Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Rancang Bangun Kapal Klasik Untuk Ekowisata di Perairan Terbatas Sunardi, Sunardi; Sambah, Abu Bakar; sukandar, sukandar; sulkhani, eko; Tumulyadi, Agus
Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Vol 15, No 3 (2018): Oktober
Publisher : Department of Naval Architecture - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1199.65 KB) | DOI: 10.14710/kapal.v15i3.20735

Abstract

Perkembangan ekowisata bahari mengalami kemajuan yang sangat pesat selama beberapa tahun terakhir dan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat pesisir dan nelayan. Kebutuhan sarana transportasi berupa kapal wisata untuk menunjang kegiatan wisata bahari masih sangat besar dan sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Kapal wisata untuk kebutuhan wisata yang ada saat ini adalah kapal nelayan yang masih terkesan kurang menarik dan tidak dilengkapai dengan sarana keselamatan ataupun akomodasi yang memadahi. Penelitian ini mencoba untuk mengembangkan desain kapal kayu klasik yang sesuai untuk wisata di perairan terbatas dengan penumpang sampai dengan 5 penumpang. Penelitian ini menerapkan pendekatan perbandingan dengan kapal pembanding sebagai sebagai pengujian desainnya, serta menerapkan parametric design, yaitu  suatu metode yang digunakan untuk mengotimalkan desain suatu kapal dengan mempertimbangkan semua variabel seperti ukuran kapal, kecepatan kapal, kemampuan mesin dan power mesin yang dibutuhkan untuk menggerakkan kapal. Batasan desain yang digunakan adalah kapal harus dapat diproduksi oleh galangan kapal tradisional dengan biaya produksi yang murah. Hasil penelitian ini menghasilkan desain kapan serta fisik kapal klasik secara utuh dengan materail kayu dan mampu melaju dengan kecepatan 5 knot dengan menggunakan mesin 4HP (Horse Power). Hasil desain dan uji coba berlayar terhadap kapal yang dibuat menunjukkan stabilitas yang sangat bagus untuk beroperasi di perairan bebas
Design and Effect of Escape Vent in a Trap on the Catch of Blue Swimming Crab (Portunus Pelagicus): A Preliminary Study Rahman, Muhammad Arif; Iranawati, Feni; Sambah, Abu Bakar
Research Journal of Life Science Vol 8, No 1 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.rjls.2021.008.01.2

Abstract

Blue Swimming Crab (Portunus pelagicus, BSC) is one of the Indonesian important fisheries commodities often captured by traps. Under Decree No. 56/2016, the Ministry of Marine Affairs and Fisheries managed the BSC, with the standard size of BSC is >10cm of Carapace Width (CW) or >60 g of Weight (W), and non-berried or carried eggs for female. This study aims to determine BSC's crawling pattern toward the trap, design an escape vent on the trap, and assess catch of BSC using vented trap and non-vented trap. The video footage was used to examine crawling pattern of 30 BSCs on the laboratory. The study also includes field experiment by deploying twenty traps (10 vented traps and 10 non-vented traps) on the sea. The study obtained two crawling patterns of BSC, crawling forward and sideways with the most BSC crawled sideways. Design of escape vent was 4.6 cm length x 2.6 cm height. The BSCs captured in the vented traps have >10cm of CW, while 14% of BSCs in the non-vented traps have <10 cm of CW. The use of escape vent did not affect the catch (weight) of BSC in the trap.
SPATIAL CLUSTERIZATION OF FISHING AREA IN BULU WATERS, TUBAN REGENCY Sari, Wahida Kartika; Kusuma, Andre Laila; Harlyan, Ledhyane Ika; Sambah, Abu Bakar; Adhihapsari, Wirastika
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 10, No 02 (2023)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2023.010.02.1

