Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

SPASMOFILIA: LAPORAN KASUS Aulia, Garizah; Astuti, Gusti Ayu Ema Widya; Rahman, M. Rizki; Hadi, M. Taufik; Susanto, Kevin; Putri, Pratiwi Hendro
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 11, No 4 (2024): Volume 11 Nomor 4
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v11i4.13423

Abstract

Spasmofilia merupakan keadaan patologis dimana terjadi hiperiritabilitas saraf dan otot (neuromuskular) akibat adanya gangguan keseimbangan elektrolit, terutama ion kalsium (Ca2+) dan ion magnesium (Mg2+) yang ditandai dengan munculnya kedutan otot, kesemutan dan spasme karpopedal. Laporan kasus: Sejak 1 hari SMRS Pasien mengeluh kaku pada kedua tangan dan kaki. Kaku yang dirasakan muncul mendadak dan saat keluhan terjadi pasien tetap sadar. Selain kaku pasien juga mengeluh kram dan kedutan otot. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, muntah 1x, dada terasa sesak dan kesemutan. Pasien juga mengatakan batuk kering sejak 2 hari SMRS. Riwayat demam dan luka disangkal. Pasien mengatakan memiliki riwayat keluhan yang sama sejak SD, keluhan dirasakan kaku pada tangan dan kaki. Keluhan yang dirasa menghilang dengan sendirinya dengan waktu <2 menit. Pasien mengatakan keluhan dirasakan 2 kali dalam setahun. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis dijumpai kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5), tekanan darah 127/92 mmHg, respirasi 24 x/menit, Chvostek sign positif dan Trousseau sign positif. Pada pemeriksaan hasil laboratorium darah lengkap (06-11-2023) dijumpai penurunan nilai leukosit (2,96 103/µL), peningkatan eritrosit (5,33 103/µL), peningkatan MPV (9,50 fL), peningkatan GDS (151 mg/dl), penurunan kalsium ion (0,94 mmol/L) dan peningkatan pada PH (7,51 mmol/L). Pada pemeriksaan rontgen thorax dijumpai infiltrate pada kedua lapang paru. Hasil akhir disimpulkan diagnosa pasien yaitu Spasmofilia dan Pneumonia CAP. Diagnosis spasmofilia dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosa dan tatalaksana tetanus: Laporan kasus Putri, Pratiwi Hendro; Refyanus , Alfath; Priambodo, Nanang; Waldan , Reta Ameilia; Olitia , Archangela; Dewi , Azzah Kurnia
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 3 No 2 (2023): Edisi Desember 2023: Penanggulangan penyakit berpotensi kejadian luar biasa
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v3i2.387

