Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

STATUS GIZI ANAK BALITA DAN KARAKTERISTIKNYA DI DUA KECAMATAN DI KOTA PEKANBARU Desfita, Sri; Priwahyuni, Yuyun
GIZI INDONESIA Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.071 KB)

Abstract

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Riau tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi status gizi pendek di Kota Pekanbaru sebesar 30,2 persen. Batas masalah kesehatan masyarakat untuk status gizi pendek adalah lebih dari 20 persen.5 Dengan demikian masalah kekurangan gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak balita dan hubungannya dengan riwayat menyusui dan pengetahuan gizi ibu di kota Pekanbaru. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross-sectional. Populasi adalah seluruh anak balita di kecamatan Sail dan kecamatan Tampan, kota Pekanbaru. Sampel adalah anak balita berusia 6 - 60 bulan sebanyak 194 anak balita. Teknik sampling menggunakan purposive dalam pemilihan kecamatan, dan secara consecutive sampling dalam pemilihan subjek penelitian. Variabel penelitian adalah status gizi anak balita sebagai variabel terikat dan riwayat menyusui (inisiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir, pemberian kolostrum, dan pemberian ASI eksklusif), serta pengetahuan gizi ibu sebagai variabel bebas. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square dan uji fisher exact. Hasil menunjukkan bahwa 25 persen anak balita mengalami status gizi pendek, 9,25 persen mengalami gizi kurang, dan 4,16 persen mengalami kurus. Inisiasi menyusu dini, pemberian kolostrum, dan pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan status gizi anak balita (p>0,05). Pengetahuan gizi ibu tidak berhubungan dengan status gizi anak balita (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa masalah gizi pada anak balita di kota Pekanbaru terutama adalah status gizi pendek. Riwayat menyusui dan pengetahuan gizi ibu bukan merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap status gizi anak balita di kota Pekanbaru.ABSTRACT NUTRITIONAL STATUS OF UNDER-FIVE-YEAR-OLD CHILDREN AND ITS CHARACHTERICTICS                        AT TWO SUB-DISTRICTS IN PEKANBARU CITY  According to the health profile of Riau Province in 2010, the prevalence of stunting in under five year old children in Pekanbaru City is 30,2%. Cut-off for prevalence value to be a public health significance for stunting is > 20%. Thereby stunting is still a public health problem in Pekanbaru City. This aim of the study is to know the nutritional status of under-five-year-old children and its relationship with breastfeeding history and maternal nutritional knowledge. The study was observational using crossectional design. The study population was all children aged under five years in Sail Sub District and Tampan Sub District, Pekanbaru City. The samples were taken consecutive sampling among 6-60 months children. The total samples were 194 children. Purposive sampling was used to select the sub district and consecutive sampling was used to select the sample. Variables studied include nutritional status using anthropometry as dependent variable, breastfeeding history (initiation of breastfeeding within 1 hour of birth, colostrum feeding, and exclusive breastfeeding) and maternal nutritional knowledge as independent variables. Data analysis was used for univariate and bivariate using chi square and fisher exact tests. The results showed that 25% of children were stunted, 9.25% were underweight while 4.16% were wasted. Initiation of breastfeeding within 1 hour after birth, colostrum feeding and exclusive breastfeeding, as well as maternal nutritional knowledge were not significant (p>0.05) with nutritional status of children under-five years. In conclusion, stunted is the major nutritional problem in Pekanbaru City. Breastfeeding history and maternal nutritional knowledge are not significant risk factors for undernutrition among children under-five years.Keywords: nutritional status, breastfeeding history, maternal nutritional knowledge, children under-five years
Pemeliharaan Kebersihan Gigi Tiruan Lepasan Pada Ibu-Ibu Yang Berkunjung Di Posyandu Nenas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar jihan natassa jihan; Sri Wardani; Sri Desfita
Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/jpkk.Vol1.Iss2.963