Abstract

The various characteristics of catches and fishing gear provide distinct advantages for fishermen, but these characteristics can cause other problems, namely pressure on stock availability caused by an increase in the number of catches and the use of various types of fishing gear and the efficiency provided. There needs to be good management to handle this. The purpose of this research is to find out the clusterization (grouping) of fishing areas based on the catch and the type of fishing gear in which the results of this study are used as a reference in sustainable fisheries management. This research uses descriptive methods and case studies at PPP Bulu. The analytical method used is the Shannon-Wienner index of diversity (S-W,H'), Margalef richness (R') and clusterization. Clusterization was analyzed using the Hierachical Cluster Analysis (HCA) method to obtain the Euclidean distance. The results showed that the value of diversity has a range of 0-2 and the value of wealth has a range of 1-10. The results of the clusterization show that there are 3 clusters of fishing areas formed based on the catch, while no clusters of fishing areas are formed based on the type of fishing gear operated.
Pengembangan Pariwisata Ekologis Berbasis Silvofishery system di Kawasan Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna Sendang Biru Efani, Anthon; Sambah, Abu Bakar; Manzilati, Asfi; Suprayogi, Suprayogi
IHSAN : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 2 (2024): Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat (Oktober)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/ihsan.v6i2.18826

Abstract

CMC (Clungup Mangrove Conservation) Tiga Warna merupakan sebuah kawasan wisata perikanan yang terletah dipesisir selatan Kabupaten Malang, wilayah tersebut sangat menarik untuk dikembangkan. Salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi dan menjadi perbincangan hangat di kalangan wisatawan ialah pariwisata di Kabupaten Malang, khususnya wisata pantai. Kondisi kelembagaan serta perilaku pengelola fish sanctuary saat ini berjalan dengan bagus. Aturan fish sanctuary Clungup Mangrove Concervation di buat melalui konsultasi stakeholder berdasarkan pendekatan hukum positif dan hasil sosialisasi terhadap masyarakat (bottom-up planning). Disisi lain di kawasan CMC Tiga Warna juga memiliki potensi budidaya kepiting, budidaya kerang hijau dan produksi garam kristal yang sangat berpotensi untuk dikembangkan Guna menemukan bentuk pengelolaan yang tepat dalam usaha budidaya perikanan, maka diterapkanlah sistem silvofishey yang berwawasan lingkungan. Tujuan pengabdian ini diantaranya: perencanaan pengembangan ekowisata ekologis; pengembangan pontensi budidaya dengan sistem silvofishery; pemeliharaan asset ekowisata, bersih pantai dan penanaman mangrove, dan pemberdayaan keterampilan kelompok kelembagaan POKMASWAS Gatra Olah Alam Lestari. Berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh Tim pengabdian dengan pihak pengelola CMC Tiga Warna, disimpulkan bahwa permasalahan pada kawasan CMC Tiga Warna adalah layanan jasa yang ditawarkan oleh CMC tidak cukup untuk menopang perekonomian pada masa sulit seperti pandemi COVID-19 dan sumberdaya manusia yang belum memadai. Solusi yang diberikan terhadap permasalahan yang ada pada masyarakat CMC Tiga Warna adalah sosialisasi terkait silvofishery system dengan memberikan pengertian terhadap fungsi, manfaat dan konservasi mangrove kepada masyarakat. Hal ini juga dilanjutkan dengan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dan budidaya kepiting di kawasan hutan mangrove.
Using Machine Learning Approach to Cluster Marine Environmental Features of Lesser Sunda Island Lusiana, Evellin Dewi; Astutik, Suci; Nurjannah, Nurjannah; Sambah, Abu Bakar
Journal of Applied Data Sciences Vol 6, No 1: JANUARY 2025
Publisher : Bright Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47738/jads.v6i1.478

