Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Penerapan Layanan Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Chairun Nisa; Tri Wulandari; Nadiya Nurhasannah; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesulitan mengajar merupakan isu yang sering muncul di kalangan siswa, problem ini disebabkan oleh beragam faktor, di antaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kesulitan dalam belajar ditandai dengan hasil belajar yang rendah, siswa tidak mampu belajar dengan semestinya, dan sulit memahami apa yang dipelajari. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai siswa berada pada peringkat terendah. Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama secara konseptual, kecerdasan, dan motivasi belajar setiap murid. Menurut Mulyono (2012), kesulitan belajar secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu kesulitan belajar yang terkait dengan perkembangan (gangguan perhatian, ingatan, motorik dan persepsi, bahasa dan berpikir) dan kesulitan belajar akademik (kesulitan membaca, menulis dan berhitung atau matematika). Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa diperlukan kerjasama yang baik antara manajemen/supervisi, pembelajaran, dan bimbingan konseling yang merupakan tiga pilar pendidikan.
Gejala dan Dampak dari Fobia Sekolah Terhadap Siswa Ardiansyah Ardiansyah; Atiqa Aulia; Putri Neva Octavia; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas tentang Gejala dan Dampak dari Fobia Sekolah terhadap Siswa. Fobia sekolah adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan yang berlebihan, persisten, dan tidak proporsional terhadap situasi sekolah. Individu yang mengalami fobia sekolah merasakan ketegangan emosional yang signifikan dan mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berada di sekolah atau dihadapkan dengan situasi yang terkait dengan proses belajar-mengajar. Gejala fobia sekolah meliputi perasaan cemas yang intens dan persisten sebelum, selama, atau setelah berada di sekolah. Individu yang mengalami fobia sekolah mungkin mengalami gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, keringat berlebihan, gemetar, perut mual, mual, sakit kepala, pusing, napas pendek, atau bahkan serangan panik. Mereka juga dapat mengalami ketegangan emosional, kegelisahan yang berkepanjangan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan perasaan terisolasi atau tidak nyaman saat berinteraksi dengan teman sebaya atau guru di sekolah. Adapun strategi – strategi intervensi yang dapat mengatasi fobia sekolah.
Kapita Selekta Pendidikan: Peran Penting guru sebagai motivator siswa Muhammad Hafiz; Muhammad Siddiq Habibullah; Muhammad Farid Aulia; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Guru sebagai motivator adalah sebuah aktivitas guru dalam meningkatkan semangat dan gairah yang tinggi dalam memberikan motivasi kepada siswa, baik secara internal maupun eksternal. Tujuan dari adanya artikel kapita selekta pendidikan yang berfokur terhadap peranan guru sebagai motivator siswa adalah untuk memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa guru dapat menjadi motivator dalam proses pembelajaran kepada siswa dan memahami bagaimana peranan penting yang dimiliki guru sebagai seorang motivator. Guru sebagai motivator mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, maka dari itu seorang guru harus profesional dan sosialisasi diri. Guru harus dapat memberikan minat belajar kepada para peserta didik sehingga semangat belajar mereka tetap tinggi. Peran guru sebagai motivator untuk meningkatkan semangat yang tinggi, siswa perlu motivasi yang tinggi baik dari dalam dirinya sendiri (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik), yang utamanya berasal dari gurunya sendiri.
Peran Bimbingan Konseling Terhadap Self Managemen Peserta didik dalam Belajar Reza Hawari; Nur Ainun Damanik; Linda Linda; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Every learner wants to have the ability to manage their time, especially in learning. Self-management in learning is one type of problem that arises in students. Self-management is a technique that leads to individual thoughts and behaviors to regulate and change for the better through the process of learning new behaviors. Tutoring is one of the fields of guidance, to examine the understanding of tutoring, it will first be discussed about the nature of guidance itself. This research approach is descriptive qualitative. This study aims to determine the role of counseling guidance on self-management of students in learning. These behavioral and mental changes will have a destructive impact on the development of students, if they do not get the right assistance. Guidance and Counseling teachers are expected to play a role in anticipating the impact of changes in learning patterns experienced by students and provide appropriate assistance.