Abstract

Tooth loss is one of the changes in the oral cavity tissue. If the missing tooth is not replaced immediately, it can cause difficulties for the patient himself, such as chewing food, the presence of supra-erupted, tilted, or shifted teeth. The replacement of missing teeth can be done by making a removable denture or fixed denture. Clinical examination and oral care are very important and are the keys to successful removable dental treatment. Oral health is important for everyone. An efficient and regular procedure is needed to clean the GTL and maintain oral and dental health, in order to avoid the occurrence of denture stomatitis. The method used in community service is to provide materials on the maintenance of removable dental hygiene to mothers who visit the Nenas Posyandu in the Working Area of ​​the Tambang Health Center, Kampar Regency. The results showed that after the service, the knowledge of the mothers increased, initially some of the mothers were still confused or did not know the maintenance of denture hygiene and the importance of using dentures in people who had lost teeth. This activity increases the knowledge of mothers in maintaining oral health. ABSTRAK Kehilangan gigi merupakan salah satu perubahan jaringan rongga mulut. Jika gigi yang hilang tidak segera diganti dapat menimbulkan kesulitan bagi pasien sendiri, seperti mengunyah makanan, adanya gigi yang supra erupsi, miring atau bergeser. Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan pembuatan gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat. Pemeriksaan klinis dan pemeliharaan kebersihan mulut sangat penting serta merupakan kunci keberhasilan perawatan gigi tiruan lepasan. Kesehatan mulut merupakan hal yang penting bagi semua orang. Diperlukan prosedur efisien dan teratur untuk membersihkan GTL serta menjaga kesehatan gigi dan mulut yang baik, agar dapat meminimalisir terjadinya denture stomatitis. Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat  adalah  dengan  memberikan materi  tentang pemeliharaan kebersihan gigi tiruan lepasan kepada ibu-ibu yang berkunjung di Posyandu Nenas Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambang Kabupaten Kampar. Hasil menunjukkan setelah dilakukan pengabdian, pengetahuan ibu-ibu meningkat, yang awalnya ibu-ibu masih bingung atau sebagian belum mengetahui pemeliharaan kebersihan gigi tiruan dan pentingnya penggunaan gigi tiruan pada masyarakat yang telah kehilangan gigi aslinya. Dengan adanya kegiatan meningkatkan pengetahuan ibu dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut nya.
D PENGUKURAN MASSA TULANG PADA WANITA DEWASA DI POSYANDU NENAS DESA KUALU WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBANG KABUPATEN KAMPAR: PENGUKURAN MASSA TULANG Sri Desfita Desfita; Sri Wardani; Jihan Natassa; Wulan Sari
Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/jpkk.Vol2.Iss1.1213