Abstract

Mapping marine ecosystems is acknowledged as a vital tool for implementing ecosystem services in practical situations. It provides a framework for effective marine spatial planning, enabling the designation of marine protected areas (MPAs) that consider ecological connectivity and habitat requirements. It also helps pinpoint areas of high biodiversity or ecological significance, allowing conservationists to prioritize these regions for protection and management. Numerous studies over decades have produced a vast amount of data that illustrates the features of the marine ecosystem. Therefore, the unsupervised learning is a promising technique to map marine ecosystem based on its environmental features. This study aims to compare unsupervised learning techniques to analyze marine environmental features in order to map marine ecosystem in Lesser Sunda waters. Eleven global environmental variables were accessed from global databases. The Lesser Sunda waters were delineated into groups according to their environmental characteristics using four unsupervised learning techniques: k-mean, fuzzy c-mean, self-organizing map (SOM), and density-based spatial clustering of applications with noise (DBSCAN). According to the findings, the Lesser Sunda waters can be divided into five to nine clusters, each with distinct environmental features. Moreover, the fuzzy c-mean method's clustering result outperformed the others based on the highest Silhouette (0.2204478) and Calinski-Harabasz (1741.099) Index. As an unsupervised learning technique, fuzzy c-mean clustering offered good performance in delineating Lesser Sunda Island marine waters with five clusters. The clustering results mostly consistent with existing conservation programs, even though there are several areas which needed international and multinational organization collaboration to effectively accomplish marine conservation objectives.
Pengaruh Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A terhadap Kelimpahan Ikan Lemadang (Coryphaena Hippurus) di Perairan Selatan Jawa: The Influence of Sea Surface Temperature and Chlorophyll-A on the Abundance of Dolphinfish (Coryphaena Hippurus) in the Southern Java Waters Mandhalika, Vianta; Semedi, Bambang; Sambah, Abu Bakar; Leksono, Amin Setyo
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 9 No. 1 (2025): JFMR on March
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2025.009.01.4

Abstract

Hubungan antara kondisi oseanografi dan kelimpahan ikan lemadang (Coryphaena hippurus) di Perairan Selatan Jawa merupakan aspek penting dalam memahami dinamika habitat dan pengelolaan perikanan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a terhadap kelimpahan ikan lemadang di wilayah tersebut. Studi ini didasarkan pada analisis data penangkapan ikan selama periode 2019-2023 dan dinamika parameter lingkungan di Perairan Selatan Jawa. Observasi SPL dan klorofil-a dilakukan melalui teknologi penginderaan jauh. GAM dipilih untuk mengidentifikasi ambang batas dari masing-masing parameter dan hubungan empirisnya dengan CPUE ikan lemadang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SPL dan klorofil-a memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelimpahan ikan lemadang. Kisaran optimal SPL dan klorofil-a untuk ikan lemadang masing-masing adalah 25,5-30,57° C dan 0,04-1,33 mg/m3. Dengan demikian, temuan ini dapat memberikan wawasan mengenai preferensi habitat ikan lemadang di Perairan Selatan Jawa.   The relationship between oceanographic conditions and the abundance of dolphinfish (Coryphaena hippurus) in the Southern Java Waters is essential in understanding habitat dynamics and sustainable fisheries management. This study aims to analyze the effects of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a concentration on the abundance of dolphinfish in the region. The study is based on the analysis of fish catch data from 2019 to 2023 and the dynamics of environmental parameters in the Southern Java Waters. SST and chlorophyll-a observations were conducted using remote sensing technology. The generalized additive model (GAM) was chosen to identify the thresholds of each parameter and their empirical relationship with the dolphinfish CPUE. The results show that SST and chlorophyll-a significantly influence dolphinfish abundance. The optimal ranges for SST and chlorophyll-a for dolphinfish are 25.5–30.57 °C and 0.04–1.33 mg/m³, respectively. These findings provide valuable insights into the habitat preferences of dolphinfish in the Southern Java Waters.
Penentuan Musim Penangkapan Ikan Ekor Kuning (Blonch, 1791): Studi Perairan Karimunjawa, Indonesia: Determination Fishing Seasonal of Yellowtail (Blonch, 1791): Case Study of Karimunjawa Waters, Indonesia Putra, Pranata Candra Perdana; Wahyudi, Setyo Tri; Sambah, Abu Bakar; Sartimbul, Aida
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 9 No. 1 (2025): JFMR on March
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2025.009.01.8