Symptoms and Impact of School Phobia on Students Ardiansyah Ardiansyah; Atiqa Aulia; Putri Neva Octavia; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas tentang Gejala dan Dampak dari Fobia Sekolah terhadap Siswa. Fobia sekolah adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan yang berlebihan, persisten, dan tidak proporsional terhadap situasi sekolah. Individu yang mengalami fobia sekolah merasakan ketegangan emosional yang signifikan dan mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berada di sekolah atau dihadapkan dengan situasi yang terkait dengan proses belajar-mengajar. Gejala fobia sekolah meliputi perasaan cemas yang intens dan persisten sebelum, selama, atau setelah berada di sekolah. Individu yang mengalami fobia sekolah mungkin mengalami gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, keringat berlebihan, gemetar, perut mual, mual, sakit kepala, pusing, napas pendek, atau bahkan serangan panik. Mereka juga dapat mengalami ketegangan emosional, kegelisahan yang berkepanjangan, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, dan perasaan terisolasi atau tidak nyaman saat berinteraksi dengan teman sebaya atau guru di sekolah. Adapun strategi – strategi intervensi yang dapat mengatasi fobia sekolah.
Peran Guru BK dalam Menghadapi Siswa yang Memiliki Kesulitan dalam Mengekspresikan Kompetensi Dirinya Fitri Syahramadani Danti Harahap; Apri Yunita Br Sitepu; Salbiah Salbiah; Gusman Lesmana
JURNAL EDUKASI NONFORMAL Vol 4 No 1 (2023): Jurnal Edukasi Nonformal
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam proses pembelajaran di sekolah baik guru maupun siswa, pasti mengharapkan agar mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Guru mengharapkan agar siswa berhasil dalam belajarnya, dan siswa mengharapkan guru dapat mengajar dengan baik, sehingga mereka memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Dalam kenyataan, harapan itu tidak selalu terwujud, masih banyak siswa yang tidak memperoleh hasil yang memuaskan. Kesulitan dalam belajar siswa merupakan suatu gejala yang selalu dihadapi oleh guru, karena guru bertanggung jawab untuk mengatasinya, kesulitan belajar ialah suatu keadaan dimana siswa kurang mampu menghadapi tuntutan-tuntutan yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga proses dan hasilnya kurang memuaskan. Ini terjadi karena kemampuan siswa untuk melakukan tugas yang tidak seimbang dengan tuntunan pembelajaran. Ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi dan rendah, bahkan ada pula siswa yang gagal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kenyataan ini, menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menghadapi sejumlah hambatan dalam proses pembelajaran di kelas.
Layanan Konseling Kelompok dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Kepada Siswa SMP Karina Karina; Neni Aprilia; Nasyiwa Ramadhini; Gusman Lesmana
Sublim: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2023): Sublim: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33487/sublim.v2i1.6438

Abstract

Layanan konseling kelompok telah terbukti efektif dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa SMP. Rasa percaya diri merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi dan akademik siswa, dan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Melalui konseling kelompok, siswa dapat memperoleh dukungan sosial dan pembelajaran bersama dalam lingkungan yang aman dan mendukung. Dalam kelompok konseling, siswa dapat berbagi pengalaman, perasaan, dan tantangan yang mereka hadapi. Mereka mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan cerita orang lain yang mungkin menghadapi masalah serupa. Hal ini membantu siswa menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan memberi mereka rasa keterhubungan dengan orang lain. Dalam lingkungan yang terbuka dan mendukung ini, siswa merasa lebih nyaman untuk mengungkapkan diri mereka tanpa takut dihakimi atau diejek. Selain itu, dalam konseling kelompok, siswa juga dapat belajar dari pengalaman orang lain. Mereka dapat melihat bagaimana orang lain mengatasi tantangan dan mengembangkan rasa percaya diri mereka. Ini memberi mereka inspirasi dan motivasi untuk mencoba strategi yang berbeda dalam menghadapi masalah mereka sendiri. Mereka juga dapat belajar keterampilan sosial, seperti komunikasi efektif dan pemecahan masalah, melalui interaksi dengan anggota kelompok lainnya. Layanan konseling kelompok juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun hubungan yang sehat dan mendukung dengan orang lain. Mereka dapat membentuk persahabatan dan memperluas jaringan sosial mereka. Interaksi positif ini dapat meningkatkan harga diri siswa dan memberi mereka keyakinan dalam hubungan interpersonal mereka di sekolah dan di luar sekolah. Dalam kesimpulannya, layanan konseling kelompok dapat menjadi alat efektif dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa SMP. Melalui dukungan sosial, pembelajaran bersama, dan pembangunan hubungan yang sehat, siswa dapat merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi tantangan dalam kehidupan mereka. Penting bagi sekolah dan para profesional konseling untuk mengakui manfaat layanan ini dan memastikan ketersediaannya bagi siswa untuk mendukung perkembangan mereka secara holistik.