Abstract

Pada Usia 40 tahun massa tulang pada wanita dewasa mulai menurun. Pengukuran massa tulang pada wanita dewasa penting dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap osteoporosis. Saat ini belum ada program pencegahan osteoporosis pada wanita dewasa dalam bentuk pengukuran massa tulang sehingga perlu dilakukan pengukuran massa tulang agar wanita dewasa dapat mengetahui kesehatan tulangnya dan risiko terhadap osteoporosis. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini membantu wanita dewasa dalam mengetahui kesehatan tulangnya dan risiko terhadap osteoporosis melalui pengukuran massa tulang. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dengan mengukur massa tulang dan status gizi wanita dewasa dengan indeks status gizi Indeks Massa Tubuh (IMT). Pengukuran massa tulang dan berat badan menggunakan alat Timbangan Badan Digital BC-G02 Body Composition Monitor sedangkan untuk pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise. Sebanyak 22 wanita dewasa mengikuti kegiatan pengukuran massa tulang dengan rata-rata usia 36,9 tahun, usia terendah 24 tahun dan usia tertinggi 50 tahun. Status gizi wanita dewasa sebagian besar termasuk gizi lebih (40,9%) dan obes (31,8%). Massa tulang responden sebagian besar termasuk kategori kurang (72,7%). Disarankan kepada wanita dewasa untuk meningkatkan massa tulangnya dengan meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D. Abstract At the age of 40 years, bone mass in adult women begins to decline. Measurement of bone mass in adult women is important to prevent osteoporosis. Currently, there is no osteoporosis prevention program for adult women in the form of measuring bone mass, so it is necessary to measure bone mass hence adult women could know their bone health and risk for osteoporosis. The purpose of this community service was to assist adult women in knowing their bone health and risk for osteoporosis by measuring bone mass. The implementation of community service activities was carried out by measuring bone mass and nutritional status of adult women with the BMI nutritional status index. Measurement of bone mass and body weight using the Tanita Digital Scales BC-G02 Body Composition Monitor, while measuring height using a microtoise. A total of 22 adult women participated in the measurement of bone mass with an average age of 36.9 years, the lowest age was 24 years and the highest age was 50 years. The nutritional status of adult women mostly included overweight (40.9%) and obesity (31.8%). Most of the respondents' bone mass was in the poor category (72.7%). It is recommended for adult women to increase their bone mass by increasing the intake of calcium and vitamin D.
STATUS GIZI ANAK BALITA DAN KARAKTERISTIKNYA DI DUA KECAMATAN DI KOTA PEKANBARU Sri Desfita; Yuyun Priwahyuni
GIZI INDONESIA Vol 37, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v37i1.150

Abstract

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Riau tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi status gizi pendek di Kota Pekanbaru sebesar 30,2 persen. Batas masalah kesehatan masyarakat untuk status gizi pendek adalah lebih dari 20 persen.5 Dengan demikian masalah kekurangan gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi anak balita dan hubungannya dengan riwayat menyusui dan pengetahuan gizi ibu di kota Pekanbaru. Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross-sectional. Populasi adalah seluruh anak balita di kecamatan Sail dan kecamatan Tampan, kota Pekanbaru. Sampel adalah anak balita berusia 6 - 60 bulan sebanyak 194 anak balita. Teknik sampling menggunakan purposive dalam pemilihan kecamatan, dan secara consecutive sampling dalam pemilihan subjek penelitian. Variabel penelitian adalah status gizi anak balita sebagai variabel terikat dan riwayat menyusui (inisiasi menyusu dini dalam 1 jam setelah lahir, pemberian kolostrum, dan pemberian ASI eksklusif), serta pengetahuan gizi ibu sebagai variabel bebas. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square dan uji fisher exact. Hasil menunjukkan bahwa 25 persen anak balita mengalami status gizi pendek, 9,25 persen mengalami gizi kurang, dan 4,16 persen mengalami kurus. Inisiasi menyusu dini, pemberian kolostrum, dan pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan dengan status gizi anak balita (p0,05). Pengetahuan gizi ibu tidak berhubungan dengan status gizi anak balita (p0,05). Dapat disimpulkan bahwa masalah gizi pada anak balita di kota Pekanbaru terutama adalah status gizi pendek. Riwayat menyusui dan pengetahuan gizi ibu bukan merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap status gizi anak balita di kota Pekanbaru.ABSTRACT NUTRITIONAL STATUS OF UNDER-FIVE-YEAR-OLD CHILDREN AND ITS CHARACHTERICTICS                        AT TWO SUB-DISTRICTS IN PEKANBARU CITY  According to the health profile of Riau Province in 2010, the prevalence of stunting in under five year old children in Pekanbaru City is 30,2%. Cut-off for prevalence value to be a public health significance for stunting is 20%. Thereby stunting is still a public health problem in Pekanbaru City. This aim of the study is to know the nutritional status of under-five-year-old children and its relationship with breastfeeding history and maternal nutritional knowledge. The study was observational using crossectional design. The study population was all children aged under five years in Sail Sub District and Tampan Sub District, Pekanbaru City. The samples were taken consecutive sampling among 6-60 months children. The total samples were 194 children. Purposive sampling was used to select the sub district and consecutive sampling was used to select the sample. Variables studied include nutritional status using anthropometry as dependent variable, breastfeeding history (initiation of breastfeeding within 1 hour of birth, colostrum feeding, and exclusive breastfeeding) and maternal nutritional knowledge as independent variables. Data analysis was used for univariate and bivariate using chi square and fisher exact tests. The results showed that 25% of children were stunted, 9.25% were underweight while 4.16% were wasted. Initiation of breastfeeding within 1 hour after birth, colostrum feeding and exclusive breastfeeding, as well as maternal nutritional knowledge were not significant (p0.05) with nutritional status of children under-five years. In conclusion, stunted is the major nutritional problem in Pekanbaru City. Breastfeeding history and maternal nutritional knowledge are not significant risk factors for undernutrition among children under-five years.Keywords: nutritional status, breastfeeding history, maternal nutritional knowledge, children under-five years
Hubungan status gizi dengan perkembangan mental dan psikomotor anak usia 12 sampai 24 bulan di daerah endemis GAKI Sri Desfita; Toto Sudargo; Maria Goretti Adiyanti
Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 3, No 3 (2007): Maret
Publisher : Minat S2 Gizi dan Kesehatan, Prodi S2 IKM, FK-KMK UGM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijcn.17563

