Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

IMPACT OF NURSERY USING DIFFERENT PHYSICAL FILTRATION SYSTEM ON HEMOLYMPH GLUCOSE LEVEL AND SURVIVAL RATE OF SPINY LOBSTER JUVENILE Panulirus homarus Ega Aditya Prama; Eddy Supriyono; Kukuh Nirmala; Kukuh Adiyana
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No. 2 (2017): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.072 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v9i2.19291

Abstract

The problems in culture of early juvenile phase of spiny lobster Panulirus homarus is low survival rate of the seed. One of strategies to improve production is using filtration system during nursery of spiny lobster. The aim of this study to evaluate differentation of physical filtration system on responsse stress and survival rate of juvenile P. homarus. Experimental design of this study consisted of four treatments and two replications. The treatments were using flow through system without protein skimmer and filter (K), filtration system with protein skimmer (SK), filtration system with top filter (F) and filtration system with combinations of protein skimmer and top filter (SKF). P. homarus with initial weight 0.18+0.01 g were cultured for 60 days with density 250 lobster/tank. During maintenance, P. homarus were fed trash fish with feeding rate 20% of body weight. Parameters of glucose hemolymph were evaluated to determine stress response. Stress response was determined at day 0, 6, 20 and 60. Parameters of survival rate were determined at the end of experiment. The result showed that the treatment of filtration system with combination of protein skimmer and top filter (SKF) decreased stress responsse by decreasing glucose hemolymph of juvenile P. homarus during maintenance. Survival rate also higher (P<0.05) in treatment SKF (33.2%) than other treatments. It is concluded that SKF was the best physical filtration system for juvenile period of spiny lobster P. homarus  Keywords: filtration system, glucose hemolymph, spiny lobster, survival rate
Pembenihan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalamus) Menggunakan Induksi Hormon HCG (Human Chrorionic Gonadotropin) Dan Ovaprim Di Dinas Kelautan Dan Perikanan Subang, Jawa Barat Wahyu Puji Astiyani; Ega Aditya Prama; Irvan Firmansyah; Jaziroh Rizky Wulandari
Samakia : Jurnal Ilmu Perikanan Vol 12 No 1 (2021): Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan
Publisher : Faculty of Science and Technology University Ibrahimy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.097 KB) | DOI: 10.35316/jsapi.v12i1.1083

Abstract

Pangasius sp. is a mainstay commodity in Indonesia. Economically Pangasius sp., is promising to be developed as an export commodity. Hatcheries of Pangasius sp. are carried out at the Marine and Fisheries Service Branch Subang. Data analysis in this research used quantitative descriptive analysis and qualitative descriptive analysis. The results of the research that Pangasius sp. can issue 323.500 eggs per broodstock with the egg weight released by each broodstock was 300 gr. The productivity of Pangasius sp. eggs can reach 5.176.000 eggs with Hatching Rate 99.6 %. The survival rate was 85 %. Analysis of the Pangasius sp. hatchery business after analyzing the R/C ratio resulted in a value of 2.9 where this business could provide a large income in a monthly cycle.
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Wahyu Puji Astiyani; Muhammad Akbarurrasyid; Ega Aditya Prama; Ivan Gian Revaldy
Marlin : Marine and Fisheries Science Technology Journal Vol 1, No 2 (2020): (Agustus, 2020)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/marlin.V1.I2.2020.91-96

Abstract

Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunannya. Daun kelor kaya akan nutrisi, diantaranya kalsium, zat besi, protein, vitamin A, vitamin B, dan vitamin C. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan 4 perlakuan yaitu perlakuan kontrol pakan pellet tanpa pemberian tepung daun kelor, perlakuan A pakan pellet dengan tambahan tepung daun kelor sebanyak 3%, perlakuan B pakan pellet dengan tambahan tepung daun kelor sebanyak 5% dan perlakuan C pakan pellet dengan tambahan tepung daun kelor sebanyak 7%. Parameter yang diukur adalah pertumbuhan pada benih ikan Nila. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tepung daun kelor 7% yang di campur dengan pakan pellet memperoleh nilai tertinggi pada tingkat laju pertumbuhan spesifik yaitu 0,12% dengan berat rata-rata 3,16 gram dan terendah pada pakan kontrol yaitu 0,09% dengan berat rata-rata 2,28 gram. Pada tingkat kelangsungan hidup, penambahan tepung daun kelor 7% pada pellet memperoleh nilai tertinggi dengan kelangsungan hidup 100%. Penggunaan tepung daun kelor sebanyak 7% yang di campur pada pakan pellet merupakan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila. Hasil uji sidik ragam (ANOVA) menunjukkan hasil pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kelor berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan nila (Fhit > Ftabel) pada taraf 5%.
Pengaruh Dosis Ekstrak Daun Jeruju (Acanthus ilicifious) Pada Pakan terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Wahyu Puji Astiyani; Muhammad Akbarurrasyid; Ega Aditya Prama; Andri Iskandar; Galang Pandji Kurniawan
Journal of Marine Research Vol 11, No 1 (2022): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v11i1.32334