Abstract

Ikan ekor kuning (Caesio cuning) merupakan komoditas unggulan bagi nelayan di Karimunjawa karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun, produksi tangkapan yang fluktuatif mengakibatkan pendapatan nelayan menjadi tidak stabil, menimbulkan tantangan ekonomi di sektor ini. Pengelolaan tingkat pemanfaatan ikan ini perlu dioptimalkan dengan memperhatikan etika lingkungan. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah penentuan indeks musim penangkapan, yang mempertimbangkan pola penangkapan agar kegiatan penangkapan dapat berlangsung efektif dan efisien. Penelitian ini bertujuan menentukan indeks musim penangkapan ikan ekor kuning yang optimal menggunakan metode rata-rata bergerak (moving average) berdasarkan analisis runtun waktu, sehingga penangkapan dapat dioptimalkan secara berkelanjutan. Data yang digunakan meliputi produksi tangkapan ikan ekor kuning dari alat tangkap panah, bersumber dari statistik perikanan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karimunjawa antara Tahun 2017 - 2023. Hasil menunjukkan bahwa ikan ekor kuning memiliki musim puncak penangkapan yang terjadi pada musim barat (Jan dan Feb) dan musim transisi I (Mar, Apr, Mei) dengan IMP > 100%, sementara indeks terendah terjadi pada musim transisi II (Sep, Okt, Nov) yang menjadikan bulan tersebut dalam kategori tidak musim penangkapan (IMP<100). Nilai indeks tersebut menunjukkan pola fluktuasi musim penangkapan yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan, guna meningkatkan efektivitas penangkapan dan keberlanjutan ikan ekor kuning serta mendukung kesejahteraan nelayan di Kawasan Karimunjawa.   Yellowtail (Caesio cuning) is a leading commodity for fishermen in Karimunjawa because it has high economic value. However, fluctuating catch production results in unstable income for fishermen, creating economic challenges in this sector. The management of the utilization level of this fish needs to be optimized by considering environmental ethics. One approach that can be applied is determining the fishing season index, which considers fishing patterns so that fishing activities can occur effectively and efficiently. This study aims to determine the optimal yellowtail fishing season index using the moving average method based on time series analysis to optimize fishing sustainably. The data used includes the production of yellowtail catches from spearfishing fishing gear, sourced from the Karimunjawa Fishing Port (PPP) fisheries statistics between 2017 to 2023. The results are that yellowtail have a peak fishing season that occurs in the Northwest monsoon season (Jan and Feb) and transition I (Mar, Apr, May) with an (FSI>100%), while the lowest index occurs in transition II (Sep, Oct, Nov) which makes the month in the category of non-fishing season (FSI<100). The index value shows the pattern of fishing season fluctuations that can be used as a basis for decision-making in sustainable fisheries management to increase the effectiveness of fishing and the sustainability of yellowtail and support the welfare of fishermen in Karimunjawa.
Seasonal and Spatial Dynamics of Chlorophyll-a Concentrations in Marine Protected FMA 714 in Relation to Yellowfin Tuna (Thunnus albacares) Catches Tadjuddah, Muslim; Sambah, Abu Bakar; Sadarun, Baru; Wianti, Nur Isiyana
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 30, No 2 (2025): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.30.2.311-320

