Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan

Asafa dalam Al-Qur’an (Kajian Semantik Toshihiko Izutsu) Romziana, Luthviyah; Muhimmah, Siti Musriatul
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 10 No. 2 (2023): (Oktober 2023)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51311/nuris.v10i2.506

Abstract

Terdapat banyak istilah dalam Al-Qur’an sebagai media mengungkapan pesan yang terkandung di dalamnya diantaranya adalah kata asafa. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui konsep kata asafa yang terdapat dalam Al-Qur’an berdasarkan tinjauan semantik Toshihiko Izutsu. Penellitian inli menggulnkan metode libralry research dengan deskriptif-analitlis kemudian dianalisis menggunakan teori semantik Tosihiko Izutsu. Adaplun langkah yang dilakukan yaitu melnentukan kata kunlci, mencari makna dasar daln makna relasional yang meliputi analisis sintagmaltik dan paradigmatik. Kemludian mencari makna sinkronik dlan diakronik yang meliputi, pra Qur’anik, era Qlur’anik dan post Qur’anik, lalngkah terakhir menentukan weltansclhouung. Denlgan langkah-langkah tersebut malka didapatkan bahwla makna kata asafa dan derivasinya menyatakan beberapa hasil yaitu, kata asafa daln derevasinya diselbutkan sebanyak 5 kali yang tersebar dalam 5 surah dengan 4 bentuk kata yakni , آَسَفُو, أَسِفًا, أَسَفًا, dan يَٰٓأَسَفَىٰ . Jika dilihat dari diakroniknya, kata asafa pada masa pra Qur’anik bermakna kesedihan hati, dan masa Qur’aniknya kata asafa mempunyai makna amarah dan kesedihan, sampai saat ini para mufasir memaknai asafa dengan persaan sedih yang bercampur amarah. Weltanschouung penggunaan kata asafa dalam Al-Qur’an disebabkan : 1) Perilaku orang kafir, 2) kehilangan.
Konsep ‘Iddah dalam Surah Al-Baqarah Ayat 234 (Studi Komparatif Kitab Marah Labid Karya Syekh Nawawi Al Bantani dan Tafsir Al-Munir Karya Syekh Wahbah Az Zuhaili) Romziana, Luthviyah; Kholiq, Hikmah Kamilia; Musolli
NUR EL-ISLAM : Jurnal Pendidikan dan Sosial Keagamaan Vol. 11 No. 1 (2024): (April 2024)
Publisher : Institut Agama Islam Yasni Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51311/nuris.v11i1.514

Abstract

‘Iddah adalah masa bagi wanita untuk tinggal di rumah (yang ia tempati bersama suami), tidak menikah lagi dan tidak keluar rumah kecuali kalau ada udzur syar'i. Namun, dalam praktiknya ketentuan-ketentuan tersebut terkadang tidak dijalankan sebagaimana mestinya. Seorang istri yang telah ditinggal mati oleh suaminya tidak menjalankan masa ‘iddah sebagaimana yang disyari’atkan. Konsep ‘iddah wanita yang ditinggal mati suaminya dalam hal ini yang menjadi fokus kajian penulis adalah pendapat Syekh Nawawi al Bantani dan Syekh Wahbah az Zuhaili mengenai ayat ‘iddah surah al Baqarah ayat 234 dalam kitab Tafsir Marah Labid dan Tafsir al Munir. Penelitian ini termasuk jenis kualitatif dengan memanfaatkan data-data kepustakaan yang dikumpulkan melalui metode muqarin, yaitu membandingkan penafsiran ayat ‘iddah pada kitab Tafsir Marah Labid dan Tafsir Al Munir. Permasalahan yang diangkat adalah: pertama, pemikiran Syekh Nawawi al Bantani yang merupakan mufassir dari Indonesia serta pemikiran Syekh Wahbah az Zuhaili, seorang mufassir Suriah tentang konsep ‘iddah wanita yang ditinggal mati oleh suaminya; kedua, perbedaan dan persamaan penafsiran keduanya mengenai ayat ‘iddah tersebut, seperti metode penafsiran dan kandungan tafsirnya. Berdasarkan analisis data pada penelitian ini, masa ‘iddah bagi seorang wanita pada dasarnya membutuhkan beberapa pertimbangan baik dari aspek hukum agama maupun aspek sosial. Pertimbangan tersebut guna mewujudkan putusan hukum yang maslahat dan memiliki nilai keadilan.