Abstract

Background: Tetanus is an acute toxicosis caused by neurotoxin produced by Clostridium tetani and is characterized by periodic and severe muscle spasms. Tetanus is usually acute and causes tetanospasmin-induced spastic paralysis. Tetanospasmine is a neurotoxin produced by clostridium tetanus. To date, tetanus remains a public health concern in developing countries due to inadequate access to vaccination programs and modern tetanus management including intensive care units for patients with severe tetanus. This disease can affect the nervous system caused by tetanospasmin toxicity produced by bacteria. Tetanus occurs when bacteria enter the body through wounds, insect bites, tooth infections, ear infections, puncture wounds, or cutting the umbilical cord. Purpose: To discuss aspects of definition, epidemiology, etiology and risk factors, classification, pathophysiology, diagnosis, management, complications and prognosis of Generalized Tetanus. Method: This type of research uses a qualitative descriptive method with a nursing care case study approach design. This case study is to discuss aspects of definition, epidemiology, etiology and risk factors, classification, pathophysiology, diagnosis, management, complications and prognosis of Generalized Tetanus. This research was conducted at RSUD Jend. Ahmad Yani Metro in September 2023. The case study subject is an observation that must be seen and observed regarding the reality or social phenomena needed in the research. Results: A 42 year old man came to the emergency room at Jendral Ahmad Yani Metro Hospital accompanied by his family with the main complaint of stiffness throughout the body. The patient has been experiencing this for approximately one week and has gotten worse in the last 2 days. Patients also complain of difficulty opening their mouth, difficulty swallowing, and a stiff stomach. Previous history of seizures was denied. Approximately 2 weeks ago the patient also complained of high fever and chills. The patient denied any previous history of trauma and injury. The patient has a history of cavities and often experiences toothache. There was no history of seizures, headaches, and vomiting. On general examination, the abdomen is tense/stiff, on palpation, abdominal rigidity is found, on motor examination the superior and inferior extremities are difficult to assess. On neurological examination it was found that M. pterygoideus' motor skills were difficult to assess, mouth opening was limited to 1 finger, facial expressions were found to be ricus sardonicus, the position of the uvula was difficult to assess. Conclusion: Tetanus is an acute toxicosis caused by neurotoxins produced by B. Tetani and is characterized by periodic and severe muscle spasms. Tetanus is usually acute and causes spastic paralysis induced by tetanospasmin, a neurotoxin produced by the tetanus bacillus. Keywords: Bacteria; Tetanus; Tetanospasmine. Pendahuluan: Tetanus merupakan toksikosis akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani dan ditandai dengan spasme otot yang periodik dan parah. Tetanus biasanya akut dan menyebabkan kelumpuhan spastik yang diinduksi tetanospasmin. Tetanospasmin adalah racun saraf yang diproduksi oleh clostridium tetanus. Sampai saat ini, tetanus tetap menjadi perhatian kesehatan masyarakat di negara berkembang karena akses yang tidak memadai ke program vaksinasi dan manajemen tetanus modern termasuk unit perawatan intensif untuk pasien dengan tetanus berat. Penyakit ini dapat mempengaruhi sistem saraf yang disebabkan oleh toksis tetanospasmin yang dihasilkan oleh bakteri. Tetanus terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, luka tusukan, atau pemotongan tali pusat. Tujuan: Untuk membahas aspek definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis Tetanus Generalisata. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan desain pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Studi kasus ini adalah untuk membahas aspek definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis Tetanus Generalisata. Penelitian ini dilakukan di RSUD Jend. Ahmad Yani Metro pada bulan September 2023. Subjek studi kasus merupakan suatu pengamatan yang harus dilihat dan diamati mengenai kenyataan atau gejala-gejala sosial yang diperlukan dalam penelitian. Hasil: Seorang laki-laki usia 42 tahun datang ke IGD RSUD Jendral Ahmad Yani Metro diantar oleh keluarganya dengan keluhan utama kaku seluruh tubuh. Hal ini dialami pasien sejak kurang lebih satu minggu dan semakin memberat sejak 2 hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan sulit membuka mulut, sulit menelan, dan perut terasa kaku. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Kurang lebih 2 minggu lalu pasien juga mengeluhkan adanya demam tinggi dan seperti menggigil. Riwayat trauma dan luka sebelumnya disangkal pasien. Pasien memiliki riwayat gigi bolong dan sering mengalami sakit gigi. Riwayat kejang, sakit kepala, dan muntah menyembur tidak ada. Pada pemeriksaan generalis didapatkan inspeksi abdomen tegang/kaku, pada palpasi didapatkan rigiditas perut, pada pemeriksaan motorik ekstremitas superior dan inferior sulit dinilai. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan pemeriksaan motorik M. pterygoideus sulit dinilai, membuka mulut terbatas yaitu sebatas 1 jari, mimik wajah ditemukan ricus sardonicus, posisi uvula sulit dinilai. Simpulan: Tetanus adalah toksikosis akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh B.Tetani dan ditandai dengan spasme otot yang periodik dan parah. Tetanus biasanya akut dan menyebabkan kelumpuhan spastik yang diinduksi tetanospasmin suatu racun saraf yang diproduksi oleh basil tetanus.
Diagnosa dan tatalaksana tetanus: Laporan kasus Putri, Pratiwi Hendro; Refyanus , Alfath; Priambodo, Nanang; Waldan , Reta Ameilia; Olitia , Archangela; Dewi , Azzah Kurnia
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 3 No 2 (2023): December Edition 2023: Penanggulangan penyakit berpotensi kejadian luar biasa
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v3i2.387

