Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Pengaruh Aplikasi Akupuntur Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Nompo, Rifki Sakinah
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Vol 5, No 2 (2020): JURNAL KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jkm.v5i2.6608

Abstract

Hypertension is blood pressure that exceeds normal limits divided into three categories. Hypertension is dubbed as a silent killer with symptoms of feelings of bending, headaches, palpitations, blurred vision, ringing in the ears, fatigue, vertigo, and nosebleeds. In addition, trends in treatment using alternative and complementary therapies are starting to appeal to the community, one of which is acupuncture. Acupuncture is a method of treatment by attaching needles to certain points on the body to reduce blood pressure or relieve symptoms of hypertension. This study aims to determine the application of acupuncture at points: LV3, HT7, PC6, and LU9 in hypertensive patients. This research was an experimental pretest-posttest without a control group with a time series approach, in 15 people with blood pressure criteria ≥130mmHg. This research was conducted from November 2018 to February 2019 using the analysis of the repeated ANOVA test. The results of the comparative output mean it is known that average hypertension before the acupuncture application was 172.93 mmHg, and after the acupuncture application 155.87 mmHg at the first meeting, hypertension before the acupuncture application was 154.50 mmHg and after the acupuncture application was 135.73 mmHg at the second meeting with the results of the in-action effect test revealed a Greenhouse-Geisser sig value of 0,000, so it can be concluded that there is a difference in the decrease in average blood pressure in hypertensive patients. Efforts that can be done are monitoring the continuity of hypertensive patients in carrying out acupuncture therapy.
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) SEBELUM DAN SETELAH HEMODIALISA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD JAYAPURA Bernart Marison Sipahutar; Rifki Sakinah Nompo; Arvia A
DINAMIS Vol 16 No 2 (2019): Dinamis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang sulit dikontrol sehingga memerlukan tindakan hemodialisa sebagai salah satu pengobatannya. Fungsi hemodialisa adalah menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi yang bertugas membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain. Pada saat melakukan proses hemodialisa ini darah akan keluar dari tubuh dan masuk kedalam mesin pengganti ginjal buatan sehingga akan mempengaruhi kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Peneliti menggunakan metode Quasi Eksperimental One Group Pretest and Posttes Design yang dilakukan pada bulan Juni hingga September 2019. Jumlah sampel 30 responden, skala pengukuran yang digunakan interval dengan uji T-Test Berpasangan. Rata-rata kadar Hb sebelum hemodialisa 9.437g/dl, rata-rata kadar Hb setelah hemodialisa 10.090g/dl, dan perbedaan kadar Hb sebelum dan setelah hemodialisa sebesar  (Sig. 2-tailed) = 0.003, mean -0.6533 (Sd=1.1048). Ada perbedaan kadar Hb sebelum dan setelah dilakukan hemodialisa pada pasien hipertensi. Pada pasien tidak terjadi anemia melainkan terjadi peningkatan kadar Hb hal ini terlihat pada peningkatan jumlah nilai mean (rata-rata) yang semakin meningkat.
GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI KEKAMBUHANDI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA Haslinda Manda; Rifki Sakinah Nompo; Muh. Rhomandoni
Sentani Nursing Journal Vol. 1 No. 2 (2018): Agustus
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v1i2.71

Abstract

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel otak, dan kelainan otak struktural. Pasien akan memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak normal, yang memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari sehingga mereka membutuhkan keluarga dalam membantu proses pemulihan selama berada di rumah. Peran keluarga merupakan pendukung penting dalam proses pemulihan pasien skizofrenia terutama untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Sikap keluarga yang tidak menerima pasien skizofrenia atau bersikap bermusuhan dengan pasien akan membuat kekambuhan terjadi. Tujuan: mengidentifikasi gambaran peran keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami kekambuhan di Rumah Sakit Jiwa Abepura. Metode Penelitian: menggunakan deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 30 responden, serta analisa data menggunakan prosentase. Hasil: dari 30 responden yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia dan 15 keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia. Kesimpulan: penelitian menunjukkan hasil seimbang antara keluarga yang berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai perawatan pasien skizofrenia di rumah, dan stigma yang masih melekat pada masyarakat seperti: dikucilkan, tidak dapat berproduktifitas, tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya. Kata Kunci: Peran Keluarga, Skizofrenia, Kekambuhan
GAMBARAN KONSEP DIRI REMAJA DI KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 SENTANI KABUPATEN JAYAPURA Jusmadini Baaka; Rifki Sakinah Nompo; Arvia Arvia
Sentani Nursing Journal Vol. 1 No. 2 (2018): Agustus
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v1i2.72

