Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Disaster risk reduction of Mount Kelud eruption based on capacity building: A case study in Kasembon District, Malang Regency Rahmawati, Dwi; Rachmawati, Turniningtyas Ayu; Prayitno, Gunawan
Sustinere: Journal of Environment and Sustainability Vol 2 No 1 (2018): pp 1 - 64 (April 2018)
Publisher : Centre for Science and Technology, IAIN Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1647.709 KB) | DOI: 10.22515/sustinere.jes.v2i1.22

Abstract

The ability to respond and recover from disasters is highly dependent on the community’s capacity. This study assessed the community’s capacity level in Kasembon District, an area that was impacted by the Mount Kelud eruption in 2014. Capacity level assessment is done by identifying pentagon asset components, covering human capital, social capital, financial capital, natural capital and physical capital. Bayem is a village with the medium capacity in spite of the low ownership of natural capital, financial capital and physical capital as it has been supported by the active participation of the community within the village organization. Pondok Agung, Kasembon, Sukosari and Pait are four villages which are almost the same with Bayem, but the involvement of the community is not as active as in Bayem. Based on the results of the research, villages that are socially active, tend to have a higher capacity.
PEMETAAN POTENSI PERTANIAN DESA BRONGKAL KECAMATAN PAGELARAN BERBASIS PARTISIPATIF Prayitno, Gunawan; Pahlevi, Muhammad Reza; Pridayanti, Antika; Wigayatri, Mayang
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 8, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v8i1.2275

