Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Bulletin of Scientific Contribution : Geology

LINGKUNGAN PENGENDAPAN PURBA BERDASARKAN SPHENOLITHUS DAN RETICULOFENESTRA KALA MIOSEN PADA FORMASI JAMPANG, CILETUH, JAWA BARAT Pratiwi, Santi Dwi; Chiyonobu, Shun; Oktavia, Dina
Bulletin of Scientific Contribution Vol 21, No 3 (2023): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc.v21i3.49736

Abstract

Kelimpahan spesies nannofosil berkapur sebagai indikator lingkungan pengendapan purba dan rekonstruksi biokronologi pada umur Miosen telah diobservasi dengan metode semi quantitatif pada Formasi Jampang Anggota Cikarang, Ciletuh, Jawa Barat. Tujuh puluh preparasi nannofossil dari litologi batupasir dengan interval 10 sampai 30 sentimeter diidentifikasi dan kemudian dianalisis paleonvironment dengan teknik estimasi kelimpahan relatif coccoliths (K- r strategic) pada pembesaran 1000 × di mikroskop binokular polarisasi. Kondisi lingkungan purba pada zona oligotropik dicirikan oleh parameter yaitu jumlah produktivitas yang berlimpah dari Reticulofenestra berukuran besar dan kelimpahan dari Speholithus spp. yang relatif. Indikator dengan kondisi sebaliknya disebut eutropik. Berdasarkan 27 spesies yang telah diidentifikasi dan dominasi distribusi warm-water taxa (Sphenolithus spp.), pada Miosen awal Formasi ini terendapkan pada kondisi oligotropik dan temperatur air laut hangat berdasarkan produktivitas Sphenolithus spp. (15-35 %) yang relatif dominan dan menerus selama Miosen awal. Indikator perubahan drastis dari lingkungan purba ditunjukkan dengan perubahan variasi ukuran serta kelimpahan dari Reticulofenestra spp. ukuran kecil (total kelimpahan 75%) dan indikasi kondisi eutrofikasi dengan ketidakhadiran Discoaster serta penurunan jumlah kelimpahan dari Sphenolithus spp. (kurang dari 10%) dengan perubahan dari kondisi oligotropik menjadi eutropik terjadi pada umur 17.721 Ma (NN4).
GEOMORPHOSITES DAN BENTUK LAHAN ANTROPOGENIK DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN GEOHERITAGE DAN GEOKONSERVASI PADA GEOPARK PULAU BELITONG Pratiwi, Santi Dwi; ISNANIAWARDHANI, VIJAYA; Oktavia, Dina
Bulletin of Scientific Contribution Vol 17, No 2 (2019): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.013 KB) | DOI: 10.24198/bsc.v17i2.22528

Abstract

Geomorphosite adalah salah satu dari beberapa jenis geosites dengan nilai ilmiah dan nilai tambahan (mis., budaya, sejarah, agama, ekologi, sosial / ekonomi, dan estetika) yang dikaitkan dengan pengembangan geopark. Studi geomorphosite dan geoheritage di geopark Pulau Belitong masih terbatas sejak didirikannya pada 2017. Melalui study ini, kami menilai potensi geotourism di Belitung Timur berdasarkan kriteria penilaian geomorphosite yang terdiri dari ScIV (Nilai Ilmiah dan Intrinsik), EdV (Nilai Pendidikan), EcV (Nilai Ekonomis), CV (Nilai Konservasi), AV (Nilai Tambah) dan deskripsi geomorfologi di tiga geosite penting di Belitung Timur (Bukit Samak, Burungmandi, dan Metasediment Permo-Carbon Kelapa Kampit). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai ilmiah dari tiga geosit penting dan untuk menyajikan nilai potensial untuk geomorphoturisme dan geokonservasi di geopark Pulau Belitong. Studi kami menunjukkan bahwa Belitung Timur dibagi menjadi empat unit geomorfologi, yaitu perbukitan agak curam, perbukitan bergelombang, dataran bergelombang dan dataran datar yang masing-masing meliputi 12%, 63%, 8%, dan 17% dari total wilayah. Tiga geosite penting di atas masing-masing memiliki karakteristik khusus sebagai geomorphosite. Bukit Samak terdiri dari urutan batuan Carbonaceous hingga Permian, yang disusun oleh batu pasir, batu lempung, dan litologi serpih, dan terletak di dataran tinggi. Geosite ini memiliki tempat keanekaragaman budaya yang penting (kawasan peninggalan perumahan elit Belanda). Burungmandi terdiri dari satuan batuan termuda di Belitung yang merupakan granodiorit dan terletak di bentukan morfologi perbukitan agak curam. Kuil Dewi Kwan Im yang terkait dengan sejarah diaspora Cina dibangun di atas batu granodiorit di situs ini. Open Pit Kelapa Kampit dengan topografi perbukitan bergelombang memiliki litololgi batu pasir merah, kuarsa, dan batuan metamorf. Sejarah penyebaran Islam di Belitung dan tradisi Haka - Cina terdapat di situs ini. Kami menyarankan bahwa daerah-daerah tersebut memiliki sumber daya geomorphotourisme dan geokonservasi yang berharga dan sangat berpotensi untuk direkomendasikan sebagai dasar pengembangan geokonservasi dan geoedukasi di geopark Pulau Belitong.