Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search
Journal : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan

APLIKASI ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER DI DALAM PEMBUATAN KAMABOKO IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG Utomo, Andhi Prasetiyo; Riyadi, Putut Har; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (124.273 KB)

Abstract

Salah satu fungsi alginat dalam pangan yaitu digunakan sebagai pengemulsi. Kamaboko ikan adalah produk pengolahan hasil perikanan yang memerlukan ketahanan stabilitas emulsi. Bahan baku yang digunakan adalah ikan Kuniran (Upheneus sulphureus).Penelitian kamaboko ikan Kuniran yang telah dilakukan untuk melihat pengaruh alginat terhadap stabilitas emulsi, Mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap stabilitas emulsi pada suhu ruang dan mengetahui interaksi antara alginat dan lama simpan kamaboko ikan Kuniran.Hasil penelitian pendahuluan didapat konsentrasi terbaik subtitusi alginat 2,5% dan tepung tapioka 7,5%. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa jenis kamaboko yang berbeda dan lama penyimpananmemberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)terhadap nilai stabilitas emulsi, nilai gelstrength, dan kadar air, nilai aw pada penyimpanan suhu ruang selama 3 hari. Nilai emulsi kamaboko ikan dengan subtitusi alginat (A1) penyimpanan hari ke-0, ke-1, ke-2, ke-3 berturut-turut yaitu 87,83%, 86,74%, 84,91%, dan 82,6%, sedangkan tanpa subtitusi alginat (A0) penyimpanan hari ke-0, ke-1, ke-2, ke-3  berturut-turut yaitu 84,87%, 83,53%, 82,87%, dan 81,28%. Pengaruh jenis kamaboko yang berbeda dan lama penyimpanan menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai hedonik. Kamaboko ikan subtitusi alginat (A1) penyimpanan hari ke-0 (T0) dan ke-1 (T1) diterima panelis, kamaboko ikan tanpa subtitusi alginat (A0) hanya penyimpanan hari ke-0 (T0) yang diterima panelis. 
PENGARUH PENAMBAHAN EGG WHITE POWDER TERHADAP KUALITAS GEL SURIMI PADA BEBERAPA JENIS IKAN LAUT Purwandari, Lutfiani Yusup; Darmanto, YS; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.676 KB)