Abstract

Abstrak: Desa Brongkal merupakan salah satu desa yang berlokasi di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang dengan luas wilayah sebesar 565 Ha dengan mata pencaharian masyarakat dominan pada sektor pertanian. Masyarakat Desa Brongkal mengandalkan hasil pertanian berupa padi, tebu, dan jagung sebagai mata pencaharian. Penelitian ini bertujuan mengetahui pemetaan potensi pertanian dengan menyusun peta kesesuaian lahan pertanian, akar masalah dan pohon masalah di Desa Brongkal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan teknik pengumpulan data primer berupa observasi, wawancara, dokumentasi, Focus Group Discussion (FGD), dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Analisis yang digunakan adalah analisa peta kesesuaian dan kemampuan lahan, analisis potensi dan masalah serta analisis akar dan pohon masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyebab permasalahan pertanian yang mengakibatkan pengelolaan hasil pertanian tidak optimal. Pengembangan Desa Brongkal diketahui belum maksimal dengan permasalahan yang ada diantaranya infrastruktur jalan, irigasi dan kebutuhan air untuk pertanian belum tercukupi. Belum adanya pengolahan hasil pertanian sehingga dijual dalam bentuk produk mentah atau setengah jadi sehingga petani menyebabkan harga jual rendah.  Kata Kunci: pertanian; pemetaan potensi; akar masalah; pohon masalah Abstract:  The Brongkal village is one of the villages located in the Pagelaran district, Malang regency, with an area of 565 ha, with dominant community livelihoods in the agricultural sector. The inhabitants of the Brongkal village depend on agricultural products such as rice, sugar cane and corn as economic livelihood. This study aims to determine the mapping of agricultural potential by compiling suitability maps of agricultural land, root causes and problem trees. The approach used in this study is a qualitative and quantitative approach with techniques for collecting primary data in the form of observation, interviews, documentation, focus groups discussion (FGD) and participatory rural assessment (PRA). The analysis used is the analysis of land suitability and capacity maps, the analysis of potential and problems and the analysis of roots and problem trees. The results show that there are several causes of agricultural problems which result in non-optimal management of agricultural products. The development of the Brongkal village has not been optimized with existing problems, in particular road infrastructure, irrigation and the need for water for agriculture has not been met. There is no processing of agricultural products so that they are sold in the form of raw or semi-finished products, so that farmers lower the selling price.Keywords: agriculture; potential map; root problem; problem trees
Pengembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang dengan Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal Abdillah, Fellan Fatih; Surjono, Surjono; Prayitno, Gunawan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan agroindustri sebagai prioritas industri masa depan Indonesia memerlukan pendekatan lokalitas dan menitikberatkan pada endogeneous development dengan melibatkan sumber daya lokal yang ada. Salah satu model pengembangan agroindustri adalah dengan mengembangkan sentra-klaster agroindustri. Pengembangan Sentra Agroindustri Kerajinan Mendong di Kabupaten Malang mengalami beberapa kendala antara lain kondisi infrastruktur yang belum memadahi, rendahnya kapasitas diklat, dominasi tengkulak, belum berfungsinya kelembagaan, dan rendahnya spesialisasi dan daya saing sentra. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dengan analisis multivariat faktor, menyusun konsep dan strategi dengan analisis SWOT dan IFAS-EFAS, serta menyusun arahan pengembangan (fisik spasial) dari sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang. Sentra agroindustri Kerajinan Mendong Kabupaten Malang telah memiliki karakteristik pengembangan ekonomi lokal kecuali struktur organisasi, litbang, badan hukum, dan kerjasama dengan lembaga permodalan. Karakteristik klaster yang dimiliki adalah kedekatan spasial, interaksi, kombinasi kompetensi, dan identitas. Berdasarkan hasil analisis faktor didapatkan enam komponen faktor yang mempengaruhi perkembangan, Hasil dari strategi SWOT dan IFAS-EFAS menempatkan sentra dalam kuadran IVB yang berarti strategi diversivikasi konglomeratis dengan konsep pengembangan berupa peningkatan daya saing dengan merencanakan spesialisasi dan pemasaran. Arahan fisik spasial yang dihasilkan antara lain adalah penentuan tiga area pengembangan (Blayu, Sukoanyar, dan Jembesari) dan satu area pemasaran (Desa Wajak), serta pengembangan jaringan jalan dan angkutan dalam sentra.Kata kunci : pengembangan ekonomi lokal, sentra-klaster, agroindustri, kerajinan mendong
Arahan Pemanfaatan Ruang Pesisir Terkait Pencemaran Kali Porong Yuniar, Devvy Winda; Suharso, Tunjung Wijayanto; Prayitno, Gunawan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencemaran Kali Porong telah menimbulkan berbagai permasalahan, baik dalam segi fisik, sosial maupun ekonomi bagi wilayah pesisir Kecamatan Jabon. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik wilayah pesisir, menganalisis dampak pencemaran Kali Porong terhadap kondisi fisik, sosial dan ekonomi wilayah pesisir dan memberikan arahan pemanfaatan ruang pesisir terkait pencemaran Kali Porong di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Penyusunan arahan pemanfaatan ruang pesisir menggunakan metode deskriptif yang mengidentifikasi karakteristik wilayah pesisir dan metode evaluatif yang membandingkan antara kebijakan pemanfaatan ruang, penggunaan lahan beserta kriteria teknisnya, daya dukung lingkungan, kualitas air dan dampak pencemaran Kali Porong beserta besarnya dampak yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kecamatan Jabon memiliki potensi dalam sub sektor perikanan tambak yang dapat memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian daerah maupun masyarakat sekitar. Perikanan tambak tersebut juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Kecamatan Jabon. Namun pembuangan lumpur Lapindo ke Kali Porong yang menjadi masalah utama telah menyebabkan tingkat pencemaran air di Kecamatan Jabon menjadi tinggi sehingga memberikan dampak negatif terhadap fisik, kondisi sosial dan ekonomi wilayah pesisir. Pemanfaatan ruang pesisir diarahkan terbagi menjadi tiga zona yaitu zona lindung, zona pemanfaatan terbatas dan zona budidaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mengurangi dampak pencemaran Kali Porong yang terjadi.Kata kunci : Wilayah pesisir, pencemaran sungai, pemanfaatan ruang