Abstract

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan konsumsi yang masih banyak di gemari oleh masyarakat. Produksi ikan nila saat ini terus dikembangkan guna untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya. Ikan nila mempunyai keunggulan antara lain pertumbuhan yang cepat, toleran terhadap lingkungan dan tahan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun jeruju yang diberikan pada pakan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan nila. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran dengan 4 perlakuan 3 kali ulangan dan menggunakan 20 ekor ikan pada setiap ulangan perlakuan. Perlakuan A 50 ml ekstrak daun jeruju + 1kg pelet ikan, Perlakuan B 100 ml ekstrak daun jeruju + 1kg pelet ikan ,Perlakuan C 150 ml ekstrak daun jeruju  + 1kg pelet ikan dan (K) kontrol (tanpa pemberian ekstrak daun jeruju). Parameter yang diamati antara lain SGR (Spesific Growth Rate), pertumbuhan panjang mutlak, dan kelangsungan hidup (SR). Hasil penelitian menunjukan ekstrak daun jeruju memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan spesifik (SGR) ikan nila, pertumbuhan panjang mutlak dan SR ikan nila. Laju pertumbuhan spesifik tertinggi terjadi pada perlakuan C yaitu dengan dosis pemberian ekstrak daun jeruju 150 ml pada pelet ikan sebesar 0,16%, diikuti dengan panjang mutlak sebesar 2,42 cm dan Survival Rate 75%. Tilapia (Oreochromis niloticus) is a edible fish that many people still favorite. Tilapia production is currently being developed to increase aquaculture production. Tilapia has advantages such as rapid growth, environmental tolerance and disease resistance. This study aims to determine the effect of jeruju leaf extract given to feed to increase the growth of tilapia. This study was conducted in the wet laboratory of Pangandaran Marine and Fisheries Polytechnic with 4 treatments and 3 replications and with 20 fish in each treatment replication. Treatment A 50 ml jeruju leaf extract +1 kg fish pellets, Treatment B 100 ml jeruju leaf extract +1 kg fish pellets, Treatment C 150 ml jeruju leaf extract +1 kg fish pellets and (K) control (without administering jeruju leaf extract). The parameters observed were SGR (specific growth rate), absolute height growth and survival (SR). The results showed that jeruju leaf extract had an effect on the specific growth (SGR) of tilapia, absolute height growth and SR of tilapia. The highest specific growth rate occurred with treatment C with a 150 ml dose of jeruju leaf extract on fish pellets of 0.16%, followed by an absolute length of 2.42 cm and an Survival Rate of 75%.
Pengaruh Pemberian Larutan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Cupang (Betta splendens) Vini Taru Febriani Prajayati; Ega Aditya Prama; Muhammad Akbarurrasyid; Irpan Mustakim
Jurnal Salamata Vol 4, No 1 (2022): Juni
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.776 KB) | DOI: 10.15578/salamata.v4i1.11429

Abstract

Ikan hias merupakan ikan yang mempunyai bentuk dan warna yang indah dan menarik. Secang adalah tanaman berkayu yang biasa dimanfaatkan bagian batangnya, tanaman secang ini dapat dijumpai diseluruh nusantara. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian larutan kayu secang pada benih ikan cupang yang diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan cupang. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan didapatkan bahwa pada perlakuan B (2 ml/l larutan kayu secang) memiliki pertumbuhan panjang mutlak paling tinggi yaitu 3,55 cm. Tingkat kelangsungan hidup benih ikan cupang didapatkan bahwa nilai kelangsungan hidup paling tinggi 89,3%  pada perlakuan A (1 ml/l larutan kayu secang). Penambahan larutan kayu secang pada kolam pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan cupang dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan cupang (Betta splendens).
NILAI PARAMETER KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus) Astiyani, Wahyu Puji; Humaira, Fatma; Febriani, Vini Taru; Akbarurrasyid, Muhammad; Prama, Ega Aditya
Jurnal Salamata Vol 6, No 1 (2024): Juni
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/salamata.v6i1.13647

