Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KEDUDUKAN OMBUDSMAN DALAM PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Sari, Fitri Kartika
JURNAL YURIDIS UNAJA Vol 2 No 2 (2020): JURNAL YURIDIS UNAJA
Publisher : LPPM Universitasdiwangsa Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

: Ombudsman memiliki kedudukan yang sejajar dengan lembaga-lembaga negara seperti yang dimuat dalam UUD 1945, namun Ombudsman merupakan lembaga yang tidak tercantum dalam konstitusi yang sewaktu-waktu dapat dibubarkan, selain itu peraturan hukum yang menjadi dasar kewenangan Ombudsman juga belum mampu untuk memberikan gambaran terkait pelayanan publik dan good governance. Sementara itu Ombudsman memiliki perbedaan dengan lembaga pengawas lainnya yang terletak pada corporate culture. Lembaga Ombudsman dimanapun tidak diperbolehkan untuk menolak laporan masyarakat meskipun laporan tersebut lebih relevan dilayangkan kepada komisi lain. 1) Isu utama dalam penelitian ini adalah kedudukan Ombudsman dan hubungan ombudsman dengan lembaga pengawas lainnya. Tujuan dari penelitian ini didasari pemahaman terkait kedudukan Ombudsman dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, serta analisa terkait hubungan Ombudsman dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dengan lembaga pengawas lainnya. 2) Penelitian ini menggunakan metode penelitan yuridis normatif yang memfokuskan kajian terhadap penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hal yang bersifat teoritis, asas, konsepsi, doktrin hukum, dan isi kaidah hukum positif dari Ombudsman. 3) Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terjadinya benturan kewenangan Ombudsman dengan lembaga lainnya yang mengakibatkan pelayanan publik menjadi terhambat, dan terkait hubungannya dengan lembaga lainya memiliki hubungan yang erat, namun secara konstitusional, keberadaan Ombudsman sewaktu-waktu dapat dibubarkan. 4) Dari penelitian ini dapat disimpukan bahwa kewenangan Ombudsman dalam pengawasan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik belum begitu kuat. Serta Ombudsman perlu dicantumkan pada konstitusi sehingga menjadikan Ombudsman semakin kuat dan Ombudsman membutuhkan kewenangan yang lebih yaitu bukan hanya sebatas Rekomendasi tetapi juga sanksi. Hal itu tidak terdapat pada Ombudsman Indonesia saat ini.
Perlindungan Hukum Hak Pilih Penyandang Disabilitas Mental dalam Pemilihan Umum di Indonesia Kartika Sari, Fitri; Kusaimah, Kusaimah; Salman, Salman
Politica: Jurnal Hukum Tata Negara dan Politik Islam Vol 10 No 2 (2023): POLITICA: Jurnal Hukum Tata Negara dan politik Islam
Publisher : Prodi Tata Negara (Siyasah) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/politica.v10i2.7516

Abstract

People with mental disorders being involved in the 2024 election is an interesting topic of discussion. In this context, there are many pros and cons. The question arises as to whether those with mental disorders have the right to vote. This is interesting to research and review. This article aims to analyze the right to vote for people with mental disabilities in the 2024 elections. Apart from that, this research also analyzes the Constitutional Court decision Number 135/PUU-XIII/2015. This research departs from a normative study with a statute approach. This approach is used to view and analyze legal aspects related to the problems in this research. This article argues that the legal regulation of the right to vote in elections for disabled people with mental disorders is regulated in Article 4 paragraph (2) letter b and Article 4 paragraph (3) General Election Commission Regulation (PKPU) Number 11 of 2018 concerning the Compilation of the Domestic Voter List. The General Election Organizers were then revised with PKPU 37 of 2018, which deleted the provisions of Article 4 paragraph (2) letter b and Article 4 paragraph 3 in order to comply with the decision of the Constitutional Court. People with persistent mental or memory disorders do not have the right to vote in elections.
Petatah Petitih sebagai Pedoman Etika dalam Hukum Adat Harmaini, Harmaini; Supeno, Supeno; Sari, Fitri Kartika; Kusaimah, Kusaimah; Antoni, Elsa
Legalitas: Jurnal Hukum Vol 16, No 2 (2024): Desember
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/legalitas.v16i2.700