Perkembangan Konseling Pendidikan: Strategi, Inovasi, dan Praktik Terbaik Asnaini Asnaini; Qurratul Aini; Futri Ramadhani; Gusman Lesmana
Sublim: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 1 (2023): Sublim: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menggali strategi, inovasi, dan praktik terbaik dalam bidang konseling pendidikan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh sejumlah pakar konseling pendidikan, artikel-artikel dalam jurnal ini menyajikan pemahaman mendalam tentang upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penerapan konseling yang efektif dan berkelanjutan. Penelitian ini mencakup berbagai topik, termasuk teknik konseling inovatif, pengembangan program bimbingan dan konseling yang holistik, serta pemanfaatan teknologi dalam konseling pendidikan. Hasil penelitian ini memberikan panduan praktis bagi para praktisi konseling pendidikan dalam memperbaiki layanan mereka, mencapai tujuan pendidikan yang optimal, dan mempromosikan perkembangan holistik siswa.
Peran Orang Tua dalam Mendukung Bimbingan Belajar Anak Anna Mardia Ritonga; Ayunda Syahfitri; Lestari Siregar; Gusman Lesmana
Sublim: Jurnal Pendidikan Vol 2 No 2 (2023): Sublim: Jurnal Pendidikan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas peran orang tua dalam mendukung proses belajar anak. Artikel ini menyoroti pentingnya keterlibatan orang tua dalam pengalaman belajar anak-anak, karena orang tua mengambil tanggung jawab baru dalam pembelajaran jarak jauh dan menjadi lebih terlibat dalam pengalaman belajar anak-anak. Artikel ini menekankan pentingnya pembelajaran di rumah dalam memberikan keterampilan belajar yang penting bagi anak-anak. Artikel ini menyarankan bahwa orang tua dapat berpartisipasi dalam kegiatan untuk mendorong pembelajaran di rumah, memantau kehadiran, penyelesaian pekerjaan rumah, dan penggunaan waktu ekstrakurikuler, menjadi relawan di kelas, dan berpartisipasi dalam keputusan yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak mereka. Artikel ini juga menyarankan bahwa keterlibatan di rumah mencakup strategi seperti komunikasi antara orang tua dan anak-anak tentang sekolah, keterlibatan dalam pekerjaan sekolah (misalnya, membantu pekerjaan rumah), dan berpartisipasi dalam acara sekolah. Secara keseluruhan, artikel ini menekankan peran penting orang tua dalam mendukung proses belajar anak-anak mereka.
The Role of Gestalt Counseling in Overcoming Toxic Parents in Children Gusman Lesmana; Della Puspita; Miftah Afifah Rahmah
Cendekiawan : Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman Vol 2 No 3 (2023): September Edition: Multiple Intelligences of Students in Formal, Informal, and No
Publisher : Yayasan Zia Salsabila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61253/cendekiawan.v2i3.210

Abstract

This research discusses the role of Gestalt counseling in responding to and overcoming the psychological impact of children due to toxic parenting. With a focus on a qualitative approach and a case study design, we investigated the experiences of children who had undergone Gestalt counseling sessions in response to their parents' toxic parenting. Data was collected through in-depth interviews, observations, and assessment instruments, with an emphasis on thematic analysis. The research results reveal the positive contribution of Gestalt counseling in helping children integrate their experiences, strengthening emotional well-being, and facilitating behavior change. Practical implications and recommendations for counseling professionals as well as future research directions are also discussed. With a deeper understanding of the role of Gestalt in this context, it is hoped that this research can provide useful guidance in efforts to help children who are exposed to toxic parenting.