Abstract

Indonesia's Ministry of Marine Affairs and Fisheries designated Fisheries Management Area 714 (FMA 714) as a tuna conservation area.  Research has been conducted on the potential fishing grounds, distribution, and abundance of YFT in FMA 714. Still, a study that analyzes catch productivity and YFT coordinates with YFT conservation area distance has never been done. The objectives of this study are to analyze the seasonal and spatial dynamics of Chl-a concentrations in FMA 714 using temporal spatial analysis with SeaDAS 9.0.1, analyze fishing productivity by season using CPUE analysis, and determine the distance of the fishing ground from the conservation area using point distance geoprocessing analysis in GIS. The data used are logbook data from YFT caught with pole and line in the form of fishing coordinates, several catches, and seasonal Chl-a concentrations from 2019-2021, and catch per unit effort to analyze fishing productivity. The results showed that the highest average Chl-a concentration in FMA 714 was dominated by the eastern monsoon, transition period II, transition period I, and the western monsoon period. Transition period II had the highest CPUE, 19.50 fish/fishing set, and the lowest CPUE was found in the eastern monsoon, 0.36 fish/fish set. The fishing area has a moderate chlorophyll-a concentration but tends to yield a high CPUE and there is a tendency for high CPUE to be relatively far from the tuna conservation area.  
Visualisasi 3D Profil Pantai Jolosutro, Blitar Dengan Quantum GIS Untuk Perencanaan Wilayah Pesisir Darmawan, Arief; Saputra, Dhira Kurniawan; Sambah, Abu Bakar
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 3 No. 1 (2019): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2019.003.01.14

Abstract

Profil pantai dapat didefinisikan sebagai penampang melintang atau cross-sectionpantai.Informasi ini sangat diperlukan karena untuk menggambarkan morfologi pantai ini sering dikuantifikasi menjadi profil pantai yang merepresentasikan relief permukaanatau topografi pantai kearah daratan. Dengan melihat hasil penggambaran profil pantai secara 3 dimensi (3D), perubahan yang paling tampak pada lingkungan pantai karena pengaruh gelombang, arus pantai, pasang surut, angin dan juga aliran sungaidapat divisualisasikan.
VARIABILITAS KLOROFIL-a PERIODE INDIAN OCEAN DIPOLE DI SELAT BALI BERDASARKAN ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION Wijaya, Adi; Zakiyah, Umi; Sambah, Abu Bakar; Setyohadi, Daduk
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol. 5 No. 2 (2021): JFMR
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2021.005.02.4

Abstract

Perairan Selat Bali secara tidak langsung dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di Samudera Hindia Selatan Jawa. Variabilitas musim dan antar-tahunan dari konsentrasi klorofil-a permukaan (SSC) di Selat Bali, berhubungan erat dengan periode Indian ocean dipole (IOD) dan upwelling kuat yang terjadi di sepanjang Pantai Selatan Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabilitas musiman dan antar-tahunan secara spasial dan temporal dari klorofil-a periode IOD di Selat Bali. Data oseanografi diperoleh dari Satelit Aqua/Terra MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) level 2 harian, selama periode Maret 2000-Mei 2020, dan analisis data menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF). Analisis EOF dilakukan pada data harian yang dikomposit menjadi bulanan dan dinormalisasi untuk mengisi data kosong. Hasil analisis EOF variasi temporal yang koheren dalam pemompaan klorofil-a di Selat Bali. Deret waktu dari mode pertama yang terbentuk mengungkapkan variasi musiman yang kuat dan variasi antar-tahunan yang relatif lemah. Mode kedua menunjukkan variasi antar-tahunan yang berbeda dengan klorofil-a yang tinggi di sepanjang pantai Selat Bali. Klorofil-a tinggi bersama dengan suhu permukaan laut yang rendah terjadi pada saat musim tenggara. Pola musiman berdasarkan analisis EOF menunjukkan mode pertama selama puncak IOD September hingga November (SON) menunjukkan klorofil-a tinggi di pantai Selat Bali. Deret waktu dari mode EOF menunjukkan korelasi yang signifikan dengan IOD. Kondisi ini terlihat selama fase puncak periode IOD bersamaan dengan monsun tenggara konsentrasi klorofil-a meningkat di sepanjang pantai Selat Bali dibandingkan pada musim sebelumnya.