Abstract

Surimi merupakan lumatan daging ikan yang dicuci dengan air dan ditambahkan krioprotektan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui potensi Egg white powder terhadap kualitas gel pada surimi dengan bahan baku jenis ikan laut yang berbeda. Bahan yang digunakan adalah ikan Tunul (Spyraena picuda), ikan Kurisi (Nemipterus nematoporus), dan ikan Belanak (Mugil cephalus) dengan masing-masing penambahan EWP 0% dan 3%. Hasil penelitian menunjukkan surimi belanak nilai kekuatan gel mengalami peningkatan yaitu sebanyak 11,40%. Pada surimi tunul dan kurisi nilainya menurun setelah ditambahkan EWP sebesar 10,52%. Kisaran nilai kadar air semua sampel yaitu sebesar 79,16% – 80,08 %. Nilai pH semua sampel memiliki nilai rata-rata sebesar 6,8. Nilai protein seluruh sampel mengalami kenaikan, pada ikan belanak sebesar 2,45%, pada ikan tunul mengalami kenaikan sebesar 1,11 % dan protein surimi ikan kurisi naik sebesar 0,89%. Nilai EMC seluruh surimi mengalami penurunan setelah ditambah EWP 3% sebesar 10,47%. Surimi ikan tunul dan kurisi memiliki nilai uji lipat dan uji gigit terbaik dibandingkan surimi ikan belanak. Nilai uji hedonik yang terdiri dari uji kenampakan, tekstur, rasa dan aroma juga menunjukkan rata-rata nilai yang sama dengan kisaran nilai sebesar 7,41± 8,48. Surimi is a minched fish meat that washed with water and added cryoprotectants. The purpose of this study was to determine the potential of Egg white powder on the gel forming ability of surimi with raw materials of different types of marine fish. Materials used are Great barracuda (Spyraena picuda), Treadfin bream (Nemipterus nematoporus), and Mullet (Mugil cephalus) with the addition of each EWP 0% and 3%. The results showed mullet surimi has the highest gel strength values as 11,40%. Different results are shown in great barracuda and tredfin bream surimi. The gel strength decreased after adding the EWP is equal to 10,52%. Values of the water content of all samples showed similar values between 79,16% - 80,08 %. pH value of all samples also had anaverage value of 6,84. The protein values of mullets surimi has the highest protein rise in amount of 2,45% compared to great barracuda surimi which rised by 1,11% and treadfin bream surimi rised by 0,89%. EMC value in all surimi showed significant differences. EMC values decreased after adding EWP 3% and the highest value in the sample mullets of 10,47%. Great barracuda surimi and treadfin bream surimi have a best score frome folding test and teeth cutting test compared mullets surimi. Hedonic value test shows the average value range of 7,41 ± 8,48.
KAJIAN SENYAWA BIOAKTIF EKSTRAK GONAD BULU BABI (Diadema setosum) DENGAN PELARUT BERBEDA Prastyo, Handito Aji; Ma’ruf, Widodo Farid; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gonad D. setosum mengandung α tokoferol, fenolik dan pigmen seperti karotenoid. Senyawa-senyawa tersebut diduga adalah suatu senyawa yang termasuk senyawa bioaktif. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gonad D. setosum segar yang diperoleh dari perairan Pulau Panjang, Jepara yang diekstrak dengan pelarut yang berbeda (n-heksan, etil asetat, dan metanol). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan tiga jenis pelarut yang berbeda tingkat kepolaran. Penelitian utama yang dilakukan adalah uji kadar fenolik total, kadar tokoferol dan karotenoid dan parameter pendukungnya adalah uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis pelarut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap aktivitas antioksidan, kadar fenolik total dan kadar karotenoid pada pelarut metanol. Perlakuan pelarut n-heksan dan etil asetat tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap aktivitas antioksidan, kadar fenolik total dan kadar karotenoid. Kadar fenolik sebesar 20,62 mg GAE/g sampel, kadar karotenoid 0,95 µ mol/g sampel dan tokoferol sebesar 110,14 ppm. Ekstrak dengan pelarut etil asetat kadar fenolik sebesar  12,00 mg GAE/g sampel, kadar karotenoid 0,52 µ mol/g sampel dan tokoferol 51,13 ppm. Nilai terkecil senyawa bioaktif adalah ekstrak n-heksan kadar fenolik sebesar  8,47 mg GAE/g sampel, kadar karotenoid 0,49 µ mol/g sampel dan tokoferol 45,98 ppm. Hasil aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan nilai IC50 ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksan masing-masing adalah 3241,125; 8185,047; dan 9318,435 ppm.
PENGARUH PERBANDINGAN KONSENTRASI TEPUNG TAPIOKA (Manihot uttilissima) DAN TEPUNG KENTANG (Solanum tuberosum) TERHADAP KUALITAS BAKSO IKAN LELE (Clarias batrachus) Rahussidi, Muhamad Akbar; Sumardianto, Sumardianto; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 3 (2016): Wisuda Periode Bulan Agustus 2016
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.77 KB)

Abstract

Ikan lele berpotensi diolah menjadi bakso ikan yang terbuat dari lumatan daging dan bahan pengisi beserta bahan tambahan berupa bumbu yang diproses dengan perebusan. Bakso ikan memiliki spesifikasi mutu yang mengutamakan gel strength dan sensori, sehingga perlu adanya penambahan gelling agent pada bakso, seperti tepung kentang. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan tepung tapioka dan tepung kentang terhadap bakso ikan lele dan mengetahui perbandingan konsentrasi tepung tapioka dan tepung kentang terbaik pada bakso ikan lele. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan masing-masing terdiri dari 3 ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah K(tapioka 10%, kentang 0%), A(tapioka 7,5%, kentang 2,5%), B(tapioka 5%, kentang 5%), C(tapioka 2,5%, kentang 7,5%), D(tapioka 0%, kentang 10%) dengan parameter uji gel strength, sensori, kadar air, kadar protein dan uji lipat. Perbandingan konsentrasi tepung kentang 5% dan tepung tapioka 5% (B) memberikan pengaruh terbaik pada bakso ikan lele dengan nilai gel strength (2532,91±344,11 g.cm), nilai sensori (7,66±0,33), nilai kadar air (64,68±0,38%), nilai kadar protein (10,19±0,31 %), dan nilai uji lipat (4,70±0,44). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbandingan tepung tapioka dan tepung kentang memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap kenampakan, tekstur, gel strength, kadar air, kadar protein dan uji lipat. Sedangkan perbandingan tepung tapioka dan tepung kentang tidak berpengaruh nyata .(P>0.05) terhadap bau dan rasa.
APLIKASI ALGINAT SEBAGAI EMULSIFIER DALAM PEMBUATAN SATSUMA AGE IKAN KURISI (Nemipterus Sp) PADA PENYIMPANAN SUHU DINGIN Prasetyawan, Dhoni; Riyadi, Putut Har; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.996 KB)

