Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

The Ribbon Tailed : Analogi Burung Astrapia Ekor Pita dalam Busana Feminim Elegan Apriliyani, Christy Wahyu; Pebryani, Nyoman Dewi; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 2 No. 2 (2022): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v2i2.1769

Abstract

“The Ribbon Tailed” adalah judul koleksi busana bertemakan Diversity of Indonesia yang terinspirasi dari fauna endemic Papua yang memadukan look elegant dengan sentuhan feminim. Koleksi ini merupakan jenis busana ready to wear deluxe dan semi couture. Penciptaan koleksi The Ribbon Tailed menggunakan delapan tahapan yang bertajuk “Frangipani”, Tahapan – tahapan rahasia dari Seni FashionArt. Ide pemantik ini diimplementasikan melalui gaya ungkap analogi yang akan diuraikan pada teori keyword berupa Batik Sentani Papua, Jambul, Bulu, Gradasi, dan Pita. Keyword tersebut kemudian diolah sedemikian rupa dan diaplikasikan pada koleksi busana dengan teori estetika mencakup prinsip desain dan elemen desain yang tampak dari desain busana, detail dan pemilihan bahan sehingga terbentuk nilai keindahan dalam koleksi busana ini. Adapun warna yang dipilih merupakan warna – warna yang berkaitan dengan konsep selat Bali yaitu transisi perpaduan warna bergradasi yang lebih dominan dengan warna hitam. Melalui perpaduan material utama, yaitu Maxmara, Tile, Sifon. Proses pengerjaan koleksi The Ribbon Tailed terdapat pada kain – kain yang dibentuk dengan teknik drapping dan lukis prada sehingga menambah nilai estetika busana.
Belida’s Knife Back Is Beautiful : Analogi Ikan Belida dalam Busana Feminine Elegant Nariasih, Kadek Ayu; Radiawan, I Made; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 2 No. 2 (2022): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v2i2.1776

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan busana bergaya feminine elegant yang terinspirasi dari Ikan Belida endemik dari pulau Jawa, pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan namun dalam tugas akhir ini penulis mengambil ikan Belida endemik khas dari pulau Sumatera. Ikan Belida memiliki bentuk tubuh yang menjadi keistimewaannya terletak pada dibagian punggung yang berbentuk seperti punggung pisau dan memiliki bibir monyong dan memiliki warna yang sangat elegan yaitu warna silver dan hitam, dulu ikan ini dijadikan bahan utama pembuatan pempek, namun sekarang sudah tidak lagi dikarenakan mulai punahnya ikan tersebut. Oleh karena itu, penulis mengambil ide pemantik ikan Belida dikarenakan keistimewaan yang dimiliki ikan ini dan dikarenakan mulai punahnya ikan ini, penulis berharap dengan diangkatnya ikan tersebut menjadi ide pemantik dalam karya busana ready to wear deluxe dan semi couture dapat membuat masyarakat tau dengan keberadaan ikan tersebut. Dengan menggunakan tehnik surface design yang merupakan jati diri dari tempat magang yaitu Agung Bali Collection kedalam karya tugas akhir. penulis menciptakan brand yang bernama ‘K A N’ . Metode penciptaan yang digunakan adalah Analogi dan Frangipani. Frangipani adalah delapan tahapan penciptaan meliputi design brief, research and sourching, design development, sampel, prototype, dummy, final collection, promoting, branding, sale, production, dan the business
Bunga Kibut: Beauty of Corpse Flower Handayani, Luh Meri; Radiawan, I Made; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 2 No. 2 (2022): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v2i2.1796