Abstract

Background: Tetanus is an acute toxicosis caused by neurotoxin produced by Clostridium tetani and is characterized by periodic and severe muscle spasms. Tetanus is usually acute and causes tetanospasmin-induced spastic paralysis. Tetanospasmine is a neurotoxin produced by clostridium tetanus. To date, tetanus remains a public health concern in developing countries due to inadequate access to vaccination programs and modern tetanus management including intensive care units for patients with severe tetanus. This disease can affect the nervous system caused by tetanospasmin toxicity produced by bacteria. Tetanus occurs when bacteria enter the body through wounds, insect bites, tooth infections, ear infections, puncture wounds, or cutting the umbilical cord. Purpose: To discuss aspects of definition, epidemiology, etiology and risk factors, classification, pathophysiology, diagnosis, management, complications and prognosis of Generalized Tetanus. Method: This type of research uses a qualitative descriptive method with a nursing care case study approach design. This case study is to discuss aspects of definition, epidemiology, etiology and risk factors, classification, pathophysiology, diagnosis, management, complications and prognosis of Generalized Tetanus. This research was conducted at RSUD Jend. Ahmad Yani Metro in September 2023. The case study subject is an observation that must be seen and observed regarding the reality or social phenomena needed in the research. Results: A 42 year old man came to the emergency room at Jendral Ahmad Yani Metro Hospital accompanied by his family with the main complaint of stiffness throughout the body. The patient has been experiencing this for approximately one week and has gotten worse in the last 2 days. Patients also complain of difficulty opening their mouth, difficulty swallowing, and a stiff stomach. Previous history of seizures was denied. Approximately 2 weeks ago the patient also complained of high fever and chills. The patient denied any previous history of trauma and injury. The patient has a history of cavities and often experiences toothache. There was no history of seizures, headaches, and vomiting. On general examination, the abdomen is tense/stiff, on palpation, abdominal rigidity is found, on motor examination the superior and inferior extremities are difficult to assess. On neurological examination it was found that M. pterygoideus' motor skills were difficult to assess, mouth opening was limited to 1 finger, facial expressions were found to be ricus sardonicus, the position of the uvula was difficult to assess. Conclusion: Tetanus is an acute toxicosis caused by neurotoxins produced by B. Tetani and is characterized by periodic and severe muscle spasms. Tetanus is usually acute and causes spastic paralysis induced by tetanospasmin, a neurotoxin produced by the tetanus bacillus. Keywords: Bacteria; Tetanus; Tetanospasmine. Pendahuluan: Tetanus merupakan toksikosis akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium tetani dan ditandai dengan spasme otot yang periodik dan parah. Tetanus biasanya akut dan menyebabkan kelumpuhan spastik yang diinduksi tetanospasmin. Tetanospasmin adalah racun saraf yang diproduksi oleh clostridium tetanus. Sampai saat ini, tetanus tetap menjadi perhatian kesehatan masyarakat di negara berkembang karena akses yang tidak memadai ke program vaksinasi dan manajemen tetanus modern termasuk unit perawatan intensif untuk pasien dengan tetanus berat. Penyakit ini dapat mempengaruhi sistem saraf yang disebabkan oleh toksis tetanospasmin yang dihasilkan oleh bakteri. Tetanus terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, luka tusukan, atau pemotongan tali pusat. Tujuan: Untuk membahas aspek definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis Tetanus Generalisata. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan desain pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Studi kasus ini adalah untuk membahas aspek definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis Tetanus Generalisata. Penelitian ini dilakukan di RSUD Jend. Ahmad Yani Metro pada bulan September 2023. Subjek studi kasus merupakan suatu pengamatan yang harus dilihat dan diamati mengenai kenyataan atau gejala-gejala sosial yang diperlukan dalam penelitian. Hasil: Seorang laki-laki usia 42 tahun datang ke IGD RSUD Jendral Ahmad Yani Metro diantar oleh keluarganya dengan keluhan utama kaku seluruh tubuh. Hal ini dialami pasien sejak kurang lebih satu minggu dan semakin memberat sejak 2 hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan sulit membuka mulut, sulit menelan, dan perut terasa kaku. Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Kurang lebih 2 minggu lalu pasien juga mengeluhkan adanya demam tinggi dan seperti menggigil. Riwayat trauma dan luka sebelumnya disangkal pasien. Pasien memiliki riwayat gigi bolong dan sering mengalami sakit gigi. Riwayat kejang, sakit kepala, dan muntah menyembur tidak ada. Pada pemeriksaan generalis didapatkan inspeksi abdomen tegang/kaku, pada palpasi didapatkan rigiditas perut, pada pemeriksaan motorik ekstremitas superior dan inferior sulit dinilai. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan pemeriksaan motorik M. pterygoideus sulit dinilai, membuka mulut terbatas yaitu sebatas 1 jari, mimik wajah ditemukan ricus sardonicus, posisi uvula sulit dinilai. Simpulan: Tetanus adalah toksikosis akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh B.Tetani dan ditandai dengan spasme otot yang periodik dan parah. Tetanus biasanya akut dan menyebabkan kelumpuhan spastik yang diinduksi tetanospasmin suatu racun saraf yang diproduksi oleh basil tetanus.
Sebaran Kebiasaan Merokok Pada Pasien Stroke Iskemik Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Istiana, Nita Shafia; Putri, Pratiwi Hendro; Kurniati, Mala; Amroisa, Raden Ayu Neilan
Jurnal Medika Malahayati Vol 8, No 4 (2024): Volume 8 Nomor 4
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v8i4.18644