Guna Lahan di Kawasan Sekitar Bandar Udara Mutiara Kota Palu Pratomo, Rahmat Aris; Kurniawan, Eddi Basuki; Prayitno, Gunawan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 1, No 1 (2009)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kondisi perkembangan lahan terbangun di kawasan sekitar Bandar Udara Mutiara terutama pada jalur yang sejajar dengan daerah landasan pacu sebagai area lepas landas maupun jalur pendaratan pesawat di Bandar Udara Mutiara semakin meningkat hingga kini. Kawasan tersebut berkembang menjadi sebuah kawasan dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi sehingga dapat mengganggu keselamatan penerbangan. Belum adanya dokumen yang mengatur secara khusus guna lahan kawasan sekitar bandara akan menimbulkan kesemerawutan perkembangan kota. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah dengan mendeskripsikan karakteristik fisik dan perkembangan guna lahan di wilayah studi dari tahun 1998 hingga tahun 2008 yang merupakan tahun awal realisasi pengembangan Bandar Udara Mutiara, mengetahui kemampuan lahan di wilayah studi sebagai salah satu acuan pengembangan kawasan terbangun di wilayah studi, mengetahui dampak aktivitas penerbangan terhadap lingkungan di sekitar Bandara Udara Mutiara yang meliputi batasan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan batasan Kawasan Kebisingan. Hasil akhir dari studi ini berupa guna lahan di kawasan sekitar Bandar Udara Mutiara.Kata kunci : guna lahan, Bandar Udara Mutiara
Pengembangan Industri Kecil Krupuk Rambak Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto Binarwati, Erizky; Suharso, Tunjung Wijayanto; Prayitno, Gunawan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Mojokerto semakin meningkat dengan prosentase sebesar 33,25% di tahun 2007 terutama untuk industri kecil yang memproduksi berbagai produk olahan. Salah satu industri kecil yang berbahan baku kulit adalah krupuk rambak. Industri kecil ini diproses menjadi makanan ringan di Kecamatan Bangsal. Pemerintah setempat menetapkan rambak sebagai salah satu produk unggulan yang dapat menjadi salah satu icon industri Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan industri kecil krupuk rambak di Kabupaten Mojokerto. Pengembangan industri kecil krupuk rambak dilakukan dengan beberapa tahapan analisis mulai dari analisis karakteristik kegiatan industri hingga memberikan arahan penataan lokasi sentra industri di lokasi terpilih. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan industri kecil krupuk rambak adalah faktor bahan baku dan inovasi, pemasaran dan teknologi, sumber energi serta kebijakan pemerintah. Setelah diketahui faktor-faktor tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan matriks IFAS-EFAS sehingga dapat diketahui letak industri kecil krupuk rambak pada kuadran SWOT. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui posisi dalam kuadran SWOT untuk strategi pengembangan industri kecil krupuk rambak di Kabupaten Mojokerto adalah pada kuadran II-D yaitu Selective Maintanence Strategy dimana pengelolaan industri kecil dilakukan dengan pemilihan hal-hal yang dianggap penting. Untuk mendukung strategi pengembangan yang dihasilkan dari analisis SWOT, maka diberikan arahan mengenai penataan lokasi sentra industri kecil pada lokasi terpilih. Hasil penentuan lokasi optimum dengan enam kriteria menunjukkan bahwa lokasi terpilih terdapat di Desa Bangsal, Kecamatan Bangsal. Dalam melakukan analisis penataan lokasi sentra dilakukan dengan melakukan analisis pelaku dan aktivitas, analisis kebutuhan ruang, analisis hubungan fungsional ruang, analisis sirkulasi, analisis parkir dan analisis zona.Kata kunci: Industri kecil krupuk rambak, Pengembangan, Kabupaten Mojokerto
Pelestarian Pola Permukiman Tradisional Suku Sasak Dusun Limbungan Kabupaten Lombok Timur Sabrina, Rina; Antariksa, Antariksa; Prayitno, Gunawan
Jurnal Tata Kota dan Daerah Vol 2, No 1 (2010)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakter dari suatu suku dapat dilihat dari tradisi dan budaya yang terbentuk dalam suatu permukiman dan masih menjaga local wisdom mereka, hal ini dapat terlihat dari permukiman tradisional Suku Sasak di Dusun Limbungan Kabupaten Lombok Timur, yang menjaga rumah adat mereka dari segala perubahan. Tujuan dari studi adalah mengidentifikasi karakteristik non fisik sosial budaya masyarakat Dusun Limbungan, dan mengidentifikasi karakteristik fisik pola tata ruang permukiman yang terbentuk, menganalisis pola tata ruang permukiman tradisional yang terbentuk akibat pengaruh fisik dan non fisiknya, dan kearifan lokalnya, serta menentukan arahan pelestarian bagi permukiman tradisional Limbungan. Metode yang digunakan adalah deskriptif-evaluatif. Hasil studi menunjukkan bahwa konsep keruangan makro yang terbentuk dari tatanan fisik lingkungan hunian memperlihatkan adanya pembagian ruang permukiman berdasarkan guna lahan, yaitu tempat hunian di bagian tengah, dan lahan pertanian di bagian luar area permukiman. Dari hasil struktur ruang permukiman tradisional Suku Sasak Limbungan terbentuk berdasarkan konsep filosofi, yaitu konsep arah sinar matahari, konsep terhadap gunung rinjani, konsep pembangunan rumah dan elemennya secara berderet dan tanah berundak-undak, dan konsep bentuk rumah yang seragam terdiri dari rumah yang berjajar (suteran). Penempatan elemen rumah (bale) berupa panteq memiliki posisi saling berhadapan dengan bale. Pola pengembangan tata ruang masyarakat Sasak di Dusun Limbungan berorientasi pada nilai kosmologi berdasarkan sistem kepercayaan dan tradisi-tradisi masyarakat yang berbasis budaya sehingga menghasilkan ruang-ruang khusus.Kata kunci: Pola tata ruang, Permukiman tradisioal Sasak Limbungan, Sosial budaya, Pelestarian
Modal Sosial, Ketahanan Pangan dan Pertanian Berkelanjutan Desa Ngadireso, Indonesia Prayitno, Gunawan; Maulida RF, Baiq; Nugraha, Achmad T
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 14, No 2 (2019)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v14i2.30018