Abstract

Satsuma age merupakan salah satu bentuk produk olahan ikan berbasis surimi, berbentuk gel, bersifat kenyal, dan elastis. Satsuma age merupakan salah satu bentuk pengolahan yang perlu mempertahankan stabilitas emulsi. Satsuma age yang dibuat pada penelitian ini berbahan baku daging ikan kurisi (Nemipterus Sp). Bentuk penyimpanan yang dilakukan pada satsuma age untuk memperpanjang umur simpan adalah dengan menyimpanya dalam suhu dingin. Penelitian dilakukan dua tahap, penelitian pendahuluan untuk mengetahui stabilitas emulsi satsuma age substitusi alginat dengan tepung sagu yang berbeda, satsuma age terpilih kemudian digunakan dalam penelitian utama dengan perlakuan yaitu peyimpanan suhu dingin selama 21 hari. Hasil penelitian pendahuluan didapat konsentrasi terbaik subtitusi alginat 2,5% dan 7,5% tepung sagu. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa tingkat kestabilan emulsi satsuma age ikan kurisi substitusi 2,5% alginat dan 7,5% tepung sagu (A1) dan substitusi 0% alginat dan 10% tepung sagu (A0), selama 21 hari (T21) memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap menurunnya nilai stabilitas emulsi satsuma age ikan kurisi selama penyimpanan suhu dingin. Berdasarkan hasil sensorik selama 21 hari, satsuma age dengan substitusi alginat dapat diterima sampai hari ke-14, dan satsuma age tanpa substitusi alginat dapat diterima sampai hari ke-7. 
PERBANDINGAN PENAMBAHAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DAN RUMPUT LAUT Caulerpa racemosa TERHADAP KADAR KALSIUM, SERAT KASAR, DAN KESUKAAN KERUPUK IKAN Rizki, Dinda; Sumardianto, Sumardianto; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 6, No 1 (2017): Wisuda Periode Bulan Januari 2017
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.054 KB)

Abstract

Besarnya potensi pada ikan teri dan rumput laut memberikan peluang yang besar untuk terus berkembangnya industri pangan di Indonesia. Kerupuk adalah makanan ringan dengan bahan baku tepung tapioka, dimana kandungan karbohidrat pada kerupuk lebih tinggi dibandingkan dengan unsur kimia lainnya. Fortifikasi ikan teri dan rumput laut diharapkan memberikan kandungan gizi yang lebih baik pada kerupuk, karena secara umum kadar kalsium dan serat kasarnya rendah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui formulasi terbaik pada pembuatan kerupuk serta mengetahui pengaruh perbandingan ikan teri dan rumput laut terhadap karakteristik kimia dan fisik kerupuk. Materi penelitian adalah rumput laut Caulerpa racemosa, ikan teri, tepung tapioka, dan bumbu. Metode penelitian yang digunakan yaitu experimental laboratories menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data nonparametrik dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan uji lanjut Mann-Whitney.Data parametrik dianalisis menggunakan ANOVA dan uji lanjut Tukey HSD.Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji hedonik terbaik pada  penambahan ikan teri 15% dan bubur rumput laut 10% (5,597< μ <6,437) atau disukai panelis. Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium 0,153-0,437%; kadar serat kasar 4,620-6,948%; kadar air 10,579-12,072%; kadar abu 1,245-1,870%; kadar protein 4,085-5,594%; kadar lemak 0,225-1,212%; kadar karbohidrat 74,486-77,938%; kemekaran kerupuk 153,43-290,14%.
EFEKTIVITAS KUNYIT (Curcuma longa Linn.) SEBAGAI PEREDUKSI FORMALIN PADA UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) PENYIMPANAN SUHU DINGIN Damayanti, Evina; Ma'ruf, Widodo Farid; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.358 KB)

