Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

KOMPOSISI DAN ARANSEMEN MUSIK BABALU SEBAGAI SEBUAH KAJIAN MUSIKALITAS TRADISIONAL Isbah, Mohammad Faliqul; Wiyoso, Joko
Jurnal Seni Musik Vol 8 No 1 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (828.566 KB) | DOI: 10.15294/jsm.v8i1.28698

Abstract

Kesenian babalu merupakan singkatan dari kata aba-aba dahulu. Kesenian babalu jaman dahulu digunakan untuk melawan penjajah dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati oleh masyarakat setempat. Kesenian ini belum terse-dianya kajian yang jelas mengenai komposisi musik. Keunikan Komposisi Musik dan aransemen dalam Kesenian babalu merupakan alasan penulis mengambil tema Komposisi Musik dan aransemen dalam Kesenian babalu sebagai objek dalam penelitian ini. Kurangnya perhatian terhadap ketetapan Komposisi Musik dalam Kesenian babalu juga termasuk salah satu alasan lain penulis mengambil tema Kom-posisi Musik Iringan dalam Kesenian babalu. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah konsep/ pandangan, ciri/ karakteristik, dan komposisi musik iringan dalam Kesenian babalu di Kabupaten Kendal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesenian babalu pada awalnya hanya menggunakan instrumen vokal saja, namun seiring perkembangan jaman kesenian ini mengalami penyesuaian yaitu aransemen, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengembangan teori mengenai Komposisi Musik Iringan yang dimiliki Kesenian babalu, sedangkan secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi seluruh warga masyarakat Kabupaten Batang mengenai pelestarian Kesenian babalu.
PENGARUH DIFUSI DALAM BIDANG MUSIK TEHADAP KARAWITAN (The Influence Diffusion of Music to Karawitan) Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 3, No 2 (2002)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v3i2.687

Abstract

Keberadaan karawitan sebagai sebuah unsur kebudayaan tidak bisa mengisolasi diri dan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan di muka bumi ini, terutama dari unsur kebudayaan yang sejenis dalam hal ini musik. Pengaruh penyebaran unsur-unsur kebudayaan di bidang musik terhadap keberadaan karawitan nampak dari peminjaman alat musik non karawitan ke dalam karawitan. Terdapatnya kesamaan antara instrumen karawitan dengan instrumen musik yang lain. Diterimanya budaya tulis dalam kehidupan karawitan. Juga adanya perpaduan sajian musik karawitan dengan musik non karawitan. Fakta-fakta tersebut tentunya menjadi fenomena baru dalam musik karawitan. Dengan demikian perjalanan sejarah kehidupan karawitan sampai mencapai ujudnya yang sekarang ini, tidak bisa lepas daripengaruh budaya-budaya musik non karawitan baik di dalam Jingkup regional maupun international. Fenomena ini sebaiknya dipandang sebagai suatu perjalanan sejarah di bidang musik secara umum, dan lebih khusus lagi di dalam bidang karawitan. Kata kunci: Kebudayaan, difusi, musik, karawitan.
KOLABORASI ANTARA JARAN KEPANG DENGAN CAMPURSARI: SUATU BENTUK PERUBAHAN KESENIAN TRADISIONAL Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 11, No 1 (2011)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v11i1.1497