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan busana bergaya feminime romantic yang terinspirasi dari Bunga Bangkai Raksasa/Bunga Kibut yang habitatnya pada saat ini banyak di temukan di hutan Sumatera. Kibut atau bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa, Amorphophallus titanum merupakan tumbuhan dari suku talas- talasan endemik dari Sumatra, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga endemik dari Sumatra) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Kibut disebut juga bunga bangkai dikarenakan bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat untuk menyerbuki bunganya. Kibut sering dipertukarkan dengan padma raksasa atau Rafflesia Arnoldii. Jenis - jenis Amorphophallus juga dapat dijumpai pada hutan hujan tropis. Bunga Kibut dipilih sebagai ide pematik dalam penciptaan karya busana ready to wear dan semi haute couture yang diimplementasikan dengan gaya ungkap analogi berdasakan 5 kata kunci terpilih yaitu: Sumatera, mekar, biji, burung rangkong dan kerut. Penciptaan kedua busana ini menggunakan metode dari Dr. Tjok Istri Ratna C.S., S.Sn., M.Si yaitu “FRANGIPANI” dengan delapan tahapan penciptaan meliputi Design Brief, Research and Sourcing, Design Development, Sample, Prototype, Final Collection Promoting, Branding, Sale, Production Businnes. Hasil penciptaan ini nantinya diharapkan menambah refrensi kepustakaan mengenai ilmu fashion dengan teori Bunga Bangkai/Bunga Kibut.
“Kama Thani” Studi Kasus Busana Semi Haute Couture Dan Deluxe Di Pertenunan Astiti Virgyan Yustianti, Ni Putu Nanda; Radiawan, I Made; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 2 No. 2 (2022): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v2i2.1798

Abstract

Barong Landung merupakan warisan budaya leluhur Bali yang sangat unik, Barong Landung muncul dari sebuah urband legend Dalem Balingkang yang berasal dari daerah Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Kisah Barong Landung tidak lain merupakan akulturasi budaya yang terjadi di masa lampau saat para pedagang negeri China datang ke pulau Bali untuk berdagang. Hal ini tentunya menjadi warisan budaya yang patut untuk dilestarikan dan patut untuk diceritakan kepada masyarakat luas. Maka dari itu perlu adanya media pengenalan yang menarik menganai kisah ini agar masyarakat tergugah untuk mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada kisah Barong Landung. Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), ISI Denpasar mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan magang di salah satu perusahaan mitra yang telah memiliki kerjasama dengan kampus ISI Denpasar, dan penulis memilih untuk melaksanakan kegiatan magang di Pertenunan Astiti, Klungkung. Pelestarian mengenai urband legend Dalem Balingkang ini dilakukan dengan upaya membuat kain endek tradisional Bali bermotif Barong Landung, yang nantinya kain endek ini akan dijadikan karya busana RTW dan Semi Couture. Keseluruhan busana melewati proses kreatif monumental tekstil dan tahapan proses desain fashion bertajuk “FRANGIPANI”, The Secret Steps of Art Fashion (Frangipani, Tahapan-Tahapan Rahasia dari Seni Fashion) oleh Ratna Cora. Tahapan proses desain fashion FRANGIPANI ini meliputi 10 tahapan yang memberikan tahapan sistematis dalam mengembangkan sumber ide Barong Landung ke dalam karya busana RTWD dan Semi Couture.
Amerta: Ucapan Syukur Suku Tengger Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Fesyen Dinata, I Gusti Agung Ayu Diva; Arimbawa, I Made Gede; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 1 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v3i1.2232

Abstract

Penciptaan karya fesyen merupakan suatu aktivitas kompleks yang di dalamnya melalui beberapa tahap, seperti eksplorasi ide untuk memperoleh sumber inspirasi dalam penciptaan karya. Kasada merupakan salah satu intangible heritage berupa tradisi melarungkan sesajen ke kawah Gunung Bromo yang dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger. Kasada merupakan peristiwa unik yang masih eksis, dilakukan sebagai simbol rasa syukur dan doa agar Gunung Bromo selalu memberi kedamaian dan hasil bumi yang berlimpah. Kasada dipilih sebagai ide pemantik dalam penciptaan karya fesyen ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture dengan menggunakan trend fesyen 2023/2024 Rural dan style quirky bohemian dalam gaya ungkap metafora yang didasari dengan kata kunci terpilih, didukung dengan metode penciptaan Frangipani dan konsep fesyen berkelanjutan. Koleksi busana ini diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan mengenai Kasada serta dapat memperkenalkan salah satu tradisi Nusantara kepada masyarakat sehingga budaya Nusantara tidak luput dari perhatian masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.
Naur Penempuh: Metafora Tradisi Mayah Penempuh Dalam Penciptaan Busana Art Off Beat Style Look Romantic Utami, Ni Luh Sri; Pebryani, Nyoman Dewi; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 1 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v3i1.2237

