Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Kontribusi Stres Eksternal dari Gangguan Sehari-hari dan Stres Internal terhadap Resiliensi Keluarga Masyarakat Matrilineal Minangkabau Elvika, Rahmah Rezki; Pudjiati, Sri Redatin Retno
ANALITIKA Vol 11, No 1 (2019): ANALITIKA JUNI
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1028.648 KB) | DOI: 10.31289/analitika.v11i1.2405

Abstract

Penelitian ini menguji kontribusi stres eksternal dari gangguan sehari-hari dan stres internal terhadap pembentukan resiliensi keluarga pada keluarga matrilineal Minangkabau. Responden penelitian terdiri dari 110 isteri yang berasal dari Minangkabau dan menetap serumah dengan orang tua (isteri) setelah menikah yang diperoleh menggunakan teknik convenience sampling. Walsh Family Resilience Questionnaire adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat resiliensi keluarga dan Multidimensional Stres Questionnaire for Couple digunakan untuk mengukur tingkat stres eksternal dari gangguan sehari-hari dan stres internal yang dirasakan responden. Data penelitian dianalisis menggunakan analisis regersi sederhana dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan stres eksternal dari gangguan sehari-hari (t(108)=-2,79; p<0,05) dan stres internal (t(108)=-3,13; p<0,05) berkontribusi dalam pembentukan resiliensi keluarga secara negatif signifikan. Kedua stres ini secara bersama-sama juga berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan resiliensi keluarga dengan F=5,617; p<0,05. Sehingga dapat disimpulkan stres eksternal dari gangguan sehari-hari dan stres internal merupakan faktor risiko dalam pembentukan resiliensi keluarga pada keluarga matrilineal Minangkabau.
Kontribusi Stres Eksternal dari Gangguan Sehari-hari dan Stres Internal terhadap Resiliensi Keluarga Masyarakat Matrilineal Minangkabau Rahmah Rezki Elvika; Sri Redatin Retno Pudjiati
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA Vol 11, No 1 (2019): ANALITIKA JUNI
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/analitika.v11i1.2405

Abstract

Penelitian ini menguji kontribusi stres eksternal dari gangguan sehari-hari dan stres internal terhadap pembentukan resiliensi keluarga pada keluarga matrilineal Minangkabau. Responden penelitian terdiri dari 110 isteri yang berasal dari Minangkabau dan menetap serumah dengan orang tua (isteri) setelah menikah yang diperoleh menggunakan teknik convenience sampling. Walsh Family Resilience Questionnaire adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat resiliensi keluarga dan Multidimensional Stres Questionnaire for Couple digunakan untuk mengukur tingkat stres eksternal dari gangguan sehari-hari dan stres internal yang dirasakan responden. Data penelitian dianalisis menggunakan analisis regersi sederhana dan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan stres eksternal dari gangguan sehari-hari (t(108)=-2,79; p<0,05) dan stres internal (t(108)=-3,13; p<0,05) berkontribusi dalam pembentukan resiliensi keluarga secara negatif signifikan. Kedua stres ini secara bersama-sama juga berkontribusi secara signifikan dalam pembentukan resiliensi keluarga dengan F=5,617; p<0,05. Sehingga dapat disimpulkan stres eksternal dari gangguan sehari-hari dan stres internal merupakan faktor risiko dalam pembentukan resiliensi keluarga pada keluarga matrilineal Minangkabau.
Hubungan Persepsi pada Mata Pelajaran Matematika terhadap Konformitas Perilaku Membolos Siswa SMK Roma Doni Azmi; Rahmah Rezki Elvika; Ridho Illahi
TANJAK Vol 4 No 1 (2023): Februari
Publisher : Jurusan Tarbiyah dan Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35961/tanjak.v4i1.761

Abstract

Salah satu fenomena yang sering terjadi di sekolah yaitu perilaku membolos, terutama untuk mata pelajaran tertentu seperti matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konformitas perilaku membolos dan persepsi siswa terhadap matematika. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang siswa Bisnis dan Pemasaran (BDP) SMKN 1 Sijunjung, menggunakan metode survei. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner yang peneliti kembangkan untuk kedua variabel tersebut dengan skor reabilitas 0.922 dan 0.847. Hasil uji prasyarat analisis menunjukkan data menyebar secara normal dan homogen, sehingga uji hipotesis yang digunakan yaitu uji korelasi Product Moment Pearson. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa skor korelasi yang diperoleh yaitu -0.286 dengan sig. 0.040. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas perilaku membolos dan persepsi siswa terhadap matematika, meskipun cukup lemah. Kompleksitas konformitas perilaku membolos membuka ruang bagi peneliti selanjutnya untuk meneruskan kajian dengan menggunakan variabel lain seperti motivasi membolos, faktor guru dan keluarga serta beberapa faktor internal dan eksternal lainnya.
Family Resilience Key Components in Javanese, Bataknese, and Minangnese Married Adults: Multivariate Analysis Veronica Kristiyani; Khusnul Khatimah; Rahmah Rezki Elvika; Lely Nur Azizah; Nurul Mukhlisah; Sri Redatin Retno Pudjiati
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 13 No 2 June 2024
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.v13i2.27498

