Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Improvement of Batik Liquid Waste Quality with IPAL Mini Technology: Case on Flower Tourism Sidomulyo Village in Batu, Indonesia Siti Asmaul Mustaniroh; Ika Atsari Dewi; Aris Subagiyo; Sisca Fajriani
Indonesian Journal of Cultural and Community Development Vol 8 (2021): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (21.676 KB) | DOI: 10.21070/ijccd2021690

Abstract

Sidomulyo Village, a flower tourist village, in Batu city is one tourist destination in East Java Province based on local wisdom as an icon of Agro-industrial and Agro-tourism in the development of regional tourism. The local products from Sidomulyo Tourism Village include ornamental plants, cut flowers and batik. Sidomulyo Batik UKM is a batik producer with a capacity of 20 sheets per month @ 2.25 m2 and uses manual coloring technology. So far, UKM Batik Sidomulyo has been doing the coloring process in partnership with UKM Batik in Banyuwangi and Trenggalek Regencies due to technological limitations in the processing of batik liquid waste which still contains hazardous and toxic materials so if no action is taken it can damage the ecosystem. One of the strategic solutions is the technology transfer of the mini Wastewater Treatment Plant (WWTP) which utilizes biological waste treatment technology by utilizing bacteria and facilities that are Proven Technology. The mini WWTP installation uses 3 processing rooms including (1) separation of wax content from liquid waste, stirring with coagulant treatment to separate liquid waste from B3 waste and (3) purification of liquid waste by treating biofilter media and anaerobic bacteria. The levels of BOD and COD of the waste will be measured before and after the use of the mini WWTP so that it will be environmentally friendly without reducing the quality of batik as a support for souvenir products typical of Sidomulyo Tourism Village.
Pemetaan Kerentanan Tsunami untuk Mendukung Ketahanan Wilayah Pesisir Andik Isdianto; Diah Kurniasari; Aris Subagiyo; Muchamad Fairuz Haykal; Supriyadi Supriyadi
Jurnal Permukiman Vol 16 No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2021.16.90-100

Abstract

Tsunami merupakan bencana yang jarang terjadi namun cukup memberikan kerusakan yang parah terhadap daerah pesisir yang terkena dampaknya. Banyaknya korban jiwa dan juga harta benda disebabkan oleh kurangnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami, sehingga perlu adanya studi tentang ketahanan wilayah pesisir dalam menghadapi bencana tsunami. Langkah awal untuk membangun ketahanan bencana tsunami adalah mengidentifikasi karakteristik ancaman, kerentanan dan resiko bencana tsunami. Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan dalam memetakan kerentanan suatu daerah terhadap bencana tsunami, dengan parameter kerentanan antara lain kemiringan lahan, tingkat elevasi daratan, penggunaan lahan  dan jarak dari garis pantai, dan diolah dengan metode Weighted Overlay Analysist. Hasil dari identifikasi variabel kerentanan tsunami menunjukkan bahwa nilai kemiringan lahan antara 2- 6% tergolong rentan, elevasi daratan  antara 5 – 10 meter tergolong rentan, penggunaan lahan yang didominasi pertanian tergolong rentan, dan jarak dari garis pantai yang memiliki kerentanan sangat besar apabila semakin dekat dengan pantai. Hasil pengolahan data dengan Weighted Overlay Analysist dari beberapa parameter kerentanan menunjukkan bahwa sebagian besar daerah di Kabupaten Cilacap memiliki kerentanan tsunami dalam kategori Cukup Rentan hingga Rentan, sehingga perlu adanya tindakan penyadaran masyarakat akan bahaya tsunami, penetapan jalur evakuasi tsunami, serta upaya relokasi, adaptasi, dan proteksi di wilayah pesisir.
PERENCANAAN RUANG KAWASAN PESISIR BERDASARKAN DAYA DUKUNG DAN KEARIFAN LOKAL Aris Subagiyo; Nyoman Trisna Kurniawan; Adipandang Yudono
Jurnal Koridor Vol. 9 No. 2 (2018): Jurnal Koridor
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1171.034 KB) | DOI: 10.32734/koridor.v9i2.1359