Abstract

Tulisan ini mendeskripsikan busana bergaya art off beat romantic yang terinspirasi dari Tradisi Mayah Penempuh yang berasal dari Desa Suwug, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Tradisi Mayah Penempuh merupakan kelanjutan upacara setelah melakukan upacara pawiwahan yang dilakukan oleh pihak purusa setelah mampu dalam artian mampu segala hal baik mental dan material yang dilakukan secara turun temurun dan tidak dipaksakan oleh adat, tetapi memang sudah keyakinan dari masyarakat untuk membayar tradisi mayah penempuh. Tradisi Mayah Penempuh dipilih sebagai ide pemantik dalam penciptaan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture yang diimplementasikan dengan gaya ungkap metafora berdasarkan 5 kata kunci terpilih yaitu, melepas penderitaan, bersyukur, perempuan, menikah, pitra rna. Proses pembuatan busana ini menggunakan metode dari Dr. Tjok Istri Cora Sudharsana, S.Sn, M.Si yaitu “FRANGIPANI” yang terdiri dari 10, namu dalam penciptaan ini hanya menggunakan 8 tahapan penciptaan meliputi Design Brief, Research and Sourcing, Design Development, Sample, Prototype, Dummy, Final Collection Promoting, Branding, Sale, Production Businnes. Ide dari busana ini nantinya diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan mengenai Tradisi Mayah Penempuh. Serta nantinya busana ini dapat memperkenalkan tradisi Bali kepada masyarakat Indonesia sehingga tradisi Bali tetap lestari.
Matoa : Analogi Morfologi Buah Endemik Daerah Papua ‘Matoa’ Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana Berkolaborasi Dengan PT. Sangkara Indah Sejahtera Santini, Ni Kadek Dwika; Sudharsana, Tjok Istri Ratna Cora; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 1 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v3i1.2241

Abstract

Matoa merupakan tumbuhan endemik asal Papua yang tersebar hampir di seluruh daerah Papua, seperti jayapura, Wondoswaar-pulau Weoswar, Anjai Kebar, Warmare, Armina-Bintuni, Ransiki, Pami-Nuni (Manokwari), Samabusa-Nabire, serta pulau Yapen. Buah ini memiliki cita rasa yang manis dan unik, rasa buahnya seperti perpaduan lengkeng, rambutan, dan durian. Selain rasa buah yang unik dan manis, buah matoa memiliki banyak manfaat seperti dalam bidang kesehatan buah ini mengandung vitamin A, C, dan E. Oleh karena itu, penulis ingin memperkenalkan buah matoa kepada masyarakat luas melalui penciptaan busana chic look yang terinspirasi dari buah matoa. Dalam penciptaan busana chic look ini mempergunakan teori FRANGIPANI yaitu 8 tahapan penciptaan busana dan gaya ungkap analogi. Dari sepuluh metode tahapan FRANGIPANI hanya delapan metode penciptaan dijadikan sebagai landasan dalam penciptaan koleksi busana dengan ide pemantik matoa kedalam tiga jenis busana meliputi ready to wear busana pria, ready to wear deluxe busana wanita, dan semi couture busana wanita. Hasil dari penciptaan busana ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang fashion mengenai analogi morfologi buah matoa yang diimplementasikan ke dalam karya busana.
Brastatuti Sang Jubata Studi Kasus Busana Ready to Wear, Deluxe, dan Couture Karma Studio Noviantari, Putu Ayu; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 1 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v3i1.2244