Abstract

This research examines the role of petatah petitih, or traditional proverbs, in the context of customary law from a legal philosophy perspective. Deeply embedded in Jambi Malay traditions, petatah petitih serve as moral and legal guidelines passed down through generations. Unlike formal legal systems, petatah petitih function as informal norms that regulate social behavior and resolve conflicts. This study explores how these proverbs reflect the relationship between law, morality, and social harmony within the community. As non-coercive legal principles, petatah petitih convey cultural values that promote justice, respect, and responsibility among individuals. The research also highlights the pedagogical value of petatah petitih in transmitting cultural wisdom, educating younger generations about community norms, and preserving traditional legal systems. Furthermore, the study addresses the relevance of these proverbs in modern times, especially in the face of social change, emphasizing their role in maintaining cultural identity and continuity.
Perlindungan Hukum Hak Pilih Penyandang Disabilitas Mental dalam Pemilihan Umum di Indonesia Kartika Sari, Fitri; Kusaimah, Kusaimah; Salman, Salman
Politica: Jurnal Hukum Tata Negara dan Politik Islam Vol 10 No 2 (2023): POLITICA: Jurnal Hukum Tata Negara dan politik Islam
Publisher : Prodi Tata Negara (Siyasah) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/politica.v10i2.7516

Abstract

People with mental disorders being involved in the 2024 election is an interesting topic of discussion. In this context, there are many pros and cons. The question arises as to whether those with mental disorders have the right to vote. This is interesting to research and review. This article aims to analyze the right to vote for people with mental disabilities in the 2024 elections. Apart from that, this research also analyzes the Constitutional Court decision Number 135/PUU-XIII/2015. This research departs from a normative study with a statute approach. This approach is used to view and analyze legal aspects related to the problems in this research. This article argues that the legal regulation of the right to vote in elections for disabled people with mental disorders is regulated in Article 4 paragraph (2) letter b and Article 4 paragraph (3) General Election Commission Regulation (PKPU) Number 11 of 2018 concerning the Compilation of the Domestic Voter List. The General Election Organizers were then revised with PKPU 37 of 2018, which deleted the provisions of Article 4 paragraph (2) letter b and Article 4 paragraph 3 in order to comply with the decision of the Constitutional Court. People with persistent mental or memory disorders do not have the right to vote in elections.
Pelatihan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Hukum Melalui Aplikasi Quizlet Pada Mahasiswa Program Studi Hukum Universitas Merangin Sasmita, Ruwaiza; Dahri, Muhtar; Kartika Sari, Fitri; Alfionita, Feni
Vox Populi: Jurnal Umum Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 1 (2024): Vox Populi: Jurnal Umum Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : PT. Meja Ilmiah Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70308/voxpopuli.v1i1.21

Abstract

This training was conducted to address the issue of mastering legal English vocabulary through the Quizlet application for students of the law study program at Merangin University, with the aim of enhancing their active participation and mastery of legal English vocabulary. It can be concluded that the training was successfully carried out as all participants followed each session with great enthusiasm. The implementation of this community service activity went well, in an orderly manner, and according to the schedule that had been set. The activity was considered successful in achieving the objectives, as evidenced by the achievement of success indicators set by the implementation team. The participants gained new knowledge and were able to practice what had been taught.
Penyuluhan tentang Hukum Adat Kawin Lari pada Ibu-Ibu Pengajian Kartika Sari, Fitri; Fachrul Aljamili, Muhammad
Vox Populi: Jurnal Umum Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 2 (2024): Vox Populi: Jurnal Umum Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : PT. Meja Ilmiah Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70308/voxpopuli.v1i2.77

