overdenture sebagai preservasi tulang alveolar dan retensi gigi tiruan rahang bawah Haris Okta Akbar Sy; Heriyanti Amalia Kusuma; Murti Indrastuti; Endang Wahyuningtyas
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.55768

Abstract

Overdenture merupakan gigi tiruan lepasan sebagian atau lengkap yang didukung oleh satu atau lebih gigi, akar gigi asli, atau implan gigi. Keuntungan penggunaan overdenture adalah menghambat resorpsi tulang alveolar serta memperoleh retensi dan stabilitas yang maksimal. Terhambatnya resorpsi tulang alveolar terjadi karena adanya akar gigi yang dipertahankan. Beberapa jenis penyangga overdenture yang dapat digunakan untuk menambah retensi dan stabilitas adalah bare root, magnet, dan coping. Tujuan dari studi kasus adalah untuk mengkaji penggunaan overdenture sebagai preservasi tulang alveolar dan retensi gigi tiruan rahang bawah. Pasien wanita berusia 52 tahun datang ke klinik Prostodonsia RSGM Prof. Soedomo ingin dibuatkan gigi tiruan dengan keluhan estetik, kesulitan mengunyah dan tidak jelas waktu berbicara. Gigi yang tersisa pada rahang atas hanya gigi 25 dengan kondisi nekrosis, sedangkan pada rahang bawah gigi yang tersisa adalah gigi 31 pulpitis ireversible, gigi 32 karies profunda, gigi 35 nekrosis, gigi 41 dan 42 karies dentin, gigi 43 nekrosis. Tatalaksana kasus adalah kaping pulpa gigi 32, penumpatan gigi 32, 41, dan 42, perawatan saluran akar gigi 25, 31, 35, dan 43, pembentukan bare root pada gigi 25, pegangan magnet pada gigi 35 dan 43, pemasangan short coping pada gigi 31. Insersi menunjukan retensi dan stabilitas gigi tiruan baik. Pada saat kontrol, pasien merasa puas karena gigi tiruan tersebut dapat memperbaiki estetis, fungsi pengunyahan dan bicara. Kesimpulan dari penggunaan overdenture magnet dan coping dapat mencegah terjadinya resopsi tulang alveolar serta meningkatkan retensi gigi tiruan rahang bawah.
Pembuatan protesa telinga eksternal pada penderita microtia dengan bahan silikon room temperature vulcanizing Agnes Endra Purdiana; Haryo Mustiko Dipoyono; Endang Wahyuningtyas
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 2 (2010): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.78852

Abstract

-
Protesa maksilofasial dengan guidance ramp pada pasien pasca hemimandibulektomi dengan bridging plate Dewi Yanti; Endang Wahyuningtyas; Heriyanti Amalia Kusuma; Erwan Sugiatno
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 2 (2010): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.78860

Abstract

-
Protesa maksilofasial pada kasus klas I aramany pasca hemimaxillectomy dengan hollow bulb Melita Setiana; Endang Wahyuningtyas; Haryo Mustiko Dipoyono; Heriyanti Amalia
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 2 (2010): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.78864

Abstract

-
Protesa maksilofasial kerangka logam dengan hollow bulb pada kasus klas I aramany pasca hemimaxillectomy Windha Kharina; Endang Wahyuningtyas
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 17, No 2 (2010): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.78870

Abstract

-
Immediate single complete denture Suzy Ratna Dinarti; Endang Wahyuningtyas; Titik Ismiyati; Maria Theresia Esti Tjahjanti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 7, No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.37252

