Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Metformin/Glimepiride and Metformin/Glibenclamide, Which is Better?: A Systematic Review and Meta-Analysis Sukmawan, Yedy Purwandi
Indonesian Journal of Medicine Vol 4, No 3 (2019)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.736 KB)

Abstract

Background: Type 2 diabetes mellitus (DM) is associated with the microvascular and macrovascular complication. Metformin and sulphonylurea (glimepiride and glibenclamide) combination is widely used for the treatment of type 2 DM. This study aimed to examine the difference of Metformin/Glimepiride and Metformin/Glibenclamide administrations in reducing HbA1C among type 2 DM patients.Subjects and Method: This was a systematic review and meta-analysis according to PRISMA guideline with PICO construction using MeSH and text-word. 214 article were identified from PubMed, Cochrane, other source databases. Two articles with 183 type 2 DM  patients were selected for this study.Results: No significant difference on HbA1C level, fasting plasma glucose, and hypoglycemia adverse events between glimepiride/metformin and glibenclamide/metformin combinations. However, glimepiride/metformin combination demonstrated lower HbA1C (-0.11; 95% CI= -0.41 to 0.18; p= 0.450) and lower hypoglycemia adverse events (OR= 0.52; 95% CI= -1.02 to 3.05; p= 0.450), while glibenclamide/metformin combination demonstrated lower fasting plasma glucose concentration (1.01; 95% CI= -1.02 to 3.05; p= 0.450).Conclusion: Glimepiride/metformin combination is preferable in HbA1C lowering and hypoglycemia risk than glibenclamide/metformin combination.Keywords: Glimepiride-metformin, Glibenclamide-metformin, type 2 diabetes mellitusCorrespondence: Yedy Purwandi Sukmawan. Department of Clinical Pharmacy and Pharmacology, Institute of Health Science of Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, West Java, Indonesia. Email: yedipur@­gmail.comIndonesian Journal of Medicine (2019), 4(3): 211-218https://doi.org/10.26911/theijmed.2019.04.03.03
UJI AKTIVITAS PENYEMBUHAN LUKA FORMULA GEL EKSTRAK ETANOL DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides L) TERHADAP TIKUS JANTAN WISTAR Sukmawan, Yedy Purwandi; Aryani, Ratih
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 16, No 1 (2016): Agustus 2016
Publisher : STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.431 KB) | DOI: 10.36465/jkbth.v16i1.170

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas penyembuhan luka formula gel ekstrak etanol daun babadotan (Ageratum conyzoides L) terhadap tikus jantan wistar dengan melakukan eksisi untuk membuat luka dengan diameter 1 cm. Kemudian pada luka eksisi yang telah dibuat tersebut diberikan perlakuan plasebo (basis gel) terhadap kelompok kontrol, diberikan bioplacento terhadap kelompok pembanding, diberikan sediaan gel ekstrak etanol daun babadotan 5% terhadap kelompok uji I dan diberikan sediaan gel ekstrak etanol daun babadotan 10% terhadap kelompok uji II. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa efek penyembuhan luka sediaan gel ekstrak etanol daun babadotan 10% menghasilkan efek yang paling baik dibandingkan dengan kelompok kontrol, pembanding dan sediaan gel ekstrak etanol daun babadotan 5% dengan persentase penutupan luka pada hari ke tujuh yaitu 50,33±4,93%, 30,67±9,08%, 43,5±6,36%, dan 41±3,61% secara berturut-turut.
Kombinasi Gel Ekstrak Etanol A. Conyzoides, C. Asiactica, C. Ternatea, Dan Astaxanthin Efektif Untuk Penyembuhan Luka Dibetes: Model Hewan yedy purwandi sukmawan; Ira Rahmiyani; Nidi Halipah
Majalah Farmasetika Vol. 6, Supl. 1, Tahun 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v6i0.36795