Abstract

Latar Belakang: Konsep diri individu tidaklah bawaan dari lahir tetapi timbul akibat adanya pengalaman, persepsi dan hasil belajar yang dialami oleh setiap individu. Konsep diri seseorang terbentuk dari proses belajar. Konsep diri pada remaja merupakan keadaan dimana remaja mampu menilai dirinya secara fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Keperawatan jiwa konsep diri terdiri dari lima komponen; citra tubuh/ gambaran diri, harga diri, indentitas diri, peran, dan ideal diri. Remaja yang memiliki konsep diri positif cenderung menampilkan tingkah laku sosial yang positif, sedangkan remaja yang konsep diri kurang memandang dirinya negatif sehingga akan timbulnya konsep diri negatif. Dalam mengembangkan potensi diri, individu perlu memahami dirinya sendiri, dan mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya serta cara memahami dan mengetahui diri sendiri. Tujuan: Untuk mengetahui konsep diri remaja di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sentani Kabupaten Jayapura. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan persentase, dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2021. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa/I, dengan kuesioner konsep diri yang terdiri dari 43 pernyataan positif dan negatif. Hasil: Konsep diri remaja dengan kriteria positif 31 orang (93.9%) dan konsep diri dengan kriteria negatif 2 orang (6.1%). Kesimpulan: Konsep diri bukanlah aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya. Kata Kunci: Konsep Diri, Remaja, SMA
PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG IMS (INFEKSI MENULAR SEKSUAL) TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA DI SMA YPK DIASPORA KOTARAJA JAYAPURA Martha Loho; Rifki Sakinah Nompo; Arvia Arvia
Sentani Nursing Journal Vol. 4 No. 1 (2021): Februari
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52646/snj.v4i1.80

Abstract

Latar Belakang: Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual, sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit menular seksual yang menyerang organ seksual itu meliputi klamidia, gonore, trikomoniasis, dan sifilis. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh promosi kesehatan tentang IMS (Infeksi Menular Seksual) terhadap pengetahuan Remaja di SMA YPK Diaspora Kotaraja Jayapura. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen One Group Pre Test-Post Test, dengan menggunakan uji analisa Wilcoxon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2020. Menggunakan total sampling 45 responden sebagai sampel. Kuesioner yang digunakan berjumlah 20 item peryataan. Hasil: Pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan remaja terhadap Infeksi Menular Seksual, sebelum dilakukannya promosi kesehatan mengenai IMS, sebanyak 2 responden (4.4%) memiliki pengetahuan baik, 14 responden (31.3%) memiliki pengetahuan cukup, dan 29 responden (64.4%) memiliki pengetahuan kurang dan setelah dilakukannya promosi kesehatan mengenai IMS, sebanyak 17 responden (37.8%) memiliki pengetahuan baik, 20 responden (44.4%) memiliki pengetahuan cukup, dan 8 responden (17,8%) memiliki pengetahuan kurang. Hasil pengaruh menggunakan uji Wilcoxon ρ = 0,000 < 0.05. Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara promosi kesehatan terhadap pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual setelah dilakukannya promosi kesehatan. Kata Kunci: Infeksi Menular Seksual (IMS), Promosi Kesehatan, Pengetahuan remaja, Remaja
PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR DI RUANG ORTOPEDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA La ode Tamsir; Rifki Sakinah Nompo
Sentani Nursing Journal Vol. 2 No. 2 (2019): Agustus
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur memerlukan perlakuan dengan segera dan tindakan pembedahan adalah salah satu tindakan yang bisa dilakukan, namun tindakan pembedahan tersebut bisa menyebabkan kecemasan. Kecemasan dapat dicegah dan diminimalisirkan dengan pemberian discharge planning seperti obat-obatan, perawatan luka, nutrisi, tindakan non farmakologi dan kontrol kembali. Metode: menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre-post test tanpa kelompok kontrol. Sebanyak 30 responden yang diambil dengan metode teknik random sampling. Pengukuran kecemasan menggunakan kuesioner Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), serta analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: sebelum dilakukan discharge planning dengan kriteria kecemasan berat 8 orang atau (26,7%), kecemasan sedang 22 orang atau (73,3%), sedangkan kecemasan sesudah dilakukan discharge planning responden mengalami kriteria kecemasan sedang 8 orang atau (26,7%), kecemasan ringan 22 orang atau (73,3%). Dan pengaruh discharge planning ρ =0,000. Kesimpulan: dari hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh sebelum dan setelah dilakukan discharge planning terhadap penurunan kecemasan pasien post orif fraktur. Diharapkan discharge planning dapat menjadi salah satu cara dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien. Kata kunci: Discharge planning, Kecemasan, Fraktur
PENGARUH PSIKOEDUKASI TENTANG MEKANISME KOPING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA AKPER RS MARTHEN INDEY Tristyas Elda Rahmayani; Rifki Sakinah Nompo; Arvia Arvia
Sentani Nursing Journal Vol. 2 No. 2 (2019): Agustus
Publisher : Jayapura Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional yang baik akan membuat individu melakukan penyelesaian masalah dan penyesuaian diri terhadap stres dengan cara yang adaptif. Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi kecerdasan emosional mahasiswa sebelum dilakukan psikoedukasi tentang mekanisme koping, mengidentifikasi kecerdasan emosional mahasiswa setelah dilakukan psikoedukasi tentang mekanisme koping, mengetahui pengaruh psikoedukasi tentang mekanisme koping terhadap kecerdasan emosional mahasiswa AKPER RS Marthen Indey. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment One Group Pre Test-Post Test Non Control Group, dengan menggunakan uji analisa Wilcoxon. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2021. Menggunakan total sampling sebanyak 64 orang. Hasil: Tingkat kecerdasan emosional sebelum diberikan psikoedukasi tentang mekanisme koping dengan kriteria tinggi 2 orang (3.1%) dan sedang 62 orang (96.9%). Tingkat kecerdasan emosional setelah diberikan psikoedukasi tentang mekanisme koping dengan kriteria tinggi 1 orang (1.6%), sedang 61 orang (95.3%), dan rendah 2 orang (3.1%). Hasil uji pengaruh menggunakan Wilcoxon r (Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0.180 > 0.005. Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan tidak ada pengaruh psikoedukasi tentang mekanisme koping terhadap kecerdasan emosional Mahasiswa AKPER RS Marthen Indey. Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Mekanisme Koping, Psikoedukasi
Studi Literature: Cara Menurunkan Hipertensi Dengan Latihan Fisik Nurhidayah Amir; Rifki Sakinah Nompo; Angela L Thome; Yuliana Done; Viertianingsih Patungo; Fathia Fakhri Inayati Said
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 2 (2022): Volume 4 Nomor 2 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.236 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i2.5888