Abstract

Indonesia has a variety of ethnicities and cultural values that shape people’s behavior in everyday life. Family resilience is one of these factors. This research aimed to examine the differences among three distinct ethnic groups in relation to key family resilience components (family belief systems, family organizational structures, and family communication patterns). A total of 672 married participants aged 19 to 65 years (Mage = 42.07, SD = 9.720) reported their family resilience using the Indonesian version of the Walsh Family Resilience Questionnaire, and the data were analyzed using multivariate analysis of variance (MANOVA) and ANOVA. The results revealed that in terms of the family belief system, Javanese people are significantly different from Minangnese and Bataknese people and are the most prevalent; in terms of the family organizational structure, only Minangnese and Bataknese people are significantly different, whereas Minangnese people are most prevalent; and in terms of family communication patterns, Javanese people are significantly very different from the others and are the most prevalent. Overall, family resilience is only significantly different for Javanese and Bataknese people, where Bataknese people have the highest level of family resilience.
Penerapan Token Economy untuk Mengurangi Kecanduan Bermain Game Online Free Fire pada Anak SD Suci Nurfadila; Nursamsiah Nursamsiah; Mutiara Murni; Rahmah Rezki Elvika
Jurnal Konseling Komprehensif: Kajian Teori dan Praktik Bimbingan dan Konseling Vol. 11, No. 1: Mei 2024
Publisher : diterbitkan oleh Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Sriwijaya Jl. Palembang Prabumulih KM 3.2 Palembang-Indonesia Email: jkk@fkip.unsri.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jkk.v11i1.17

Abstract

Online gaming addiction has become an increasingly widespread problem among children, having a negative impact on their development. The token economy technique is one behavior modification approach that is potentially effective in overcoming this problem. The aim of this research is to evaluate the effectiveness of applying the token economy technique in reducing the duration of playing online games and to analyze changes in children's behavior related to online game addiction This research method uses a single subject with an A-B research design, which consists of a baseline stage (A) and an intervention staged (B).  Participants were 8 year old children who were diagnosed with online game addiction. Research subjects received training and application of token economic techniques for 1 week. Measurements were made for the duration of playing online games, changes in behavior related to addiction. The results showed that the subjects experienced a significant decrease in the duration of playing online games. Apart from that, there were more positive behavioral changes in the subjects, they experienced a decrease in playing time and became more responsive. These findings confirm the effectiveness of the token economy technique in modifying online game addiction behavior in children.
Analisis Strategi Coping Generasi Z: Tinjauan terhadap Emotion-Focused Coping dan Problem-Focused Coping Elvika, Rahmah Rezki; Tanjung, Romi Fajar
Consilium : Berkala Kajian Konseling dan Ilmu Keagamaan Vol 10, No 1 (2023): Januari-June 2023
Publisher : Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37064/consilium.v10i1.15334

Abstract

Tujuan Penelitian: Penelitian ini ingin mengetahui strategi coping Generasi Z saat berhadapan dengan masalah yang ditinjau dari dua jenis coping yaitu emotion-focused coping dan problem-focused coping.Metode Penelitian: Penelitian merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Partisipan penelitian yaitu 83 orang Generasi Z berstatus mahasiswa pada program studi psikologi yang ada di salah satu universitas negeri di Sumatera Barat yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Kriteria partisipan dibatasi hanya pada mahasiswa yang tergolong dalam kategori Generasi Z dengan tahun kelahiran diantara tahun 1997 hingga 2012. Data penelitian diperoleh menggunakan skala coping yang terdiri dari 49 item mewakili dimensi emotion-focused coping dan problem-focused coping, yang merupakan hasil adaptasi dari skala coping Lazarus dan Folkman (1984). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan ANOVA satu jalur.Hasil Penelitian: Berdasarkan perbandingan mean yang diperoleh dari dua jenis coping, 79.52% Generasi Z memiliki kecenderungan menggunakan strategi coping jenis emotion-focused coping dalam menghadapi masalah maupun tekanan. Hanya 1.20% yang mampu menerapkan kedua jenis coping secara seimbang, sementara persentase sisanya menggunakan coping jenis problem-focused coping.Kesimpulan: Generasi Z menghadapi berbagai masalah dan tekanan. Sebanyak 48.19% partisipan menganggap hal-hal terkait perkuliahan sebagai sumber utama stres, sementara sisanya menganggap hal-hal terkait masalah keluarga, teman, hubungan dengan pasangan, ekonomi, dan masa depan sebagai sumber utama stres yang paling menekan bagi generasi Z. Sebagai upaya mengatasinya, mayoritas para Generasi Z ini menghadapi masalah atau tekanan tersebut dengan fokus pada penyelesaian dampak emosi yang ditimbulkan (emotion-focused coping).Implikasi: Meredakan dampak emosi yang muncul akibat suatu stressor merupakan cara yang digunakan oleh mayoritas Generasi Z saat berhadapan dengan masalah atau tekanan. Sehingga penting juga untuk mengarahkan para Generasi Z untuk juga mengasah keterampilan yang mendukung coping jenis problem-focused coping. Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya emosi yang diselesaikan, namun juga masalah yang ada.
Psikoedukasi dan Workshop Digital Parenting dan Mindful Parenting: Wujudkan Orang Tua Melek Digital dan Mindful di Era Digital Elvika, Rahmah Rezki; Taslim, Fauziah; Safitri, Serly; Rais, Muhammad Lutfan; Sati, Alifia Putri Fadilah
Jurnal SOLMA Vol. 14 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v14i1.18255