Abstract

Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng merupakan kawasan pesisir dengan potensi sektor perikanan maupun pariwisata. Kawasan pesisir Gerokgak berkembang sangat dinamis, terjadinya perubahan pola penggunaan lahan yang memungkinkan terjadi konflik pemanfaatan ruang kawasan pesisir. Perlu perencanaan kawasan yang komprehensif untuk dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat dengan memperhatikan potensi, daya dukung, dan kearifan lokal yang berlaku di kawasan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi daya dukung kawasan pesisir dan kearifan lokal dalam pemanfaatan ruang dan menyusun arahan zonasi kawasan pesisir terkait daya dukung kawasan pesisir. Daya dukung wilayah pesisir diidentifikasi menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) berdasarkan variabel-variabel dalam Ketentuan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) dan dilakukan skoring serta overlay pada masing-masing kriteria. Analisis terhadap kearifan lokal yaitu adanya peraturan adat (awig-awig) mengenai batas kawasan suci Pura. Hasil analisis tersebut akan digunakan dasar dalam menyusun arahan zonasi kawasan pesisir yaitu dengan membagi wilayah pengembangan menjadi: zona preservasi, zona konservasi, dan zona pengembangan intensif. Berdasarkan analisis daya dukung, kesesuaian lahan untuk kawasan permukiman seluas 10.487,77 ha (25,80%), kesesuaian kawasan perikanan tangkap seluas 18.945,89 ha (24,67%), kesesuaian kawasan perikanan budidaya seluas 444,68 ha (1,22%), kesesuaian kawasan pelabuhan seluas 181,62 ha (0,24%) dan kesesuaian kawasan pariwisata seluas 59,38 ha (0,08%). Arahan zonasi pesisir Kecamatan Gerokgak yaitu: zona preservasi adalah sempadan pantai, mangrove, taman nasional, konservasi terumbu karang, dan area kawasan suci Pura Pulaki (radius 2 km); zona konservasi adalah area penangkapan ikan, tambak, kawasan pariwisata Batuampar, dan pelabuhan; zona pengembangan intensif adalah zona pengembangan daratan yaitu pemanfaatan lahan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pesisir.
ADAPTASI POLA RUANG DAN PERUBAHAN IKLIM DI KOTA MALANG Subagiyo, Aris; Alim, Mifta Nurul; Rachmawati, Turniningtyas Ayu
PANGRIPTA Vol. 2 No. 1 (2019): Pangripta Jurnal Ilmiah Kajian Perencanaan Pembangunan
Publisher : Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.696 KB) | DOI: 10.58411/d70dv493

Abstract

Perubahan iklim telah dirasakan di Kota Malang, ditandai dengan adanya peningkatan suhu dalam beberapa tahun terahir. Untuk menghadapi hal tersebut, strategi pemanfaatan ruang di perkotaan, baik untuk kawasan budidaya maupun kawasan lindung, perlu dilakukan secara kreatif. Dengan kata lain, perubahan iklim dapat diadaptasi dengan perencanaan tata ruang yang baik, sehingga penelitian adaptasi pola ruang Kota Malang dalam meminimalkan dampak perubahan iklim penting dilakukan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui implementasi pola ruang Kota Malang terkait adaptasi perubahan iklim. Analisis implementasi pola ruang Kota Malang terkait perubahan iklim menggunakan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan serta analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana pola ruang Kota Malang yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan yang ada ialah ±3.236,32 ha atau sebesar ±29,4% dari luas Kota Malang sedangkan berdasarkan analisis isi diketahui bahwa terdapat beberapa variabel pola ruang yang tidak sesuai dengan literatur adaptasi perubahan iklim yaitu RTH, Hutan Kota, Sempadan Sungai, Sempadan SUTT, Sempadan rel, Pertanian, Permukiman Kumuh, serta kawasan rawan dan risiko bencana. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola ruang Kota Malang belum adaptif terhadap perubahan iklim.
Masterplan Kawasan Agrowisata Desa Talun Ponorogo Sugiarto, Sugiarto; Sutopo, Dhanny Septimawan; Nugroho, Arief Budi; Iriany, Atiek; Subagiyo, Aris
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara Vol 9 No 1 (2025): Volume 9 Nomor 1 Tahun 2025
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/ja.v9i1.21607