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mediskripsikan bentuk dan materi pertunjukan kesenian Kuda Kepang Turanggasari. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai daya tarik dari sisi pertunjukan, menjadi tari dan musik. Selain materi pertunjukan, perubahan juga terjadi pada unsur-unsur pendukung pertunjukan yang meliputi peraga, tata rias, tata busana, musik, tata suara dan tempat pentas. Perubahan yang terjadi adalah penonton yang semula pasif sekarang menjadi penonton aktif. Artinya, mereka memiliki kontribusi dalam pertunjukan.   Collaboration between Jaran Kepang (Plated Horse Play) and Campursari: an Inovation of Traditional Art Abstract The purpose of this study was to describe  the form and material art performance of a group of dancers, Kuda Kepang Tutanggasari at Tambahsari Village, Limbangan district, Regency of Kendal. The research method used was qualitative descriptive. The results showed that to make the performance attractive, the dancers bring campursari in Jaran Kepang performance. The change is discernible in performer or its audience. In view of the performer, the performance topics changed, from the former dance to the latter dance and music. Besides, the change also appears in the supporting properties of  the performance including visual aids, make-up, costume, music, sound effects and stage. The change in the audience was that the audience no longer became passive but participating spectators. It means that they has given some contributions to the performance. Keywords: jaran kepang, campursari, bentuk perubahan, kesenian tradisional
Puppet Visual Adaptation on Playing Cards as Educational Media Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 16, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v16i2.5816

Abstract

This study aims at presenting an effective media in a form of puppet picture playing cards as a means to introduce traditional puppet to the society. Research and Development (R&D) was chosen as the method to develop the playing cards. Results were presented in a form of the design of puppet picture playing cards as many as 54 cards as well as 54 puppet characters as the background pictures. The design of the playing cards is adjusted to the common playing cards which are distributed widely in the society, including both the sizes and symbols, like the pictures of spade, heart, diamond, and club. In detail, the design comprises: (1) the size of playing cards which is 6 cm width of the upper and lower sides and 9 cm length for the left and right sides. (2) The playing cards’ background is in a bright color so does the puppet picture on the card can be seen clearly.
JEJAK CAMPURSARI (The History of Campursari) Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i2.783

Abstract

Seiring popularitas campursari, berkembang pula pertanyaan siapasebenarnya penggagas ataupun penemu campursari tersebut Seiring puladengan semakin merosotnya popularitas campursari, pertanyaan tersebutbelum mendapat jawaban yang pasti. Berangkat dari pertanyaan tersebut,penulis berusaha mencari jawaban tentang jejak campursari denganharapan dapat member! kepastian tentang awal-mula atau asal-usulcapursari tersebut, Berdasar penelusuran yang penulis lakukan,campursari diperkenalkan pertama kali oleh para seniman RRI Semarangyang dipelopori oleh R.M Samsi yang tergabung dalam kelompokCampursari RRI Semarang pada tahun 1953-an. Sejak diperkenalkanpertama hingga kurun waktu tahun 70-an, tidak banyak aktivitas yangdilakukan kelompok ini kecuali secara rutin mengisi siaran RRISemarang setiap Rabu malam. Memasuki tahun 70-an, kelompok inibekerja sama dengan perusahaan rekaman swasta Ira Rekord, berhasilmenyelesaikan 9 album casset rekaman campursari. Biarpun sudahmenelorkan 9 album, ternyata tidak berpengaruh banyak terhadapeksistensi Campursari RRI Semarang. Keberadaannya hanya bersifatlokal dan tidak dikenal secara luas oleh masyarakat Memasuki tahun 90-an,berkat sentuhan tangan kreativ Manthous, campursari muncul kembalidenagn format yang berbeda dengan Campursari RRI Semarang.Kemunculan campursari pada era ini ternyata mendapat sambutan yangluar biasa dari masyarakat, dan akhirnya campursari ini dikenal secaraluas tidak hanya bersifat lokal, tetapi lebih luas lagi yakni nasional danbahkan dunia.Kata kunci: campursari, jejak.
CAMPURSARI: SUATU BENTUK AKULTURASI BUDAYA DALAM MUSIK Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.775