Abstract

Merokok meningkatkan risiko terkena stroke dua sampai empat kali lipat baik pada pria maupun wanita. Merokok berhubungan dengan stroke melalui proses ateroskelrosis yang disebabkan oleh efek dari zat-zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam rokok, terutama nikotin, tar dan karbonmonoksida. Merokok menyebabkan peningkatan koagulatibilitas, viskositas darah, mendorong agregasi platelet, meningkatkan tekanan darah, serta meningkatkan kolesterol LDL. Tujuan penelitian untuk mengetahui sebaran kebiasaan merokok pada pasien stroke islemik di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross sectional.  Sampel yang digunakan merupakan total sampel yaitu berjumlah 30 dengan teknik consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuisioner. Dilakukan uji statistik uji persentase. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa frekuensi pasien pada usia 60-69 tahun yang berjumlah 14 sampel (46,7%) diikuti 50-59 tahun yaitu 8 sampel (26,7%), dan yang paling sedikit adalah pasien berusia 30-39 tahun dan 40-49 tahun yaitu sebanyak 1 responden (3,3%). Pasien yang merokok > 10 tahun yaitu berjumlah 23 sampel (76,7%), jenis rokok yang dikonsumsi adalah rokok kretek berjumlah 21 sampel (70,0%) dan merokok > 20 batang per hari berjumlah 14 sampel (46,6%).
Gambaran Karakteristik Demografi Pasien Parkinson Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Periode 2022-2024 Kirani, Ratna; Putri, Pratiwi Hendro; Sjahriani, Tessa; Fitriyani, Fitriyani
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 6 (2025): Volume 12 Nomor 6
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i6.19674

Abstract

Penyakit Parkinson (PD) adalah penyakit neurodegeneratif progresif kompleks yang ditandai oleh tremor, kekakuan, dan bradikinesia, dengan ketidakstabilan postural muncul pada beberapa pasien seiring perkembangan penyakit. Ini pertama kali dijelaskan oleh James Parkinson pada tahun 1817 dan lebih lanjut dicirikan oleh Jean-Martin Charcot, dan pengetahuan kita tentang PD terus berkembang. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif observasional. Penelitian deskriptif artinya penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan suatu keadaan secara objektif. Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran karakteristik demografi pasien Parkinson di rumah sakit Bintang amin periode 2022-2024 terdapat beberapa kasus dengan usia paling banyak berada dikategori lansia yaitu sebanyak 34 orang (68%) kemudian penyakit Parkinson lebih banyak ditemukan pada usia di atas 60 tahun, serta jenis kelamin Laki-laki yaitu sebanyak 29 orang (58%), Late Onset yaitu sebanyak 44 orang (88%), Jenis Pengobatan paling banyak yaitu Kombinasi yaitu sebanyak 47 orang (94%), berdasarkan Komorbid paling banyak yaitu Hipertensi yaitu sebanyak 31 orang (62%), berdasarkan Gejala paling banyak yaitu Motorik yaitu sebanyak 43 orang (86%), berdasarkan Stadium paling banyak yaitu Stadium 3 yaitu sebanyak 45 orang (90%). Diketahui distribusi frekuensi yang terkena penyakit parkinson yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, onset, jenis pengobatan, komorbit, serta gejala penyakit parkinson paling banyak berada pada stadium 3.
Encefalopati uremikum pada pasien gagal ginjal: Laporan kasus Putri, Pratiwi Hendro; Kustiwa, Dea Rahma; Carolina, Wina; Rosa, Yolanda; Sandra, Faramitha; Jauhari, Jauhari; Aris, Aris
JOURNAL OF Medical Surgical Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia (HIPMEBI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/msc.v2i1.385