Abstract

Desa Ngadireso, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, memiliki potensi pertanian sebagai daerah subur dan sumber air yang memadai. Akan tetapi ketahanan pangan masih merupakan persoalan bagi desa ini, karena kebanyakan masyarakat bekerja sebagai petani dengan kepemilikan lahan terbatas atau bahkan tanpa lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur bagaimana tipologi desa serta mengidentifikasi bagaimana modal sosial berpengaruh terhadap pertanian berkelanjutan. Hasil analisa tipologi desa menunjukkan desa termasuk dalam tipologi desa pertanian. Berdasarkan analisa ketahanan pangan dengan metode komposit diperoleh nilai aspek ketersediaan 0:57 (cukup baik), sedangkan aspek aksesibilitas pangan dan pemanfaatn pangan memiliki nilai yang sama 23,91 (kurang baik). Sedangkan hasil perhitungan indeks komposit indikator ketahanan pangan, diperoleh nilai indeks 0,77 yang menunjukkan bahwa Desa Ngadireso termasuk dalam desa rawan pangan. Hasil analisa modal sosial menunjukkan pengaruh yang kuat dari jaringan sosial dan norma. Hubungan yang terbentuk antara modal sosial dengan ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan menunjukkan bahwa jaringan sosial dan norma-norma yang terkait dengan ketahanan pangan memiliki nilai-nilai positif dan signifikan, sementara keamanan pangan dan pertanian berkelanjutan memiliki nilai-nilai positif. Modal sosial memberikan nilai positif terhadap pertanian berkelanjutan, artinya semakin tinggi modal social akan mendorong masyarakat untuk untuk tetap mempertahankan pertanian di desa yang mendorong pertanian berkelanjutan.
Peningkatan Perekonomian Masyarakat Desa Jimbaran Fitra, Farhan Shahreza; Prayitno, Gunawan; Karunia, Aprilia Dwi; Rana, Dara Hulwa; Akbar, Hilmi Nur; Suryaningati, Kartika Putri; Lubis, M. Fachri Rasyidi; Oktania, Salsabila Agfa
DIKEMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32486/jd.v5i1.521

