Interaksi obat merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat efektivitas terapi dan meningkatkan risiko efek samping. Risiko ini meningkat pada pasien dengan penggunaan obat yang kompleks (polifarmasi) seperti pada pasien diabetes mellitus tipe2 dengan komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi interaksi obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap selama periode Januari–Desember 2023. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non-eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria inklusi meliputi pasien dari semua umur yang terdiagnosis diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi kronis. Komplikasi kronis terdiri dari 2 macam yaitu komplikasi mikrovaskuler (nefropati, retinopati, dan neuropati) dan komplikasi makrovaskuler (gangguan serebrovaskuler, jantung koroner, dan ulkus diabetikum) dan menjalani rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian, dengan total 304 pasien ditemukan rentang usia terbanyak adalah 45-64 tahun sebanyak 207 orang (68,09%), mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 159 orang (52,30%), dan sebagian besar dirawat inap selama 1-5 hari sebanyak 240 orang (78,95%). Sebanyak 146 pasien (48,03%) menerima 10-14 jenis obat. Analasis pada 304 pasien tersebut dilakukan dengan menggunakan Drugs.com, Drugbank, Medscape dan Stockley, 301 pasien (99,01%) ditemukan mengalami potensi interaksi obat. Tingkat keparahan potensi interaksi obat kategori mayor sebanyak 406 kasus (6,97%), moderate sebanyak 4063 kasus (69,79%), dan minor sebanyak 1353 kasus (23,24%). Berdasarkan mekanisme, potensi interaksi obat kategori farmasetika sebanyak 2 kasus (0,03%), farmakokinetik sebanyak 1894 kasus (32,53%), farmakodinamik sebanyak 3862 (66,33%), serta yang tidak diketahui sebanyak 64 kasus (1,10%). Potensi interaksi obat paling banyak ditemukan pada penggunaan insulin aspart dengan furosemide sebanyak 112 pasien (2,75%).