Abstract

Background: Malnutrition is one of major public health problem in Indonesia. Prevalence of malnutrition in Indonesia in 2005 was 23.8% and in the Province of Yogyakarta Special Territory in 2002 was 15%. District of Sleman had prevalence of malnutrition as much as 11.39% and Cangkringan as one of heavy iodine deficiency disorder endemic areas at district level had 12.5% of malnutrition prevalence. Children at iodine deficiency disorder endemic areas might likely have growth and development disorder.Objective: To identify relationship between nutritional status and mental psychomotoric development of children of 12 to 24 months old at iodine deficiency disorder endemic areas.Method: The study was observational with cross sectional design carried out at Subdistrict of Cangkringan, District of Sleman. Subjects of the study were 75 children aged 12–24 months chosen by using consecutive sampling technique. Dependent variables of the study were mental and psychomotoric development, independent variable was nutritional status of children based on anthropometry with length/age indicator. Confounding variables were birth weight, mothers’ iodine status, level of education, job and family economic status. Other independent variable affecting nutritional status of children was mothers’ height. Data were analysed using chi square, Fisher’s exact test, and independent t-test.Results: Prevalence of low nutritional status was 13.33%. Children with normal nutritional status had average mental development index (MDI) 2.49 points and psychomotoric development index (PDI) 5.37 points higher than those with low nutritional status. However, relationship between nutritional status and mental and psychomotoric development was statistically insignificant.Conclusion: Relationship between nutritional status and mental and psychomotoric development of children of 12–24 months old was not statistically significant. Children with normal nutritional status tended to have higher MDI and PDI score than those with low nutritional status.
Keberhasilan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Bersalin Dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru Novita Rany; Sri Desfita
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 1 No 1 (2010): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.764 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol1.Iss1.8