Abstract

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian pertanian. Sektor pertanian menjadi potensi di Desa Jimbaran, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur seperti desa lain di Indonesia selain sektor peternakan. Ketidakmampuan masyarakat desa mengembangkan potensi desa menjadi permasalahan yang ada di Desa Jimbaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan masalah perekonomian di Desa Jimbaran serta melakukan perencanaan untuk mengembangkan potensi serta merencanakan potensi yang ada. Datang yang digunakan adalah data sekunder dan data primer melalui wawancara secara daring. Analisis yang digunakan adalah Analisa PRA (Participatory Rural Appraisal); analisis perekonomian masyarakat: analisis usaha tani, analisis limbah ternak sapi; serta analisis potensi dan masalah. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa masyarakat Desa Jimbaran mendapatkan peningkatan pendapatan dari sektor pertanian apabila melakukan pengolahan komoditas kopi dan cengkeh. Masyarakat juga memperoleh tambahan pendapatan dengan memelihara sapi perah dengan menjual susunya ke pabrik. Hasil Analisa menunjukkan bahwa konsep pengembangan sebagai berikut: proyek pengadaan rumah produksi dan pemasaran, proyek pengolahan limbah ternak sapi menjadi pupuk kompos, proyek pelatihan pengolahan komoditas kopi, dan proyek pelatihan pengolahan komoditas cengkeh. Adanya berbagai proyek yang direncanakan, diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat serta meminimalisir permasalahan yang ada di Desa Jimbaran.
Development of Tourism Destination Management in Oro-Oro Ombo Village, Batu City Pangestuti, Edriana; Susenohaji, Susenohaji; Susilowati, Susilowati; Widia, I Made Dewa; Prayitno, Gunawan; Ridlo, Mahmuddin
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies Vol. 10 No. 3 (2022)
Publisher : Postgraduate School, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jitode.2022.010.03.03

Abstract

Oro-oro Ombo Village has a strategic geographical and topographical position in Batu City. Located on the southern slopes of Mount Panderman, Batu City, it provides a potential panoramic view of Batu City from the top of the mountain. Many tourist destinations are scattered in this village, mostly on the slopes of Mount Panderman, an icon of Batu City. The obstacle faced is that the village government has not managed the destination properly through the Village-Owned Enterprise (BUMDes), precisely to seize the opportunity, as well as the operational and technical concept of the development. Researchers from the University of Brawijaya (UB) were invited by the Village Head to conduct a series of coordination meetings. The meeting focused on identifying the potential and strategies for its utilization to generate economic benefits. The researchers' initial activity from UB was carried out in 2021 by Doktor Mengabdi (DM) grant, with focus group discussion and observation. The study included identifying potential tourist spots within the Panderman Evergreen Tourism Area and its development as a New Icon of Batu City Tourism, which combines the concepts of recreation, education, conservation, and attraction innovation. The researchers also mapped stakeholders' roles and duties in the development of the Panderman Evergreen Tourism Area. A total of 19 destinations were identified. The development also focused on increasing the rest area to accommodate groups of tourists who use buses, with UB helping develop the Master Plan for the rest area and product creation center. The government of Batu City, State-Owned Forestry Company KPH Malang, Village Government, BUMDes, BUMD of Batu City, and community groups are the relevant stakeholders in mapping the tourist area of Oro-Oro Ombo Village. Research activities by UB is expected to have a positive impact on the development of tourism in Oro-Oro Ombo Village, by developing the master plan. BUMDes Oro-Oro Ombo expects UB to provide continuous assistance in tourism development further in implementing the plan. Keywords: BUMDes, Management, Tourist Destinations.