Abstract

Background: Patients with kidney failure often experience clinical symptoms related to fluid and electrolyte imbalance, anemia, malnutrition, and gastrointestinal disorders. One of the complications of kidney failure is Uremic Encephalopathy (UE). Uremic encephalopathy is an organic brain disorder that occurs in patients with acute or chronic kidney failure. Usually the creatinine clearance level decreases and remains below 15 mL/minute. Purpose: To discuss aspects of definition, epidemiology, etiology and risk factors, classification, pathophysiology, diagnosis, management, complications and prognosis of metabolic encephalopathy, especially metabolic encephalopathy (uremicum). Method: The case study research design is a research method that uses various data sources that can be used as research material, describing and explaining comprehensively various aspects of an individual, group, program, organization or event systematically. Case studies can be applicable when a how and why question is asked about a set of present events that are impossible or at least difficult to control. This case study is a study to explore the problem of nursing care for clients with nursing care for patients suffering from uremic encephalopathy. Results: A patient named Mrs. 73 year old S came to the emergency room at Jend. Ahmad Yani Metro Regional General Hospital on September 22 2023, was accompanied by his family with the main complaint of difficulty swallowing. Due to the patient's complaints of difficulty swallowing, the patient had difficulty eating and drinking. Complaints accompanied by slurred speech and weakness in left limbs since ± 10 days before entering the emergency room at General Ahmad Yani Metro Hospital. The patient's family said that the patient was difficult to communicate with and the patient was always anxious. There is a history that 2 months ago the patient experienced a similar complaint, namely weakness in the left limb. Then the family also stated that the patient had a history of kidney failure which was only discovered about 1 month ago, a history of diabetes mellitus and hypertension. Due to the patient's complaints of difficulty swallowing, the patient had difficulty eating and drinking. On physical examination, decubitus ulcers were found on the buttocks. Motor function examination revealed weakness of the left limb. From the CT-Scan supporting examination, there was an infarction in the corona radiata dextra and cerebral atrophy. Furthermore, the results of the thorax X-ray examination showed that the lungs were normal, the cast showed cardiomegaly and the elongation of the aorta was suggestive of HHD. Conclusion: Uremic Encephalopathy (UE) is a clinical syndrome without definite diagnostic criteria. These patients may exhibit nonspecific signs and symptoms such as fatigue, anorexia, nausea, and confusion. The clinical picture is variable, and other diagnoses should be considered, such as hypertensive encephalopathy, hyperosmolar coma, metabolic encephalopathy, and drug toxicity. Keywords: Hypertension; Kidney failure; Uremic Encephalopathy. Pendahuluan: Pasien dengan gagal ginjal sering mengalami gejala klinis yang berkaitan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, anemia, malnutrisi, dan gangguan gastrointestinal. Salah satu dari komplikasi gagal ginjal tersebut adalah Uremic Encephalopathy (UE). Uremic encephalopathy adalah kelainan otak organik yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Biasanya dengan nilai kadar creatinine clearance menurun dan tetap dibawah 15 mL/menit.  Tujuan: Untuk membahas aspek definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis ensefalopati metabolik, khususnya ensefalopati metabolik (uremikum). Metode: Rancangan penelitian studi kasus yakni metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang dapat digunakan sebagai bahan riset, menguraikan, serta menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi, atau peristiwa secara sistematis. Studi kasus dapat berlaku apabila suatu pertanyaan bagaimana dan mengapa diajukan terhadap seperangkat peristiwa masa kini yang mustahil atau setidaknya sulit untuk dikontrol. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien asuhan keperawatan pada pasien penderita uremic encephalopathy. Hasil: Seorang pasien bernama Ny. S berusia 73 tahun datang ke IGD RSUD Jend. Ahmad Yani Metro pada tanggal 22 September 2023, diantar oleh keluarganya dengan keluhan utama sulit menelan. Dikarenakan keluhan sulit menelan yang dialami pasien, pasien kesulitan makan dan minum. Keluhan disertai bicara pelo dan lemah anggota gerak sebelah kiri sejak ± 10hari lalu sebelum masuk IGD RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sulit diajak komunikasi dan pasien selalu gelisah. Terdapat riwayat bahwa 2 bulan lalu pasien mengalami keluhan serupa yaitu lemah anggota gerak sebelah kiri. Kemudian keluarga juga menyatakan bahwa pasien mempunyai riwayat gagal ginjal yang baru diketahui sekitar 1 bulan yang lalu, riwayat penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Dikarenakan keluhan sulit menelan yang dialami pasien, pasien kesulitan makan dan minum. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ulkus dekubitus di bagian bokong.  Pemeriksaan fungsi motorik ditemukan kelemahan anggota gerak sebelah kiri. Dari pemeriksaan penunjang CT-Scan terdapat infark di corona radiata dextra dan Atrofi cerebri. Selanjutnya, pada hasil pemeriksaan Rontgen thorax terkesan pulmo normal, cor terkesan cardiomegali dan elongati oaortae sugestif HHD. Simpulan: Uremic Encephalopathy (UE) adalah sindrom klinis tanpa kriteria diagnostik yang pasti. Pasien-pasien ini mungkin menunjukkan tanda dan gejala yang tidak spesifik seperti kelelahan, anoreksia, mual, dan kebingungan. Gambaran klinisnya bervariasi, dan diagnosis lain harus dipertimbangkan, seperti ensefalopati hipertensi, koma hiperosmolar, ensefalopati metabolik, dan toksisitasobat.
Tetanus: a case study Putri, Pratiwi Hendro
JOURNAL OF Medical Surgical Concerns Vol. 5 No. 1 (2025): June Edition 2025
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia (HIPMEBI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/msc.v5i1.386