Abstract

Kebudayaan selalu elastis dan lebih bersifat adaptif, oleh karenanya tidak ada sebahkebudayaan yang mandek kecuali pendukungnya musnah tanpa sisa. Begitu juga musik, selaludan selalu bergerak mengikuti arus pergeseran waktu. Campursari salah satu jawaban akan tidakmandek-nya sebuah kebudayaan khususnya musik tersebut. Musik ini baik dilihat dari segiinstrumentasi maupun musiklitasnya, merupakan musik hasil dari perpaduan beberapa genremusik yang berbeda-beda. Berdasar wujud campursari tersebut nampaknya campursari menarikuntuk dikaji dari sudut pandang Antropologi khususnya pada perubahan kebudayan pada prosesakulturasi. Oleh karena itu penelitian ini mencoba mengkaji campursari berdasar pada sebuahgenre musik yang muncul akibat dari proses akulturasi tersebut.Metode penelitian inimengnakan metode kulitatif, data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dandokumentasi. Selanjutnya data dianalisis berdasar analisis kuitatif mengikuti alur Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa campursari dapat dikategorikan sebuah genre musik yanglahir akibat dari proses akulturasi pada kategori sinkritisme. Di kategorikan demikian karena,campursari merupakan sebuah genre musik yang terbentuk atau dibangun dari perpaduanbeberapa genre msik yang berbeda latar budayanya baik dilihat dari segi fisik atau instrumentasimaupun dari segi musikalitasnya. Selanjutnya dapat di jelaskan bahwa musik-musik yangberakulturasi membentuk campursari tersebut adalah, Langgam Keroncong, Gamelan Jawabeserta ragam garap yang bersifat kedaerahan, jaipongan dan dangdut.Kata kunci: campursari, akulturasi, sinkritisme
MOTIVASI MASUKNYA CAMPURSARI KE DALAM PERTUNJUKAN JARAN KEPANG Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v12i1.2217

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi yang mendorong para pendukug Kesenian Jaran Kepang Turonggosari memasukan campursari kedalam pertunjukannya serta dampak yang dirasakan oleh para pendukungnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif diskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahawa Motifasi yang mendorong para pendukung kesenian Jaran Kepang Turonggosari, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal untuk memadukan atau mengkolaborasikan dengan campursari didorong oleh  rasa tanggung jawab untuk tetap menjaga kesenian warisan nenek moyang tersebut tetap hidup dan digemari masyarakat sehingga tidak ditinggalkan masyarakat. Usaha para pendukung kesenian jaran kepang tersebut diatas masuk dalam kategori kebutuhan penghargaan, motif intrinsik, ekstrinsik, motif sadar, dan sosiogenetis. Masuknya campursari ke dalam pertunukan jaran kepang membawa dampak psikologis dan ekonomi kepada para pendukung jaran kepang  baik penari maupun pengrawit. This research is aimed to find out the motivation that encouraged the participants of Jaran Kepang Turonggosari Performing Arts to blend campursari into the performance as well as the impacts on the participants. The research used descriptive-qualitative method. The research finding shows that the motivation of the participants in blending and collaborating with campursari is encouraged by sense of responsibility to keep preserving ancestral arts and familiarizing the society with the arts. The efforts of the participants are categorized into the need for reward, intrinsic and extrinsic motives, conscious and sociogenetic motives. The blending of campursari into Jaran Kepang performance brings psychological and economic impacts on the participants, either on the dancers or pengrawit (the music players).
Ritual Ngguyang Jaran pada Paguyuban Kuda Lumping Wahyu Turonggo Panuntun di Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Agustin, Putri Fatmasari; Wiyoso, Joko
Jurnal Seni Tari Vol 8 No 1 (2019): Kajian Tekstual dan Kontekstual Tari Nusantara
Publisher : Department of Drama, Dance, and Music Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.24 KB) | DOI: 10.15294/jst.v8i1.31257