Abstract

Abstrak Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif adalah melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan IMD diantaranya, kurangnya informasi ibu tentang IMD, kurangnya dukungan dari keluarga dan kurangnya motivasi dari petugas kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru Tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Subjek penelitian adalah ibu nifas yang melahirkan secara normal dan telah melaksanakan IMD, salah satu anggota keluarga ibu dan bidan. Cara pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Variabel yang dianalisis adalah pengetahuan ibu, motivasi keluarga dan motivasi petugas terhadap keberhasilan pelaksanaan IMD di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru Tahun 2010. Hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan IMD belum terlaksana dengan baik dan benar dan pelaksanaan IMD belum berhasil. pengetahuan ibu tentang IMD masih rendah sehingga ibu tidak termotivasi untuk melaksanakan IMD sampai berhasil. Kurangnya informasi tentang IMD yang diperoleh keluarga ibu menjadi dasar motivasi dari keluarga juga rendah sehingga tidak dapat meningkatkan percaya diri ibu saat melaksanakan IMD. Motivasi petugas masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari petugas tidak pernah memberikan informasi tentang IMD kepada ibu dan pelaksanaan IMD hanya berlangsung 15 menit. Disarankan kepada bidan di Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan Taman Sari Pekanbaru untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang IMD, memberikan informasi tentang IMD kepada pasien dan memasang poster-poster tentang IMD.
Prevalensi Anemia, Status Gizi dan Kebiasaan Makan Pagi pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Sri Desfita
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 1 No 4 (2012): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.919 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol1.Iss4.23

Abstract

Anemia pada anak sekolah dasar masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 prevalensi anemia pada anak usia 5-11 tahun sebesar 24%. Sementara itu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing Mercy Corps. (2005) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada anak sekolah dasar di Riau sebesar 55,6%. Survei tersebut juga melaporkan bahwa 35% anak sekolah dasar di Riau mengalami status gizi pendek. Kebiasaan makan pagi merupakan faktor determinan anemia dan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi anemia, status gizi dan kebiasaan makan pagi pada anak sekolah dasar di Kota Pekanbaru. Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan crossectional. Subjek penelitian adalah anak sekolah dasar usia 10-12 tahun di Kota Pekanbaru sebanyak 95 anak. Pemilihan sekolah dasar berdasarkan teknik multi stage cluster sampling, dan subjek penelitian dari sekolah dasar dipilih berdasarkan kriteria usia 10-12 tahun. Variabel penelitian adalah status anemia, status gizi berdasarkan antropometri dengan indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan kebiasaan makan pagi. Data status anemia diukur melalui pemeriksaan dengan metode STAT SITE MHgb, status gizi diukur dengan timbangan digital dan microtoice, kebiasaan makan pagi diperoleh melalui kuesioner. Data dianalisis secara univariat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Prevalensi anemia pada anak sekolah dasar di Kecamatan Bukit Raya adalah 34,2%. Prevalensi status gizi kurang sebesar 15,2%, kurus 0,8% dan pendek 19,7%. Kebiasaan makan pagi jarang sebanyak 41,7%. Prevalensi anemia pada anak sekolah dasar di Kecamatan Bukit Raya termasuk tingkat sedang. Prevalensi status gizi kurang pada anak sekolah dasar termasuk rendah. Masih banyak ditemukan anak sekolah dasar yang jarang makan pagi
Sebuah PENGARUH KONSELING MELALUI MEDIA SOSIAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PENGELOLAAN HIPERTENSI: Pengaruh Konseling Melalui Media Sosial Terhadap Pengetahuan Dan Praktik Pengelolaan Hipertensi Rina Mitasari; Heryudarini Harahap; Sri Desfita
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.251 KB) | DOI: 10.25311/keskom.Vol5.Iss1.338

Abstract

Hypertension as one of the "comorbidity" of heart disease, the prevelance was in Indonesia. Efforts to manage hypertension by health promotion conducted health workers in Clinics is rarely done because of the health officers focus more curative ketindakan so lack of preventative and promotif. The purpose of the study was to know the influence of counselling through social media to knowledge and practice of the management of hypertension. The research was conducted in July to August 2018. This study was quantitative using Non Randomized Experiments Quasy design Control Group Pretest Postest. Analysis of the data in the data analysis did knowledge and practices before and after the intervention was performed. The sample in this research is 52 people with consecutive sampling techniques. The analysis of the data used, namely the test of paired t test and independent t test.. The study showed that are obtained namely higher average variable knowledge on social media group compared to the conventional group. There was no difference in average which means the practice of managing hypertension or pre-posttest score on the conventional group and the Group of social media. This research was a great alternative of health education in health promotion programmes to enhance knowledge in managing hypertension disease independently one to control high blood pressure.
Determinan Kejadian Kanker Payudara Pada Wanita Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2019 Aulia Astri; Syamsul Bahri Rivaí; Sri Desfita; Jasrida Yunita; Nurlisis
Sistem Informasi Vol 10 No 2 (2020): Jurnal Photon
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.195 KB) | DOI: 10.37859/jp.v10i2.1631