Abstract

Penggunaan formalin semakin beredar luas dikalangan  nelayan,  banyak  dijumpai hasil perikanan terutama Udang diberi perlakuan formalin untuk  proses pengawetan. Tanaman Kunyit memiliki senyawa aktif yang dapat digunakan untuk meminimalisir keberadaan formalin pada Udang  yaitu saponin. Penelitian ini menggunakan Udang putih yang sudah  direndam larutan  formalin 5% kemudian ditambahkan larutan kunyit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah model Faktorial dengan 2 faktor, yaitu perlakuan pemberian larutan Kunyit (0% dan 10%) dan faktor penyimpanan (0,3,6,9 hari). Parameter yang digunakan adalah uji formalin, jumlah TPC, kadar air, nilai pH, dan nilai organoleptik. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa konsentrasi terbaik 10% dengan lama perendaman 60 menit dilihat dari penurunan kadar formalin dan nilai organoleptik. Hasil penelitian utama menunjukkan perbedaan perlakuan larutan Kunyit dan lama penyimpanan memberikan pengaruh nyata (Fhit>Ftab) terhadap kadar residu formalin serta dari hasil tersebut menunjukkan adanya interaksi antara ke-2 faktor tersebut. Apabila dilihat dari sisi organoleptik hasil penelitian utama menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Namun dilihat dari parameter lain yaitu TPC, pH,  dan kadar air hasil penelitian utama tidak menunjukkan adanya interaksi antara 2 faktor tersebut (P>0,05).
PENGARUH PENGGUNAAN BINDER ALAMI PADA PROSES FINISHING TERHADAP KUALITAS KULIT IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SAMAK Khamidah, -; Sumardianto, -; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 3, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.737 KB)

Abstract

Penyamakan kulit adalah proses pengolahan bahan mentah kulit menjadi bahan kulit tersamak dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang mendukung proses penyamakan. Binder alami merupakan jenis binder protein yang dapat digunakan sebagai bahan perekat dalam proses finishing pada penyamakan kulit selain binder paten atau binder sintesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh persentase binder alami terbaik dan mengetahui pengaruh penggunaan binder alami pada proses penyamakan terhadap kualitas kulit ikan nila samak.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ikan nila (Oreochromis niloticus) yang didapat dari PT Nusantara Aquafarm, Semarang. Parameter pengujian adalah Ketahanan Gosok cat, Hedonik, Kekuatan Sobek, Kekuatan Tarik, Kemuluran. Penelitian ini menggunakan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan menggunakan Binder Alami dari Putih telur 0 %, 7,5%, 10 %,12,5 % dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA).untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Jujur ( BNJ).Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Binder Alami sebesar 12,5 % berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas kulit yaitu Ketahanan Gosok cat, Organoleptik, Kekuatan Sobek, Kekuatan Tarik, Kemuluran. Kulit ikan nila samak dengan perlakuan konsentrasi Binder Alami 12,5 % memiliki kekuatan fisik terbaik yaitu Ketahanan Gosok Cat 4,83 Gray Scale, Organoleptik dapat diterima oleh konsumen, Kekuatan Sobek (247.17 N/cm), Kekuatan Tarik (2150,47 N/cm2), Kemuluran (25.42 %). Tanning a processing of raw materials  leather into the tanned skin by using chemicals that support the process of tanning. Natural binders  is a kind of protein that can be used as a binder in the process of finishing at the tannery beside synthetic binders. The purpose of this research was to gain a percentage of the best natural binders and know how the use of natural binders on the process of tanning leather to quality fish tilapia skin.The material used in this research was the skin the fish tilapia (Oreochromis niloticus) were obtained from             PT. Nusantara Aquafarm, Semarang. The test parameters were  Organoleptic, Scratch Resistance Paint, tensile strength, Tear Strength, elongation. This research used completely randomized design with four treatments using Natural Binders from egg whites 0%, 7.5%, 10%, 12% .5 with three replication. Data were analyzed using an analysis of variance (ANOVA). Comparison of means was carried out by Honestly Significant Difference Test (HSDT). Results showed that used of natural binders of 12.5% gave effect (P < 0.05) on physical quality were Hedonic, Scratch Resistance Paint, Tear Strength, tensile strength, Elongation. Tanned tilapia skin with treatment of natural binders 12.5% concentration had the best physical strength resistance Rub Paint 4,83 Gray Scale, Organoleptic be accepted by consumers, the strength  (247.17 N/cm), the tensile strength (2150,47 N/cm2), Elongation (25.42%).
PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN SEBAGAI STABILIZER TERHADAP KARAKTERISTIK OTAK-OTAK IKAN KURISI (Nemipterus nematophorus) Putra, Dimas Ahmad Priangga; Agustini, Tri Winarni; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.324 KB)