Abstract

Kualitas air merupakan salah satu indikator yang sangat mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan lobster. Sumber air merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam pemeliharaan lobster air tawar (Cherax quaricarinatus) karena untuk memelihara lobster air tawar memerlukan air yang cukup, serta  air  yang digunakan harus berkualitas baik sehingga pertumbuhan lobster menjadi lebih cepat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai parameter kualitas air pada pemeliharaan lobster air tawar (Cherax quaricarinatus). Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengukur parameter kualitas air yang meliputi suhu, derajat keasaman (pH), Dissolved Oxygen (DO), amoniak dan total alkalinitas. Nilai rata-rata parameter kualitas air pada tandon meliputi suhu dengan nilai 26-28°C; pH dengan nilai 6-7 ppm; DO dengan nilai 3,3-6,8 ppm; amoniak dengan nilai 0; dan total alkalinitas dengan nilai 297,4-310,6 ppm. Nilai rata-rata parameter kualitas air pada kolam pemeliharaan meliputi suhu dengan nilai 26-32°C; pH dengan nilai 6,5-8,4 ppm; DO dengan nilai 57,4 ppm; amoniak dengan nilai 0.01 ppm; dan total alkalinitas dengan nilai 304,2-339,6 ppm. Nilai rata-rata pada kolam IPAL meliputi suhu 26,4-29,4°C; pH dengan nilai 7,4-8 ppm; DO dengan nilai 5,3-7,6 ppm; amoniak dengan nilai 0.01 ppm; dan total alkalinitas 332,971-351,6 ppm.
PEMANFAATAN SILASE DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP EFISIENSI NUTRIEN DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Muhammad Akbarurrasyid; Vini Taru Febriani Prajayati; Achmad Sofian; Dinno Sudinno; Ega Aditya Prama; Wahyu Puji Astiyani; Indra Kristiana
Jurnal Perikanan Unram Vol 13 No 2 (2023): JURNAL PERIKANAN
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jp.v13i2.539

Abstract

Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan bahan baku lokal yang memiliki kandungan protein nabati sebesar 21,49% sehingga dapat dijadikan alternatif dalam penyusunan formulasi pakan buatan. Potensi penggunaan daun kelor sebagai bahan baku dalam formulasi pakan dapat dilakukan dalam bentuk silase. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaan dan persentase silase daun kelor dalam formulasi pakan terhadap efisiensi nutrient dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian dilakasana dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Penelitian dilakukan dengan mengindetifiksi potensi silase daun kelor, persiapan pakan perlakuan dan uji biologi terkait efesiensi nutrient dan pertumbuhan ikan nila. Hasil penelitian menunjukan pemanfaatan silase daun kelor memiliki potensi yang sama seperti pakan komersial terhadap efisiensi nutrient dan pertumbuhan ikan nila. Nilai efisiensi nutrient tidak menunjukan perbedaan signifikan antara pakan formulasi silase dan tanpa silase daun terhadap rasio konversi pakan dan retensi energi (P>0.05), sebaliknya mengalami perbedaan signifikan terhadap rasio efisiensi protein (P<0.05). Pertumbuhan ikan nila yang diperoleh tidak menunjukan perbedaan signifikan antara formulasi silase dan tanpa formulasi terhadap pertumbuhan bobot mutlak, Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) dan tingkat kelangsungan hidup (P>0.05), hal ini menujukan bahwa kualitas pakan formulasi silase sama dengan pakan tanpa formulasi tapi memiliki tingkat rasio efisiensi protein yang rendah.  
Growth and Business Analysis of Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei) at Pangandaran, West Java Astiyani, Wahyu Puji; Sofian, Achmad; Novitasari, Erina; Prama, Ega Aditya; Akbarurrasyid, Muhammad; Sudinno, Dinno
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 2 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i2.2205