Abstract

Breast cancer is among the most discussed cancers because of its malignancy which often ends in death. Based on the 2013 Basic Health Research Data (Riskesdas), the number of breast cancer patients reached 61,682 cases in Indonesia. As in Riau Province according to the medical records of Arifin Achmad Regional Hospital, breast cancer ranks first with 325 cases out of 580 cases in Irna Surgical Cendrawasih in 2016. Purpose of this study was to determine the determinants of breast cancer incidence in women in Arifin Achmad Regional Hospital in Riau Province in 2019. This research uses a quantitative research design with a case control approach. The research instrument used was a questionnaire. The sampling technique was Consecutive Sampling. This research was conducted in May to July 2019. Case samples in this study were women who were diagnosed positive for breast cancer and control samples were women who were diagnosed with negative breast cancer. Univariate and bivariate data analysis with chi square test and multivariate analysis using Simple Logistic Regression test. The results showed the most dominant variables related to cause and effect with the incidence of breast cancer were a history of abortion 3.7 times, a history of hormonal contraceptive use 5.4 times, the age of first child birth> 35 years 3 times, and the number of nulliparous children 2.3 times. It is expected that health workers and related institutions will be able to provide health education regarding the positive and negative impacts of contraceptive use, the importance of planning the marriage age and promoting family planning programs that have been launched by the government.
RELATIONSHIP RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL STATUS, ENERGY INTAKE AND WORK ACTIVITIES TOWARDS WORK FATIGUE OF EMPLOYEES AT NUTRITIONAL INSTALLATIONS OF AWAL BROS HOSPITAL PEKANBARU 2020: Hubungan Status Gizi, Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kelelahan Kerja Pada Karyawan Instalasi Gizi Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru yola daswin; Novita Rani; Sri Desfita
Media Kesmas (Public Health Media) Vol. 1 No. 3 (2021): Jurnal Media Kesmas (Public Health Media)
Publisher : Progam Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.331 KB) | DOI: 10.25311/kesmas.Vol1.Iss3.33

Abstract

ABSTRACT Work fatigue is a mental or physical fatigue that reduces a person's ability to do a job safely and effectively. At this time, health and nutrition are important factors that affect the quality of human resources (HR). The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status, energy intake and physical activity on fatigue in nutrition installation employees at Awal Bros Hospital Pekanbaru 2020. This type of research is quantitative analytic with cross sectional design. The population of this study were all Nutrition Installation employees at Awal Bros Hospital in Pekanbaru were 50 people. The sampling technique used was total sampling. Types of data are primary and secondary data. Data analysis was performed univariate and bivariate using chi square. Based on the results of the study, it is known that most of them have abnormal nutritional status as many as 35 people (70%) and most of them have bad energy intake as many as 31 people (62%). Most of the respondents had bad physical activity as many as 27 people (54%). Most of the respondents felt tired as many as 32 people (64%). The conclusion of this research is there is a relationship between nutritional status (p value = 0.008), energy intake (p value = 0.005) and physical activity (p value = 0.002) with fatigue at Awal Bros Hospital, Pekanbaru 2020. Advice to workers to pay more attention to nutritional status and energy intake so as not to cause excessive work fatigue. Regarding physical activity factors, hospitals need to pay attention to rest periods, workplace conditions, burdens and assistive devices used so that fatigue does not lead to workplace accidents.