Abstract

Otak-otak ikan merupakan salah satu produk diversifikasi hasil perikanan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat luas. Selama kurun waktu terakhir ini karagenan mulai marak digunakan dalam proses pengolahan pangan, namun masih jarang pengolahan otak-otak ikan yang menggunakan bahan tambahan karagenan. Karagenan diduga dapat menstabilkan sistem emulsi pada otak-otak ikan, karena karagenan memiliki sifat sebagai penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan karagenan dengan konsentrasi berbeda terhadap kualitas produk otak-otak ikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) dan karagenan. Penelitian ini menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan konsentrasi berbeda penambahan karagenan yaitu 0%; 0,5%; 1% dan 1,5% dengan 3 kali pengulangan. Parameter pengujian adalah stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan uji sensori. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) untuk data parametrik sedangkan Kruskal-Wallis dilanjut dengan uji Mann-Whitney untuk data non-parametrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan karagenan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap stabilitas emulsi, aktivitas air (Aw), kekuatan gel, kadar air, kadar abu, dan kadar protein. Otak-otak ikan kurisi dengan penambahan karagenan 1,5% merupakan produk yang terbaik dengan kriteria mutu: stabilitas emulsi 88,80%; aktivitas air (Aw) 0,86; kekuatan gel 873,99 g.cm; kadar air 56,57%; kadar abu 1,98%; kadar lemak 2,26% dan kadar protein 12,95%. Nilai proksimat otak-otak ikan tersebut memenuhi persyaratan mutu SNI. “Otak-otak” is one of fish product diversification that has long been known by the community. Recently the use of carrageenan in food processing becoming popular, but there is few study regarding to processing of “otak-otak” using carrageenan. Carrageenan could be used as stabilizer on emulsion system of fish “otak-otak”, because carrageenan has its properties on. The aim of this research was to know the effect of carrageenan with different concentrations on product quality of “otak-otak”. The material used in this research were threadfin bream  (Nemipterus nematophorus) and carrageenan. This research used completely randomized experimental design which consists of 4 different treatments, i.e: addition of carrageenan with different concentration of 0%; 0.5%; 1% and 1.5% with 3 replication. The testing parameters were emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, fat content, protein content, and sensory test. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA). To find out the different between the treatments, data was analyzed by Honestly Significant Difference (HSD) for parametric data, while Kruskal-Wallis Test for non-parametric data then continued with the Mann-Whitney Test. Research results showed that the addition of carrageenan gave significant effect (P <0.05) on emulsion stability, water activity (Aw), gel strength, moisture content, ash content, and protein content. “Otak-otak” made of threadfin bream with the addition of 1.5% carrageenan is the best product with the quality criteria: stability of emulsion 88.80%; water activity (Aw) 0.86; gel strength 873.99 g.cm; moisture content 56.57%; ash content 1.98%; fat content 2.26% and protein content 12.95%. Proximate value of “otak-otak” fulfilled the quality requirements of Indonesia National Standard.
PENGARUH METODA PENGASAPAN YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS DAN DAYA CERNA PROTEIN KASAR IKANBANDENG ASAP SECARA IN VIVO PADA MENCIT (Musmusculus) Mahendra, Galih; Swastawati, Fronthea; Wijayanti, Ima
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 3 (2013) : Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan
Publisher : Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengawetan dan pengolahan ikan dengan cara pengasapan (smoking) sudah sangat lama dilakukan oleh manusia. Suatu produk makanan dapat dikatakan bergizi apabila kandungan gizi yang terkandungdicerna oleh tubuh.Penelitian ikan bandeng asap yang diolah dengan liquid smoke dan smoking cabinet telah dilakukan untuk mengetahui kualitas dan daya cerna protein kasar pada mencit. Berdasarkan uji Kruskal-wallis diperoleh hasil tekstur ikan asap liquid smoke memperoleh hasil lebih baik (P<0,05) yaitu berbeda nyata, sedangkan rasa ikan bandeng asap memperoleh hasil berbeda sangat nyata (P<0,01). Berdasarkan hasil uji  t-test. Kadar fenol ikan bandeng asap mendapatkan t hitung (764,302) > t tabel 0,01 (63,657) yang menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01), dengan smoking cabinet memperoleh hasil yang lebih tinggi. Kadar air ikan bandeng asap memperoleht hitung (28,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Kadar protein ikan bandeng asap memperoleht hitung (49,001) > t tabel 0,05 (12,706) yang menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), dengan liquid smoke memperoleh hasil yang lebih baik. Untuk presentase daya cerna protein memperoleht hitung (2,301)< t tabel 0,05 (4,303) yang menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05).Perbedaan  metode pengasapan mempengaruhi kualitas ikan asap dan kecenderungan ikan asap liquid smoke memiliki kecernaan protein kasar lebih baik.