Abstract

The purpose of this study was to determine the enlargement technique and feasibility analysis of the Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei ) enlargement in CV. Rido Sejahtera shrimp ponds. The white shrimp rearing technique used a semi-intensive system with a stocking density of 75.52 tails/m2 and a pond area of 4,154 m2. Technical analysis produced indicators of several growth factors. These factors are an average body weight, daily growth, biomass, size, survival weight and feed conversion ratio. Based on our results, the average body weight was measured to be 31,65 gram/tail while the average Daily Growth, was recorded at 0,14 gram/day,. Biomass was recorded to be 6.290 kg or 15,14 ton/ha while the size was measured to be 31,6. Our results also yield a 75% survival rate while the Feed Conversion Ratio was recorded to be at 1,39. Based on our finding from a one year financial analysis, we concluded that the product indicators of investment costs would be Rp.307.695.400. Production costs would be around Rp.507.271.347 while revenues are around Rp.1.083.800.300. Based on these findings we concluded that profits Rp. 576.078.953, BEP production volume 3.059 kg, BEP production prices Rp. 40.359, B /C ratio 1.13, and payback period 0.53 years .The results of the study based on financial analysis concluded that the Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei) enlargement financial was feasible to operated, because it was profitable and the B/C ratio value was >1.
The Potential of Biostimulants to Enhance the Growth of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta) Propagules Fadilah, Siti; Septiana, Shinta; sumiarsih, Sumiarsih; Wulan, Dyah Retno; khaerudin, Khaerudin; Prama, Ega Aditya; Putri, Lala Priyantika Adinda
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 9, No 1 (2025): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v9i1.25348

Abstract

Kappaphycus alvarezii is a globally significant tropical red seaweed renowned for its carrageenan content. While tissue culture is a valuable technique for enhancing seedling quality and stress resilience in vegetative propagation, it is time-consuming and costly. Biostimulants have demonstrated the potential to enhance plant growth. This study aimed to evaluate the potential of biostimulants in enhancing the growth of K. alvarezii propagules. Three different biostimulant products were tested: biostimulant A (amino acid-based), biostimulant B (bacteria-based), and biostimulant C (seaweed extract-based). Each biostimulant was applied at two different concentrations and compared to a negative control and a positive control. Artificial seawater enriched with PES and supplemented with biostimulants according to the treatment was used as the growth medium. Growth of K. alvarezii propagules was monitored weekly, with the primary parameters being propagule weight and specific growth rate. Growth medium quality was assessed by in situ pH measurements and ex situ nitrate and phosphate analyses. Fermented biostimulants negatively impacted growth by reducing the pH of the culture medium, while biostimulant B (photosynthetic bacteria) maintained a near-neutral pH and showed the most promising results, with treatment B2 displaying stable growth and treatment B1 achieving the highest specific growth rate at week 6. Though treatments A1 and A2 showed higher nitrate and phosphate concentrations, these did not correlate with improved growth, likely due to the low pH. While these findings suggest the potential of photosynthetic bacteria for K. alvarezii growth, further research is necessary to fully understand the underlying mechanisms and to develop strategies to overcome the limitations associated with the acidic nature of fermented biostimulants.
Spatial Variability of Water and Sediment Quality in Pond Outlet: Implications for Coastal Ecosystems in Mangrove Areas, Pasuruan, East Java Rizky, Putri Nurhanida; Halim, Atika Marisa; Nisa, Andina Chairun; Prama, Ega Aditya; Ulfauza; Oktahimawan, Muhammad Khusni
HAYATI Journal of Biosciences Vol. 32 No. 5 (2025): September 2025
Publisher : Bogor Agricultural University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4308/hjb.32.5.1313-1323

Abstract

Aquaculture expansion in Pasuruan's coastal areas raises concerns about water and sediment pollution, but the spatial variability and magnitude of these impacts remain insufficiently quantified. This study aimed to assess the water and sediment quality at pond outlets across different aquaculture systems. Samples were collected from seven intensive (high-input shrimp farming), traditional (low-input, extensive ponds), and silvofishery (integrated aquaculture with mangroves) aquaculture farms from July to September 2024, coinciding with peak farming activity. Water and sediment samples were collected from seven farms and analyzed for chemical parameters, organic matter content, and redox potential. Results of the current research record extensive spatial and temporal heterogeneity that is driven by aquaculture management and external events like the WSSV epizootic in August 2024. Ammonia concentrations increased dramatically at stations within intensive vannamei shrimp farms (5.5 mg/L), while downstream stations exhibited natural dilution and mitigation by mangroves. Sediment quality analysis demonstrated a reducing condition with redox potential values from as low as -100 mV and SOM concentrations as high as 23%. Correlation analysis highlighted intensive farming systems as the main drivers of water and sediment degradation, with mangrove belts demonstrating resistance through nutrient adsorption and filtration with COD, TSS, and organic matter as primary pollution contributors. These findings emphasize the urgent need for adopting sustainable practices, such as polyculture systems, reduced feed input strategies, the implementation of constructed wetlands, and enhanced mangrove rehabilitation around aquaculture zones, to minimize environmental impacts and preserve coastal ecosystem health.