Abstract

Ngebel Lake is one of the leading tourist destinations in Ponorogo Regency. Various annual events are held at Telaga Ngebel to attract local, domestic and international tourist visits. Ngebel Lake has an area of ​​±150 ha which is surrounded by Ngebel Village, Sahang Village, Wagir Lor Village, and Gondowido Village. Talun Village has an area of ​​16.72 km2 or around 27.42% of the entire area of ​​Ngebel District. Talun Village has large potential natural resources and human resources, but has not been utilized optimally. Some of the superior potential of Talun village include the Widodaren waterfall, the Argokiloso hermitage site, Sedayu coffee plantations, village-owned plantation land and a forestry area of ​​around 50 ha, opium coffee, 24 groups of goat and sheep breeders. This agrotourism area has the potential to complement the Telaga Ngebel tourist destination which is already well known to the wider community. This agrotourism area is expected to be able to encourage village economic growth which will lead to improving the welfare of the people of Talun village. The problem is that Talun village does not yet have a master plan for an agrotourism area as part of the gradual development process. Based on these problems, a master plan design for the Talun Village agrotourism area needs to be created.
Pemetaan Kerentanan Tsunami untuk Mendukung Ketahanan Wilayah Pesisir Isdianto, Andik; Kurniasari, Diah; Subagiyo, Aris; Haykal, Muchamad Fairuz; Supriyadi, Supriyadi
Jurnal Permukiman Vol 16 No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31815/jp.2021.16.90-100

Abstract

Tsunami merupakan bencana yang jarang terjadi namun cukup memberikan kerusakan yang parah terhadap daerah pesisir yang terkena dampaknya. Banyaknya korban jiwa dan juga harta benda disebabkan oleh kurangnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami, sehingga perlu adanya studi tentang ketahanan wilayah pesisir dalam menghadapi bencana tsunami. Langkah awal untuk membangun ketahanan bencana tsunami adalah mengidentifikasi karakteristik ancaman, kerentanan dan resiko bencana tsunami. Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan dalam memetakan kerentanan suatu daerah terhadap bencana tsunami, dengan parameter kerentanan antara lain kemiringan lahan, tingkat elevasi daratan, penggunaan lahan  dan jarak dari garis pantai, dan diolah dengan metode Weighted Overlay Analysist. Hasil dari identifikasi variabel kerentanan tsunami menunjukkan bahwa nilai kemiringan lahan antara 2- 6% tergolong rentan, elevasi daratan  antara 5 – 10 meter tergolong rentan, penggunaan lahan yang didominasi pertanian tergolong rentan, dan jarak dari garis pantai yang memiliki kerentanan sangat besar apabila semakin dekat dengan pantai. Hasil pengolahan data dengan Weighted Overlay Analysist dari beberapa parameter kerentanan menunjukkan bahwa sebagian besar daerah di Kabupaten Cilacap memiliki kerentanan tsunami dalam kategori Cukup Rentan hingga Rentan, sehingga perlu adanya tindakan penyadaran masyarakat akan bahaya tsunami, penetapan jalur evakuasi tsunami, serta upaya relokasi, adaptasi, dan proteksi di wilayah pesisir.
KOKEDAMA Sebagai Inovasi Produk Jual Tanaman Hias Daun di Desa Wisata Sidomulyo, Kota Batu Fajriani, Sisca; Mustaniroh, Siti Asmaul; Dewi, Ika Atsari; Subagiyo, Aris
TRI DHARMA MANDIRI: Dissemination and Downstreaming of Research to the Community (Journal of Community Engagement) Vol 1 No 1 (2021)
Publisher : SMONAGENES Research Center, Univeritas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtridharma.2021.001.01.27

Abstract

Desa wisata bunga Sidomulyo, kota Batu merupakan salah satu destinasi desa wisata yang dikembangkan di Jawa Timur. Petani bunga desa Sidomulyo berhasil mengangkat kearifan lokal melalui pemanfaatan iklim dengan mengembangkan dan menjual berbagai macam tanaman hias daun. Tanaman hias akhirnya menjadi ikon wisata di desa Sidomulyo. Data pemerintah desa menunjukkan bahwa 85% masyarakat desa Sidomulyo bermata pencaharian sebagai petani tanaman hias. Masyarakat memanfaatkan tanah desa, tanah milik pribadi dan juga pekarangan rumah untuk budidaya tanaman hias. Kunjungan wisatawan ke kota Batu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada kurun waktu tahun 2016-2017 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara sebesar 12%, namun peningkatan kunjungan belum dirasakan sepenuhnya oleh petani bunga di desa Sidomulyo. Selama ini, petani hanya menjual tanaman hias daun di dalam polybag sehingga daya jualnya tidak tinggi. Pendampingan yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah dengan pendampingan dalam memberikan sentuhan inovasi meningkatkan daya jual tanaman hias daun melalui teknik pembuatan kokedama. Tanaman hias daun yang dikemas dengan teknik kokedama memiliki nilai jual produk 10 kali lebih tinggi karena mempunyai tampilan yang lebih menarik. Pembuatan kokedama memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia di desa Sidomulyo sehingga biaya pembuatan tidak tinggi namun dapat meningkatkan harga produk jual tanaman hias daun dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata bunga Sidomulyo.