Abstract

Immediate single complete denture adalah gigi tiruan lengkap rahang atas atau bawah yang diinsersikan segera setelah pencabutan gigi. Immediate single complete denture dipilih agar pasien tidak kehilangan fungsi estetik, mastikasi dan fonetik setelah pencabutan serta dapat mempercepat proses penyembuhan karena berfungsi sebagai penahan bekuan darah. Pasien wanita umur 53 tahun, aktif pada kegiatan sosial, dengan riwayat sebelumnya pasien telah memakai gigi tiruan sebagian pada rahang atas dan bawah, gigi tiruan yang lama tidak stabil dengan sisa gigi pada rahang atas gigi kaninus kanan dan non vital. Pasien menginginkan gigi tersebut dilakukan pencabutan kemudian segera dipasang dengan gigi tiruan yang baru. Tujuan perawatan agar pasien tidak kehilangan fungsi estetik, pengunyahan dan bicara. Hasil dari metode perawatan immediate single complete denture resin akrilik pada rahang atas dan perawatan dengan removable partial denture resin akrilik pada rahang bawah adalah adanya gigi tiruan yang stabil, retentif, oklusi dan estetik baik. Kesimpulan perawatan immediate single complete denture resinakrilik pada pasien dapat mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara dan estetik, serta gigi tiruan yang stabil dan retentif.
Definitive mandibular guide flange prosthesis pada pasien pasca hemimandibulektomi dekstra Sigit Ariawan; Endang Wahyuningtyas; Suparyono Saleh; Murti Indrastuti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 7, No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.37280

Abstract

Tindakan operasi pada daerah maksilofasial dapat mengakibatkan cacat wajah, gangguan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik serta gangguan kejiwaan. Hilangnya kontinuitas mandibula dapat mengganggu keseimbangan fungsi mandibula, menyebabkan gerakan mandibula yang berubah-ubah, sehingga terjadi kecacatan, sulit menelan, gangguan bicara dan artikulasi, serta deviasi dari sisa fragmen menuju sisi yang dioperasi. Saat membuka mulut, deviasi ini meningkat dan mengarah ke pembukaan dan penutupan secara angular. Perangkat korektif bernama guide flange prosthesis ditunjukkan untuk mengatasi manifestasi klinis tersebut. Tujuan laporan kasus ini adalah untuk mengkaji penggunaan mandibular guide flange prosthesis pada pasien pasca hemimandibulektomi dekstra, sebagai rehabilitasi fungsi pengunyahan, penelanan, fonetik dan estetika. Kesimpulan dari laporan kasus ini adalah protesa mandibula dengan guide flange dari bahan resin akrilik dapat merehabilitasi defek pada mandibula pasca hemimandibulektomi sehingga mengembalikan fungsi pengunyahan, fonetik, proses penelanan dan estetika.
Co-Authors Adella Syvia Maharani Adena, Afif Surya Adi Kristanto Tandadjaja Agnes Endra Purdiana Anak Agung Istri Putri Ayu Agung Subiantari Ayu Agung Subiantari, Ayu Agung Chrisdina Puspita Sari Christine Anita Wardaningrum Dewi Yanti Dimas Anggayuno Dwi Prabowo Edwin Tandra Elka Ayu Amalia Elka Ayu Amalia, Elka Ayu Eri Setia Romadhon Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno Erwan Sugiatno, Erwan Esti Tjahjanti Fajar Kartika Fajar Kartika, Fajar Farid Munandar Fei In Fransiscus Wihan Pradana Gandis Harumi Gunawan Sri Sarjono Gunawan, Cynthia Hardi Prabowo Hardita, Ardhianing Haris Okta Akbar Sy Haryo Mustiko D Haryo Mustiko D, Haryo Haryo Mustiko Dipoyono Haryo Mustiko Dipoyono Heriyanti AK Heriyanti AK, Heriyanti Heriyanti Amalia Heriyanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma Heriyanti Amalia Kusuma, Heriyanti Amalia I Gede Putu Sukrasena Sugiantara Intan Ruspita Iwa Arya Sakti Jaya Atmaja, Herman Lubena Lubena, Lubena Mara Gustina Maria Theresia Esti Tjahjanti Melita Setiana Mohammad Faid Fahlevy Murti Indrastuti Murti Indrastuti Nova Mayasari Owin Bambang Wijanarko Pradana, Franciscus Wihan Pramudya Aditama Pramudya Aditama Rahmadani, Ina Indah Rosa Sharon Suhono Rosa Sharon Suhono, Rosa Sharon Rudy S Rudy S Santoso, Tania Sarjono, Gunawan Sri Sigit Ariawan Sri Budi Barunawati Suparyono Saleh Suparyono Saleh Surdin Suzy Ratna Dinarti Tandra, Edwin Tandra, Edwin Titik Ismiyati W. Widjijono Windha Kharina Yuwono, William