Abstract

Background: Tetanus is an acute bacterial infectious disease caused by clostridium tetani due to the exotoxin (tetanospasmin) it produces, affecting the nervous system causing muscles to become tense and contract with increased general stiffness and skeletal muscle spasms. Purpose: To discuss aspects of definition, epidemiology, etiology and risk factors, classification, pathophysiology, diagnosis, management, complications and prognosis of Generalized Tetanus. Method: Case report research, carried out at General Ahmadyani Metro Hospital, on 26 September – 03 October 2023. Research includes assessment, data analysis, action plan/plan of action (PoA), implementation, and evaluation. Data was collected through interviews and observations. Results: Motor function examination showed hypertonus and extremity muscle spasms. Meningeal stimulation examination revealed stiff neck (+). Laboratory examination showed a decrease in erythrocytes, hemoglobin and hematocrit and an increase in potassium. Conclusion: The diagnosis of tetanus can be made based on the history and physical examination. Culture examination of Clostridium tetani in wounds is only a support for the diagnosis. Keywords: Clostridium Tetani; Tetanus; Tetanospamin.   Pendahuluan: Tetanus adalah toksikosis akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh B. tetani dan ditandai dengan spasme otot yang periodik dan parah. Tetanus biasanya akut dan menyebabkan kelumpuhan spastik yang diinduksi tetanospasmin. Tetanospamin adalah racun saraf yang diproduksi oleh basil tetanus. Tujuan: Untuk membahas aspek definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis Tetanus Generalisata. Metode: Penelitian case report, dilakukan di IGD RSUD Jendral Ahmadyani Metro, pada tanggal 26 September – 03 Oktober 2023. Penelitian meliputi  pengkajian,  analisis  data, rencana tindakan/plan of action (PoA), implementasi, dan evaluasi. Data dikumpulkan melalui wawancara, dan observasi.   Hasil: Pemeriksaan fungsi motorik terdapat hipertonus dan spasme otot extremitas. Pemeriksaan rangsang meningeal terdapat kaku kuduk (+). Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan pada eritrosit, hemoglobin dan hematokrit serta didapatkan peningkatan pada kalium. Simpulan: Diagnosis tetanus dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan kultur dari Clostridium tetani pada luka, hanya merupakan penunjang diagnosis. Kata Kunci: Clostridium Tetani; Tetanus; Tetanospamin.
CASE REPORT: EPILEPSI Maria, Donna; Chaniago, Fadilla Putri Aqilla; Rustandi, Fitriya Wulandari; Fauzi, Ade Umar Aulia; Kasyfi, Fathul Qadir; Putri, Pratiwi Hendro
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 1 (2024): MARET 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i1.25257