Abstract

Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes yang sulit untuk disembuhkan dan dapat berakhir pada amputasi organ yang terkait pada luka tersebut. Prevalensi kejadian ulkus diabetik menunjukkan kecenderungan peningkatan setiap tahun. Akan tetapi, sampai saat ini sediaan topikal untuk penyembuhan luka diabetes masih sangat terbatas. Pada dua penelitian kami sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak C. ternatea dan gel kombinasi A. conyzoides, C. asiatica, dan Astaxanthin memberikan efektifitas penyembuhan luka diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kombinasi gel ekstrak etanol A. conyzoides, C. asiatica, C. ternatea dan Astaxanthin dalam penyembuhan luka diabetes pada model hewan. Penelitian ini dilakukan terhadap 3 kelompok yaitu kelompok negatif (Basis Gel), kelompok positif (Oxoferin) dan kelompok uji (A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1%). Masing-masing kelompok terdiri dari 4 tikus. Tikus diinduksi menggunakan aloksan 200 mg/Kg BB secara intraperitonial, dan dinyatakan diabetes bila kadar gula darah >200 mg/dL. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan luka sayat pada daerah punggung dengan panjang 1,5 cm dan dilakukan pemantauan penyembuhan luka selama 14 hari dilihat dari penutupan lukanya. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan antara kelompok negatif, positif dan kelompok uji (p<0.05). Hasil persentase penyembuhan luka yaitu 41,65 %, 51,77%, 70,79% untuk kelompok negatif, positif dan uji. Gel kombinasi A. conyzoides 10%, C. asiatica 5%, C. ternatea 5% dan Astaxanthin 0,1% efektif dalam meningkatkan kecepatan penyembuhan luka diabetes.
ANALISIS MEDICATION ERROR SEDIAAN PARENTERAL DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RAWAT INAP SALAH SATU RUMAH SAKIT DI PRIANGAN TIMUR Esti Deviana; Ilham Alifiar; Yedy Purwandi Sukmawan
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 4 No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.845 KB) | DOI: 10.37874/ms.v4i2.131

Abstract

Sediaan parenteral merupakan suatu sediaan yang penggunaannya dengan cara menyemprotkan larutan atau suspensi ke dalam tubuh untuk tujuan terapeutik dan diagnostik. Pada sediaan parenteral diperlihatkan bahwa proses absorbsi obat akan lebih cepat dibandingkan dengan pemberian rute lain. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat ini, kemungkinkan dapat terjadi hal yang tidak diinginkan. Medication error merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang dilakukan dengan ketidaktahuan atau tidak kesengajaan yang sebenarnya dapat dicegah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi medication error dan parameter terbesar terjadinya medication error. Penelitian ini bersifat observasional dengan desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional serta pengambilan data dilakukan secara prospektif pada periode bulan Maret-Mei 2018. Pada penelitian ini, data medication error dibandingkan dengan Amerian Hospital Formulary Service,  Handbook on Injectable Drug, serta jurnal hasil penelitan terbaru sebagai acuan yang  digunakan. Hasil Penelitian menunjukan bahwa kejadian Medication error tertinggi terdapat pada parameter inkompatibilitas dengan prosentase sebesar 23,43%, serta pada parameter waktu penginjeksian dengan prosentase sebesar 82,43%. Sedangkan untuk parameter kelarutan, penyimpanan dan waktu kadaluarsa tidak ditemukan potensi terjadinya medication error. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi medication error terdapat pada parameter inkompatibilitas dan waktu penginjeksian dengan parameter terbesar terdapat pada parameter waktu penginjeksian sediaan parenteral.Kata Kunci : Sediaan Parenteral, Medication Error, Pasien Rawat Inap
UJI AKTIVITAS IMUNOSUPRESAN SEDIAAN SIRUP EKSTRAK ETANOL DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides L.) DENGAN METODE ANAFILAKSIS KUTAN AKTIF Hendy Suhendy; Yedy Purwandi Sukmawan; Rani Rahmawati
Pharmacoscript Vol. 4 No. 2 (2021): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v4i2.732