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosesi ritual dilaksanakan dan menganalisis makna ritual bagi anggota paguyuban Kuda Lumping Wahyu Turonggo Panuntun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) prosesi ritual dilaksanakan dua kali yaitu rutin pada malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon dan ritual sehari sebelum pertunjukan. Ritual dilaksanakan di dua tempat yaitu sendang, dimana dalam sendang melakukan aktivitas memandikan properti kuda dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa di pepundhen dengan membawa sesaji dan properti kuda. Perbedaan dari kedua ritual hanya terletak pada waktu pelaksanaan, ritual rutin dilaksanakan pada pukul 00.00 WIB sedangkan ritual sebelum pertunjukan yang terpenting adalah malam hari, 2) makna ritual bagi anggota adalah untuk permohonan izin, dan keselamatan.
STRATEGI PEMBELAJARAN KARAWITAN DALAM KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 1 BODEH KECAMATAN BODEH KABUPATEN PEMALANG Sidik, Yogi Pratama; Wiyoso, Joko; Widjajantie, Kusrina
Jurnal Seni Musik Vol 8 No 2 (2019): December 2019
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (858.226 KB) | DOI: 10.15294/jsm.v8i2.33301

Abstract

Kegiatan ekstrakurikuler seni karawitan Jawa di SMP Negeri 1 Bodeh, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, telah berlangsung dari tahun 2012. Guru atau pelatih kegiatan ekstrakurikuler karawitan di SMP Negeri 1 Bodeh, memiliki dedikasi yang sangat tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar ekstrakurikuler karawitan, dengan kreatifitasnya yang mampu membuat suasana belajar menjadi menarik dan menyenangkan. Berdasarkan pokok permasalahan yang dikaji, yaitu mengenai Strategi Pembelajaran Karawitan dalam Kegiatan Ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Bodeh, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang, maka penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah penguraian tentang kejadian-kejadian berdasarkan data-data baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Strategi yang digunakan dalam pembelajaran karawitan dalam kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Bodeh, kecamatan Bodeh, kabupaten Pemalang antara lain: pembelajaran rutin dan pembelajaran insidental. Pembelajaran rutin ekstrakurikuler karawitan terdiri dari beberapa komponen pembelajaran, antara lain: tujuan pembelajaran, siswa, pelatih, metode, materi, media pembelajaran, evaluasi, serta sarana dan prasarana. Langkah memotivasi siswa dalam pembelajaran karawitan yaitu dengan membuat pembelajaran yang menyenangkan, dan diminati siswa, diantaranya dengan pemilihan materi belajar yang baik, serta materi disesuaikan dengan kemampuan siswa dan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran karawitan. Bagi guru seni musik agar dapat memaksimalkan pengajaran tidak hanya disaat kegiatan ekstrakurikuler saja, tetapi juga pada kegiatan belajar mengajar.
Javanese Karawitan Extracurricular Learning In Elementary School Waluyorejo Puring Kebumen Abie, Tian Faoztina; Widodo, Widodo; Wiyoso, Joko
Jurnal Seni Musik Vol 9 No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.425 KB) | DOI: 10.15294/jsm.v9i1.34118

Abstract

Javanese Karawitan is a type of traditional music that is rarely used as extracurricular subjects in formal educational institutions. However, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Waluyorejo, Puring District, Kebumen Regency, teaches Javanese music to extracurricular activities in the arts. The research method used was descriptive qualitative method. The data were obtained through observation techniques, interviews, and documentation. The results of the study were karawitan Jawa extracurricular at SD Negeri 1 Waluyorejo held three times a week. Javanese musical extracurricular learning is divided into two activities, namely routine and incidental learning. Provision of material from meetings 1 to 4, namely, (1) Gending Lancaran Gugur Gunung materials; (2) gending Lancaran Kebo Giro and Kebumen Binuko materials; (3) incorporation and application of training methods for nayaga and penggerong; (4) stabilization of nayaga and penggerong in playing the music and vocal Lancaran Kebo Giro and Kebumen Binuko materials which have been studied. Supporting factors are, (1) learning components that are mutually sustainable; (2) the moral support of the principal; and (3) the teachers and teams competence who are competent in their fields. The inhibiting factors are, (1) student interest still low in traditional arts; (2) teacher activities that conflict with practice scedule.