Abstract

Counseling on elopement customary law to women in Sungai Piul, Bangko Hamlet Village aims to increase public understanding of marriage arrangements in customary law and its legal implications. Elopement, as a growing tradition in some communities, is often faced with legal challenges, both state and customary law. This counseling targeted women because they play an important role in disseminating information to their families and the surrounding community. This counseling program includes an explanation of the basis of customary law, social impacts, and how to solve elopement problems from the perspective of Islamic law and state law. With an approach based on interactive dialogue, participants are given the opportunity to ask questions and discuss, thereby creating a deeper understanding of the importance of respect for applicable laws. The results of this activity are expected to be able to contribute positively to increasing legal awareness among the local community and can reduce the potential for abuse of elopement traditions.
Sosialisasi Penguatan Peran Masyarakat dalam Menjaga Keberlanjutan Demokrasi Berdasarkan Hukum Tata Negara Kartika Sari, Fitri; Arqon, Mohammad; Bintang, Amar
Vox Populi: Jurnal Umum Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 1 (2025): Vox Populi: Jurnal Umum Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : PT. Meja Ilmiah Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70308/voxpopuli.v2i1.90

Abstract

Sustainable democracy requires the active participation of the community in the supervision and implementation of the principles of constitutional law. In Sungai Piul, public awareness of their role in maintaining the sustainability of democracy still needs to be strengthened. Therefore, this socialization activity aims to increase public understanding of the importance of involvement in the democratic process, both through policy supervision and participation in elections and other democratic mechanisms. The method used in this activity is a qualitative approach with a descriptive-analytical method to describe the role of constitutional law in supporting community participation. The results of the socialization show that increasing public understanding of democratic principles can increase active involvement in maintaining the sustainability of democracy at the local level
Kedudukan Ombudsman Sebagai Lembaga Pengawasan Penyelenggaraan Pelayanan Publik Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Kartika Sari, Fitri
Adagium: Jurnal Ilmiah Hukum Vol 1 No 1 (2023): Adagium: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : PT. Meja Ilmiah Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70308/adagium.v1i1.5

Abstract

Ombudsman memiliki kedudukan yang sejajar dengan lembaga-lembaga negara seperti yang dimuat dalam UUD 1945, Ombudsman memiliki perbedaan dengan lembaga pengawas lainnya yang terletak pada corporate culture. Lembaga Ombudsman dimanapun tidak diperbolehkan untuk menolak laporan masyarakat meskipun laporan tersebut lebih relevan dilayangkan kepada komisi lain. Penelitian ini menggunakan metode penelitan yuridis normatif yang memfokuskan kajian terhadap penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hal yang bersifat teoritis, asas, konsepsi, doktrin hukum, dan isi kaidah hukum positif dari Ombudsman. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa terjadinya benturan kewenangan Ombudsman dengan lembaga lainnya yang mengakibatkan pelayanan publik menjadi terhambat, dan terkait hubungannya dengan lembaga lainya memiliki hubungan yang erat, namun secara konstitusional, keberadaan Ombudsman sewaktu-waktu dapat dibubarkan. Dari penelitian ini dapat disimpukan bahwa kewenangan Ombudsman dalam pengawasan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik belum begitu kuat. Serta Ombudsman perlu dicantumkan pada konstitusi sehingga menjadikan Ombudsman semakin kuat dan Ombudsman membutuhkan kewenangan yang lebih yaitu bukan hanya sebatas Rekomendasi tetapi juga sanksi.
Peran dan Tantangan Generasi Muda dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan Kartika Sari, Fitri; Meisy Astria, Bunga; Alisa, Siti
Adagium: Jurnal Ilmiah Hukum Vol 2 No 2 (2024): Adagium: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : PT. Meja Ilmiah Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70308/adagium.v2i2.45

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh generasi muda Indonesia memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa yang diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. UU ini menekankan hak dan kewajiban pemuda sebagai agen perubahan yang berkontribusi dalam pembangunan nasional melalui pengembangan diri, kualitas sumber daya manusia, dan partisipasi aktif dalam politik, sosial, dan ekonomi. Namun, generasi muda menghadapi tantangan signifikan seperti degradasi moral, radikalisme, dan korupsi. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memberikan kerangka hukum untuk mengatasi tantangan ini. Sementara itu, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang Pembinaan Ideologi Pancasila berfokus pada pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila untuk mencegah radikalisme. Implementasi hukum yang efektif dan program pendidikan karakter menjadi kunci dalam membentuk generasi muda yang berintegritas dan mampu berkontribusi positif. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pemuda itu sendiri sangat penting untuk mengatasi tantangan dan memastikan kontribusi yang optimal dalam pembangunan bangsa.