Abstract

Babadotan merupakan tanaman obat yang digunakan masyarakat untuk menangani penyakit kulit, luka dan alergi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun babadotan terbukti memiliki aktivitas imunosupresan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan aktivitas imunosupresan sirup ekstrak etanol daun babadotan terhadap mencit jantan dengan menggunakan metode anafilaksis kutan aktif. Metode penelitian bersifat eksperimen menggunakan hewan percobaan mencit jantan galur swiss webster dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing terdiri dari 5 mencit. Kelompok kontrol positif diberikan cetirizine 10 mg/20 g BB mencit, kelompok kontrol negatif diberikan sirup tanpa zat aktif, kelompok uji dosis 1 diberikan sediaan sirup dengan zat aktif ekstrak etanol babadotan (2,5 mg/20 g BB mencit), kelompok uji dosis 2 (5 mg/20 g BB mencit) dan kelompok uji dosis 3 (10 mg/20 g BB mencit). Pengamatan dilakukan terhadap diameter dan waktu hilangya bentolan biru. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata diameter bentolan biru kelompok kontrol positif, kontrol negative, uji dosis 1, uji dosis 2 dan uji dosis 3 secara berturut-turut sebesar 0,52; 1,60; 1,38; 0,96 dan 0,66 cm dan waktu hilangnya bentolan biru sebesar 24,23; 120,53; 96,46; 72,46 dan 48,34 jam. Uji dosis 3 memiliki aktivitas imunosupresan paling baik karena secara statistik (p<0,05) tidak ada perbedaan signifikan data parameter yang diamati dibandingkan dengan kontrol positif. Perlu dilakukan pengujian toksisitas sediaan untuk melihat sejauh mana profil keamanannya.
Enoxaparin vs Fondaparinux Dalam Penurunan CK-MB yedy purwandi sukmawan; Keni Idacahyati; Rezky Fahrizal Firdaus
Jurnal Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 (2020): Jurnal Farmasi Indonesia
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31001/jfi.v17i2.810

Abstract

Ischemic Heart Disease (Non ST Elevated Myocardial Infarction-NSTEMI) is the leading cause of death in Indonesia after Stroke. Enoxaparin and Fondaparinux are the drugs of choice for this condition. However, there is a little study about these drugs in Indonesian people. Therefore, the objective of the study is to determine the effectivity of enoxaparin and fondaparinux in CK-MB reduction in Indonesian people. The methods of the study is retrospective observational study. A total of 43 patients were met inclusion criteria (32 in the enoxaparin group and 11 in the fondaparinux group). The outcome of the study was CK-MB reduction and the time of dyspnea was disappeared. The results of the study showed no statistic difference between enoxaparin and fondaparinux in reducing CK-MB blood plasma level (-29.00 vs -33.09; p 0.715), and also the time of dyspnea was disappeared (3.44 vs 3.09 days; p 0.347). Therefore, the choice of these agents are based on clinical condition, adverse effects and pharmacoeconomic aspects.
Efektifitas Rebusan Daun Babadotan dan Kombinasinya dengan Pregabalin sebagai Anti Nyeri Neuropatik serta Uji Toksisitas Akutnya Yedy Purwandi Sukmawan; Hendy Suhendy; Maritsa Nurfatwa
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 19 No 2 (2021): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/jifi.v19i2.1057

Abstract

Neuropathic pain is a condition that is difficult to treated and impaired quality of life. The objective of the study was to determine the anti-neuropathic pain effectivity of Ageratum conyzoides aqueous extract and the acute toxicity study. We had 7 groups (normal, negative, pregabalin, ageratum. conyzoides-I (AC-I) 50mg/kg BW, A. conyzoides-II (AC-II) 100mg/kg BW, combination of pregabalin and AC-II), combination of AC-II and naloxone). Each group contain 5 animals (mice). All groups was induced with pyridoxine 400 mg/kg BW i.p for 14 days to cause neuropathy and followed by hyperalgesia, allodynia, and wire-hang test. In the acute toxicity study, we had 1 group and contain 5 animals (rats). The results of the hyperalgesia and allodynia study showed the effect of AC-II was better than AC-I. The combination of pregabalin and AC-II was better than AC-II as monotherapy (p<0.05). However, AC II activity was abolished when combined with naloxone. In wire hang test demonstrated no difference between falling score (p: 0.053) and reaching score (0.903), that showed AC-II wasn’t impaired the motoric system. No death or toxicity symptoms were observed for 14 days in the acute toxicity study. A. conyzoides aqueous extract is potential for anti-neuropathic pain..
Antidepressant Activity of Some Fractions of The Basil Leaves [Ocimum Basilicum (L)] on The Swiss Webster Male Mice Hendy Suhendy; Muharam Priatna; Yedy Purwandi Sukmawan
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 16 No 2 (2018): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.085 KB) | DOI: 10.35814/jifi.v16i2.533