Abstract

ABSTRACT: LITERATURE STUDY: HOW TO REDUCE HYPERTENSION WITH PHYSICAL EXERCISE Background: Hypertension is high blood pressure which is divided into three levels, namely pre-hypertension, first-degree hypertension and second-degree hypertension. Hypertension is also dubbed the silent killer because most of the causes are unknown, where the symptoms that arise vary in each individual and these symptoms are similar to the symptoms of other diseases. Symptoms of hypertension include: heaviness in the neck, headaches, heart palpitations, blurred vision, ringing in the ears, fatigue, vertigo, and nosebleeds. Objective: This study aims to determine physical exercise in lowering blood pressure in hypertensive patients. Methods: This research is a literature study research. The data in this study were obtained from three databases, namely Google Scholar, Garuda and PubMed with the keywords "physical exercise, physical exercise, high blood pressure, high blood pressure, hypertension, hypertension". The study used the PICOS method, by reviewing the journals used. Results: Based on the results of this study, it was found that there are various kinds of physical exercise including: aerobic exercise, walking (walking), cardio exercise, elderly exercise, home-base exercise training, isometric resistance training. In addition, the duration of each physical exercise depends on the patient's condition, age, and the type of physical exercise performed. Conclusion: Each physical exercise used is not the same from one individual to another, therefore the patient can choose which one is the most comfortable and can be done every time. Keywords: Hypertension, Physical ExerciseINTISARI: STUDI LITERATURE: CARA MENURUNKAN HIPERTENSI DENGAN LATIHAN FISIK Latar Belakang: Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang dibagi atas tiga tingkatan yaitu pre-hipertensi, hipertensi derajat satu dan hipertensi derajat dua. Hipertensi dijuluki juga sebagai silent killer karena hampir sebagian besar tidak diketahui penyebab terjadinya, dimana gejala yang timbul bervariasi pada tiap individu dan gejala ini mirip dengan gejala penyakit lainnya. Gejala hipertensi ini seperti: rasa berat ditengkuk, sakit kepala, jantung berdebar-debar, penglihatan kabur, telinga berdenging, mudah lelah, vertigo, dan mimisan.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latihan fisik dalam menurunkan tekanan darah pasien hipertensi.Metode: Penelitian ini adalah penelitian studi literature . Data pada penelitian ini didapatkan dari tiga data base yaitu Google Cendekia, Garuda dan PubMed dengan kata kunci “latihan fisik, physical exercise, tekanan darah tinggi, high blood pressure, hipertensi, hypertension”. Penelitian menggunakan metode PICOS, dengan melakukan review pada jurnal-jurnal yang digunakan.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa terdapat berbagai macam latihan fisik diantaranya: senam aerobik, walking (berjalan), latihan kardio, senam lansia, home-base exercise training, latihan resistensi isometrik. Selain itu durasi tiap latihan fisik tergantung pada kondisi pasien, usia, dan jenis latihan fisik yang dilakukan.Kesimpulan: Setiap latihan fisik yang digunakan tidak sama antara individu satu dengan lainnya, oleh sebab itu pasien dapat memilih mana yang paling nyaman dan dapat dilakukan tiap waktunya. Kata kunci : Hipertensi, Latihan Fisik 
Penyuluhan Kesehatan tentang Asam Urat Pada Masyarakat di Kampung Nendali Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura Angela Librianty Thome; Nurhidayah Amir; Fathia Fakhri Inayati Said; Rifki Sakinah Nompo; Viertianingsih Patungo; Ricky Riyanto Iksan; Roza Indra Yeni
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 5, No 8 (2022): Volume 5 No 8 Agustus 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v5i8.6553