Abstract

Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan berulang (Epileptic Seizures) akibat lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron otak secara paroksismal, dan disebabkan oleh berbagai etiologi, bukan disebabkan oleh penyakit otak akut Epilepsi bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala. Gejala yang paling umum adalah adanya kejang. Setiap kali terjadi serangan kejang, apalagi bila berlangsung sampai beberapa menit, akan menimbulkan kerusakan hingga kematian sejumlah sel otak. Laporan kasus ini bertujuan membahas aspek definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, diagnosis, pemeriksaan penunjang, tatalaksana, dan prognosis dari penyakit epilepsi. Laporan kasus ini melaporkan seorang perempuan 23 tahun dengan keluhan kejang seluruh badan sebelum masuk rumah sakit, nyeri kepala juga dirasakan sejak 3 hari yang lalu, mempunyai riwayat jatuh dan terbentur kepalanya. Mengalami keluhan yang sama sejak 2 bulan terakhir yaitu memiliki riwayat kejang dengan anggota gerak yang menggeram, tubuh yang kaku, dan mata kearah atas yang berlangsung ± 1 menit, juga mempunyai riwayat stress psikologis. Hasil pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Hasil pada pemeriksaan ct scan kepala yaitu tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan EEG dijumpai gelombang epileptikum dan perlambatan Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah O2 2-4 lpm, Rl 20 tpm, Inj omz 1 ampul/12 jam, Inj diazepam 1 ampul, Ondansetron 2x1, B complex 1x1, Depakote 3x500, Phenytoin 2x1, Asam folat 1x1.
CASE REPORT : Embolic Stroke Putri, Pratiwi Hendro; Purnama, Deka; Perkasa, Den Raza Anggara; Hadi, Dimas Surya; Fitri, Dinda Sesa; Yuswanita, Ajeng; Fitrihanny, Leona Ferda; Ayu, Lis Awang Sega
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 1 (2024): MARET 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i1.26878

Abstract

Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otot fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebiih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke dapat dibagi menjadi dua, yaitu stroke non hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik adalah kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya aliran darah pada parenkim otak atau medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh penyumbatan arteri maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.
Gambaran Karakteristik Pada Pasien Penderita Epilepsi Di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Haliza, Tsakiyah Sharadeva; Sina, Muhammad Ibnu; Silvia, Eka; Putri, Pratiwi Hendro
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 1 (2025): Volume 12 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jikk.v12i1.16534

Abstract

Epilepsi adalah keadaan yang ditandai bangkitan berulang karena terganggunya fungsi otak karena muatan listrik abnormal pada neuron otak. Prevalensi kasus epilepsi di Indonesia mencapai 8,2 kasus per 1000 penduduk dengan insidensi 50 per 100.000 penduduk. Kasus baru ditemukan sebanyak 2,4 juta kasus setiap tahunnya. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian dan kekambuhan epilepsi, seperti usia, riwayat kejang demam, gangguan keseimbangan elektrolit, dan lainnya. Tujuan penelitian ini mengetahui karakteristik pasien penderita epilepsi di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Penelitian ini memakai teknik consequtive sampling pada pasien RSPBA Bandar Lampung yang yakni 59 sampel. Hasil penelitian dari 59 sampel kategori frekuensi paling banyak adalah pada kelompok usia dewasa awal (57.6%), jenis kelamin laki-laki (57.6%), pekerjaan pelajar dan wiraswasta (37.3%), suku bangsa Jawa (45.8%), bangkitan kejang umum (55.9%), penggunaan Obat Anti Epilepsi (OAE) golongan fenitoin (50.8%), dan pasien epilepsi idiopatik (86.4%). Dari seluruh yang didapatkan bahwa frekuensi penderita epilepsi paling banyak di usia dewasa awal, laki-laki, pekerjaan wiraswasta dan mahasiswa, suku bangsa Jawa, jenis bangkitan umum, OAE fenitoin, dan etiologi idiopatik.