Abstract

Objectives : Determine the antidepressant activity of some fractions of the leaves of Ocimum basilicum L Methods : The experimental methods are using Force Swimming Test and Tail Suspension Test. The experiment was divided into seven groups. Negative control group (CMC 1 %), Positive control group (fluoxetine 0,052 mg/20 g BW of mice), test I group (fraction of n-hexane 50 mg/Kg BW), test II group (fraction of ethyl acetate 50 mg/Kg BW), test III group (fraction of ethanol 50 mg/Kg BW), test IV group (combination of cyproheptadine 0,0208 mg/20 g BW of mice and fluoxetine 0,052 mg/20 g BW of mice) and test V group (combination of cyproheptadine 0,0208 mg/20 g BW of mice and fraction of ethyl acetate 50 mg/Kg BW). Result : The Force Swimming Test and Tail Suspension Test showed the same result that ethyl acetate fraction was given significant difference (p<0,05) in immobilization time reduction compared to negative control and has a better immobility reduction time than other groups. Added on cyproheptadine to fluoxetine and ethyl acetate fraction groups showed an increased in immobilization time compared to fluoxetine and ethyl acetate fraction alone. Conclusion : Ethyl acetate fraction showed better antidepressant activity than another fraction through the role of serotonin.
Wound Healing Effectivity of Ageratum conyzoides L. Leaf Ethanolic Extract (Purple Flower Type), Centella asiatica (L.) Urban Leaf Ethanolic Extract, and Astaxanthin Combination Gel Preparation in Diabetic Animal Model Sarah Sahila; Hendy Suhendy; Yedy Purwandi Sukmawan
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas (Journal of Pharmaceutical Sciences and Community) Vol 20, No 1 (2023)
Publisher : Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/jpsc.003319

Abstract

The diabetic wounds are one of the global burden diseases. In our previous study, Ageratum conyzoides L. leaf ethanolic extract (purple flower type) 10%, Centella asiatica (L.) Urban leaf ethanolic extract 5%, and astaxanthin 0.1% combination gel preparation showed remarkable wound healing effectivity. However, this wound healing effectivity in the diabetic condition is still unknown. There were three groups used, namely negative group (placebo/gel base), positive group (oxoferin/tetrachlorodecaoxide), and test group (Ageratum conyzoides L. leaf ethanolic extract (purple flower type) 10%, Centella asiatica (L.) Urban leaf ethanolic extract 5%, and astaxanthin 0.1%). Each group consisted of three male Wistar rats. We conducted diabetes induction with alloxan (175 mg/Kg BW i.p) and followed by an incision 1.5 cm on the back. All of these groups were given treatment once daily and monitored for 14 days. The results of the study showed the test group indicated significantly better effectivity than positive and negative groups (p0.05). The percentages of the wound healing effectivity of the test, positive and negative groups were 62.74%, 51.77%, and 41.65%, respectively. Ageratum conyzoides L. leaf ethanolic extract (purple flower type) 10%, Centella asiatica (L.) Urban leaf ethanolic extract 5%, and astaxanthin 0.1% combination gel preparation has excellent potential to be developed as a commercial product to treat diabetic wound conditions..
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA OBAT ANTIVIRUS PADA PASIEN COVID-19 DI RAWAT INAP RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Rahmawati Rahmawati; Pandu Nurdiansyah; Citra Dewi Salasanti; Yedy Purwandi Sukmawan
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi Vol 23, No 1 (2023)
Publisher : LPPM Universitas Bakti Tunas Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36465/jkbth.v23i1.1308

Abstract

Efektivitas biaya antivirus, yang diberikan kepada pasien Covid-19 derajat sedang dan berat selama rawat inap di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya menjadi pokok masalah dalam penelitian ini. Metode analisis efektivitas biaya, sebagai bagian dari ilmu farmakoekonomi, dipergunakan untuk menilai program atau obat terbaik dalam berbagai opsi pengobatan dengan tujuan yang seragam. Penelitian ini dilaksanakan secara cross sectional dan menerapkan pendekatan retrospektif terhadap rekam medis pasien Covid-19 di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, menggunakan data tahun 2021. Partisipasi 330 pasien rawat inap sepanjang Januari–Desember 2021 menjadi fokus penelitian, dengan penelitian lebih lanjut mengarah pada karakteristik subjek berdasarkan tingkat keparahan, yakni 264 pasien dengan tingkat keparahan sedang dan 66 pasien dengan tingkat keparahan berat. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa favipiravir muncul sebagai terapi cost-effective tanpa pergantian untuk kedua tingkat keparahan, dengan biaya sebesar Rp. 629.245,87 untuk derajat sedang dan Rp. 1.005.768,53 untuk derajat berat di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan favipiravir sebagai terapi antivirus pada pasien Covid-19, terutama pada tingkat keparahan sedang dan berat, dapat dianggap sebagai pilihan yang efektif secara biaya di lingkungan rawat inap RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya berdasarkan data retrospektif tahun 2021.