Abstract

Pendahuluan: Usaha pengasuhan perlu diikuti dengan pengetahuan yang memadai terkait perkembangan anak dan zaman dimana anak tumbuh, serta kondisi atau keadaan psikologis yang baik pula. Tujuan kegiatan pengabdian Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan orang tua terkait pengasuhan berkesadaran penuh di era digital. Metode: Kegiatan ini dilakukan di Nagari Batu Payuang dengan melibatkan orang tua (mayoritas ibu), kader posyandu, dan guru sekolah melalui dua kegiatan utama berupa psikoedukasi dan workshop. Evaluasi yang dilakukan pada kegiatan ini meliputi dua evaluasi yaitu evaluasi reaction dan evaluasi learning (pretest dan posttest). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji Wilcoxon. Hasil: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan terdapat peningkatan pemahaman terkait digital dan mindful parenting pada peserta setelah mengikuti kegiatan ini. Selanjutnya, workshop mindful parenting dapat meningkatkan keterampilan peserta khususnya dalam hal memberikan respon (play). Meskipun dapat memberikan perubahan, namun hasil ini belum optimal karena durasi pelatihan yang relatif singkat. Hasil evaluasi juga menunjukkan kegiatan ini mendapat respon positif dari pihak nagari maupun peserta. Kesimpulan: Pemberian psikoedukasi dan workshop bertemakan digital parenting dan mindful parenting dapat membantu dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan pengasuhan orang tua.
ATTITUDES TOWARD VOLUNTARY CHILDLESSNESS VERSI BAHASA INDONESIA: ADAPTASI ALAT UKUR Taslim, Fauziah; Elvika, Rahmah Rezki; Syafiyah, Aufizzahra As; Asrila, Agitia Kurniati
Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang) Vol 16, No 1 (2025)
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/rapun.v16i1.130177

Abstract

The adaptation of the Attitudes Toward Voluntary Childlessness Scale is a useful measurement tool for assessing aspects related to being childfree, such as families who do not wish to have children, the necessity of children for a family to be happy/meaningful, and whether society supports individuals' choices not to have children. The adaptation of the Attitudes Toward Voluntary Childlessness Scale is essential because there is no suitable measurement tool in Indonesian to accurately measure the concept of being childfree, especially in the context of families who choose not to have children. This measurement tool consists of 24 items and has undergone six stages of adaptation following cross-cultural adaptation guidelines. Through testing on 50 adults in Indonesia, a reliability coefficient of 0.906 was obtained to measure indicators related to individuals who do not have children, the necessity of children for a family to be happy/meaningful, and whether society supports individuals' choices not to have children. Therefore, the adapted Attitudes Toward Voluntary Childlessness Scale can be used in future research to predict various variables related to the concept of being childfree in Indonesia.
Family Resilience Key Components in Javanese, Bataknese, and Minangnese Married Adults: Multivariate Analysis Kristiyani, Veronica; Khatimah, Khusnul; Elvika, Rahmah Rezki; Azizah, Lely Nur; Mukhlisah, Nurul; Pudjiati, Sri Redatin Retno
Journal of Educational, Health and Community Psychology Vol 13 No 2 June 2024
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jehcp.v13i2.27498

Abstract

Indonesia has a variety of ethnicities and cultural values that shape people’s behavior in everyday life. Family resilience is one of these factors. This research aimed to examine the differences among three distinct ethnic groups in relation to key family resilience components (family belief systems, family organizational structures, and family communication patterns). A total of 672 married participants aged 19 to 65 years (Mage = 42.07, SD = 9.720) reported their family resilience using the Indonesian version of the Walsh Family Resilience Questionnaire, and the data were analyzed using multivariate analysis of variance (MANOVA) and ANOVA. The results revealed that in terms of the family belief system, Javanese people are significantly different from Minangnese and Bataknese people and are the most prevalent; in terms of the family organizational structure, only Minangnese and Bataknese people are significantly different, whereas Minangnese people are most prevalent; and in terms of family communication patterns, Javanese people are significantly very different from the others and are the most prevalent. Overall, family resilience is only significantly different for Javanese and Bataknese people, where Bataknese people have the highest level of family resilience.