Abstract

ABSTRAK Kampung Nendali merupakan salah satu Kampung di Distrik Sentani Timur yang masih terdapat keluhan nyeri sendi. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk menjelaskan definisi sampai dengan pencegahan tentang asam urat melalui penyuluhan. Metode yang digunakan berupa penyuluhan Kesehatan yang dilakukan dengan bantuan leaflet serta metode ceramah, tanya jawab serta diskusi. Dari 30 peserta yang hadir pada penyuluhan seperti stakeholder kampung dan masyarakat kampung Nendali, sebelum dilakukan penyuluhan peserta telah mengetahui apa itu asam urat dan jenis makanan apa saja yang dapat menimbulkan hiperurisemia, namun untuk pencegahan serta penangannya belum tahu cara yang benar. Setelah dilakukan penyuluhan Kesehatan tentang asam urat, peserta secara keseluruhan dapat memahami dengan benar. Peserta tampak antusias mendengarkan dan mengikuti penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini berjalan kondusif disebabkan peserta memperhatikan materi yang disampaikan oleh penyaji dengan baik. Kata kunci: Asam Urat, Penyuluhan Kesehatan, Masyarakat  ABSTRACT Nendali Village is one of the villages in the East Sentani District where there are still complaints of joint pain. The purpose of this community services is to explain the definition to prevention of gout through counseling.The method used is in the form of health education which is carried out with the help of leaflets as well as lecture, question and answer and discussion methods. The 30 particicipants who attended the counselling such as village stakeholders and the Nendali village community, before the counselling the participants knew what uric acid was and what types of food could cause hyperuricemia, buat for prevention and handling they did not know the right way. Afte conducting health education about gout, the participants as a whole could understand correctly. Participant seemed enthusiastic to listen and follow the counselling. This outreach activity was conducive because the participants paid close attention to the education. Keywords : Uric acid, Health education, Community
Gambaran Stigma Masyarakat pada Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Puskesmas Waibhu Natanael Sitinjak; Rifki Sakinah Nompo; Veronika A. Jelatu; Fathia F. I. Said; Arvia Arvia
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v5i1.11723

Abstract

Untuk mengetahui gambaran stigma masyarakat pada penderita gangguan jiwa. Artikel ini menggunakan penelitian kuantitatif. Populasi adalah pasien dan keluarga yang berkunjung ke Puskesmas dengan jumlah sampel 99 orang. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat. Gambaran stigma pada masyarakat di Puskesmas menunjukkan bahwa masyarakat memiliki stigma kategori tinggi sebanyak 34 orang atau 34,3%, dan stigma kategori rendah sebesar 65,7% pada gangguan jiwa. Selain itu, komunitas bertanggung jawab sebesar 74,7% untuk mengalami keterlibatan dengan orang-orang dengan masalah mental dan tahu bagaimana bersimpati dengan situasi psikologis. Kesimpulan: Peneliti berpendapat bahwa masyarakat yang berkontribusi dengan stigma rendah terhadap gangguan jiwa akan menerapkan perilaku yang positif. Sebaliknya, stigma yang tinggi akan menunjukkan sebaliknya. Stigma yang dibuat oleh masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa secara tidak langsung menyebabkan keluarga atau orang sekitar penderita gangguan jiwa enggan untuk memberikan penanganan yang tepat.