Abstract

Tradisi Naik Dango merupakan tradisi perayaan panen padi Suku Dayak Kanayatn yang rutin dirayakan setiap bulan April pada setiap tahunnya. Naik Dango merupakan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta (Sang Jubata) atas berkah yang diberikan berupa hasil panen yang berlimpah. Tradisi naik dango ditandai dengan menyimpan seikat padi yang baru selesai dipanen di dalam dango (lumbung padi) oleh setiap kepala keluarga Suku Dayak yang bertani. Penciptaan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan couture ini diwujudkan dengan ide pemantik Tradisi Naik Dango dengan style exotic dramatic. Tradisi Naik Dango diwujudkan dalam bentuk analogi dalam sebuah karya dengan kata kunci yang terpilih. Metode penciptaan yang digunakan yaitu terdiri dari delapan tahapan penciptaan “Frangipani” Desain Fashion dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016 meliputi design brief, research and sourching, analizing art fashion, narrating art fashion, giving a soul, interpreting art fashion, promoting branding, affirmation branding, navigating art fashion, production business. Ide dari busana ini nantinya diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan mengenai Tradisi Naik Dango. Serta nantinya busana ini dapat memperkenalkan tradisi nusantara kepada masyarakat Indonesia sehingga tradisi nusantara Indonesia tetap lestari.
Ufti Segara: Analogi Larung Sembonyo Dalam Busana Bergaya Sporty Casual Purwadani, Kadek Anjani Putri; Pebryani, Nyoman Dewi; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 2 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sedekah laut merupakan budaya masyarakat indonesia khususnya masyarakat yang memiliki penghasilan dari laut seperti nelayan salah satunya. Masyarakat daerah teluk Prigi memiliki tradisi sedekah laut yang diberi nama Larung Sembonyo. Tradisi Larung Sembonyo dilakukan oleh masyarakat daerah teluk tersebut sebagai wujud rasa syukur terhadap hasil laut yang telah di berikan dan sebagai pengingat akan leluhur mereka yang dimana saat masa Kerajaan Mataram melakukan perluasan daerah sepanjang pulau jawa. Larung Sembonyo merupakan ide pemantik dari koleksi busana yang berjudul “Ufti Segara”. Ufti Segara memiliki arti “Persembahan yang diberikan atau diperuntukkan kepada laut”. Perancangan desain busana memerlukan tahapan sistematis agar busana yang dihasilkan dapat terwujud sesuai dengan ide maupun konsep yang telah ditentukan. “FRANGIPANI”, The Secret Steps of Art Fashion (Frangipani, Tahapan-Tahapan Rahasia dari Seni Fesyen) oleh Ratna Cora, merupakan salah satu tahapan dalam metode penciptaan karya busana. Pada penciptaan ini juga diuraikan tentang keterkaitan antara bentuk dan makna dalam busana Ready To Wear, Ready To Wear Deluxe dan Semi Couture dengan ide pemantik. Bentuk yang muncul pada koleksi ini tampak dalam siluet, permainan warna busana, dan aplikasi dari Textile Manipulating dengan teknik penggabungan. Sedangkan makna pada koleksi ini secara garis besar adalah perpaduan antara sumber ide dengan unsur tradisional dan unsur modern yang inovatif.
Rambu Solo: Upacara Adat Kematian Di Tana Toraja Sebagai Inspirasi Koleksi Busana Hoar Nahak, Esperanza Ayu Viana; Pebryani, Nyoman Dewi; Diantari, Ni Kadek Yuni
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 3 No. 2 (2023): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rambu solo merupakan upacara adat kematian tana toraja, Sulawesi selatan. Upacara ini tergolong unik karena berbeda dengan upacara adat pada umumnya. Upacara rambu solo memiliki rangkaian upacara lainnya yang wajib dilaksanakan agar dapat dikatakan sempurna. Upacara Rambu Solo dilakukan dengan tujuan menghormati serta menghantarkan roh ke Puya atau alam roh, jika kerabat belum bisa melakukan upacara ini maka jenazah akan dianggap sebagai orang yang hidup dalam keadaan sakit. Sehingga sangat wajar bagi masyarakat Toraja untuk berbincang atau menyuguhkan makanan kepada kerabatnya yang sudah meninggal jika belum melaksanakan upacara Rambu Solo. Keunikan upacara Rambu Solo ini menjadi sumber inspirasi penciptaan karya busana yang terdiri dari satu busana Ready to Wear, satu busana Ready to Wear Deluxe, dan satu busana Semi Couture, yang dibedah menggunakan pendekatan metafora dan diimplementasikan ke dalam gothic style. Penciptaan busana menggunakan tahapan proses desain fesyen dengan judul “FRANGIPANI” The Secret Steps of Art Fashion (Frangipani, Tahapan-Tahapan Rahasia dari Seni Fesyen) oleh Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana sebagai acuan. Proses desain fesyen FRANGIPANI ini memiliki sepuluh tahapan yang sistematis dalam mengembangkan sumber ide Rambu Solo. Hasil dari penciptaan busana ini, diharapkan dapat membuat masyarakat lebih mengenal keberagaman budaya Indonesia, terutama keunikan dari upacara Rambu Solo.