Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

GAMBARAN TEKANAN DARAH SISTOLIK, TEKANAN DARAH DIASTOLIK, TINGKAT HIPERTENSI, SERTA NILAI FECAL INCONTINENCE SEVERITY INDEX PADA KELOMPOK LANJUT USIA Sutanto, Hari; Firmansyah, Yohanes; Satyanagara, William Gilbert; Kurniawan, Joshua; Yogie, Giovanno Sebastian; Destra, Edwin
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v3i1.25903

Abstract

Fecal incontinence is a common problem faced by adults, which can cause psychosocial distress. Many risk factors, including patient’s comorbidities such as hypertension, increase the risk of fecal incontinence. The purpose of this study is to investigate the relationship between blood pressure, hypertension levels, and FISI in the elderly patients. This research is a cross-sectional study that conducted at Santa Anna nursing resident from June-July 2023. The sampling method used was total sampling. There were 60 respondents who met the criteria, which were dominated by women as many as 40 (66.7%). On the scatter plot, it was found that systolic blood pressure of 160mmHg and diastolic blood pressure of 100mmHg produced a liner consistency value with the severity of fecal incontinence. Hence health workers need to assess patients thoroughly, especially comorbidities when dealing with elderly people with fecal incontinence, to ensure a well-maintained quality of life for the patient.
Korelasi antara Fecal Incontinence Severity Index (FISI) dengan International Consultant Incontinence Questionnaire – Urine Incontinence Short Form (ICIQ-UISF) pada Kelompok Lanjut Usia Septrisya, Shiera; Firmansyah, Yohanes; Destra, Edwin; Yogie, Giovanno Sebastian; Kurniawan, Joshua; Satyanagara, William Gilbert
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 3 No. 1 (2023): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v3i1.26070

Abstract

Seiring dengan berjalannya waktu, populasi lanjut usia semakin bertambah. Inkontinensia urin dan fekal pada lanjut usia bukanlah hal yang dapat dipandang sebelah mata, dimana terdapat berbagai dampak buruk pada individu yang terkena, terutama pada lanjut usia yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup pada lanjut usia. Mengetahui hubungan dari inkontinensia urin dan inkontinensia fekal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pada lanjut usia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain penelitian potong lintang. Sampel pada penelitian ini adalah lansia dari Panti Santa Anna yang memenuhi kriteria, yang diperoleh menggunakan metode total sampling. Instrumen yang digunakan adalah Fecal Incontinence Severity Index (FISI) untuk menilai inkontinensia fekal dan International Consultant Incontinence Questionnaire - Urine Incontinence Short Form (ICIQ-UISF) untuk menilai inkontinensia urin. Analisis korelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode korelasi Pearson atau korelasi Spearman. Didapatkan 60 responden dengan dominasi rentang usia 75 – 90 tahun (56,7%) dan jenis kelamin perempuan (66,7%). Didapatkan nilai median skor FISI dan ICIQUISF berturut-turut adalah sebesar 10 dan 0 poin. Terdapat korelasi kuat yang bermakna antara nilai FISI dengan nilai ICIQ-UISF (r-correlation = 0,603; p-value = < 0,001). Terdapat korelasi kuat antara inkontinensia urin dan inkontinensia fekal pada kelompok lansia, dimana semakin berat inkontinensia fekal yang di alami pasien, semakin berat inkontinensia urin yang akan dialami. Sehingga diperlukan penanganan yang sesuai untuk menangani inkontinensia fekal dan urin supaya kualitas hidup lanjut usia tetap terjaga.
PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DERAJAT SPONDILOLISTESIS BERDASARKAN DERAJAT MEYERDING DI RUMAH SAKIT SUMBER WARAS TAHUN 2024 Yogie, Giovanno Sebastian; Jeri; Santoso, Alexander Halim
Ebers Papyrus Vol. 31 No. 1 (2025): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v31i1.33866

Abstract

Pendahuluan: Spondilolistesis merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh pergeseran tulang vertebra satu terhadap tulang vertebra lainnya. Walaupun spondilolistesis memiliki angka mortalitas yang rendah, namun morbiditas yang dihasilkan cukup tinggi. Beberapa penelitian menyatakan ada hubungan obesitas terhadap spondilolistesis. Tujuan: Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh IMT dengan derajat spondilolistesis berdasarkan derajat Meyerding. Lebih lanjut menilai perbedaan rerata IMT antar derajat spondilolistesis. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif dengan desain potong-lintang. Responden penelitian ini adalah penderita spondilolistesis berdasarkan foto konvensional lumbal proyeksi lateral posisi erect selama tahun 2024 dan telah divalidasi oleh Dokter Spesialis Radiologi, berusia lebih dari 18 tahun, serta memenuhi kriteria inklusi. Data yang didapat dilakukan klasifikasi IMT berdasarkan Asia Pasifik dan Meyering untuk spondilolistesis. Analisis data menggunakan uji Anova bila sebaran data numerik diasumsikan normal, kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc Boferroni. Hasil: Didapat 162 responden, 127 responden (78.4%) perempuan, 102 responden (63%) mengalami spondilolistesis derajat 2, 56 responden (34.6%) mengalami obesitas derajat 1. Rata-rata usia responden 62.79 tahun dan rata-rata IMT 25.05 kg/m2. Berdasarkan hasil uji analisis menggunakan one-way Anova yang dilanjutkan dengan uji post hoc Boferroni terdapat pengaruh IMT dengan derajat spondylolisthesis (p < 0.001). Didapat perbedaan rerata terbesar IMT antara derajat I dan III spondilolistesis, yaitu 7.61 kg/m2. Kesimpulan: Terdapat pengaruh signifikan antara obesitas dengan derajat spondilolistesis berdasarkan Meyerding. Disarankan untuk mengurangi berat badan dengan cara meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi kebiasaan sedantari, mengurangi asupan lemak dan kalori, meningkatkan asupan serat, menjaga durasi tidur dan mood yang baik, dan farmakologi bila diperlukan agar mencegah perkembangan spondilolistesis lebih lanjut.
PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH DENGAN DERAJAT OSTEOARTRITIS GENU BERDASARKAN DERAJAT KELLGREN LAWRENCE DI RUMAH SAKIT SUMBER WARAS TAHUN 2024 Yogie, Giovanno Sebastian; Jeri; Santoso, Alexander Halim
Ebers Papyrus Vol. 31 No. 1 (2025): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v31i1.34831

Abstract

Pendahuluan: Osteoartritis ditandai dengan nyeri pada persendian dan hilangnya fungsi sendi. Tahun 2019, terdapat 528 juta orang mengalami osteoartritis diserluruh dunia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya osteoartritis termasuk IMT. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh indeks massa tubuh dengan derajat osteoartritis genu berdasarkan derajat Kellgren Lawrence. Selain itu, penelitian ini menilai perbedaan rerata IMT antar derajat osteoarthritis genu. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian retrospective dengan desain potong lintang. Responden penelitian ini adalah penderita osteoartritis genu dan melakukan pemeriksaan foto konvensional sendi genu posisi AP dan lateral yang telah divalidasi oleh Dokter Spesialis Radiologi selama tahun 2024, berusia 18 tahun keatas, dan memenuhi kriteria inklusi. Data kemudian diklasifikasi berdasarkan klasifikasi IMT dan Kellgren Lawrence. Data penelitian yang didapat kemudian olah dengan menggunakan aplikasi statistik dan dianalisa dengan uji one-way anova bila sebaran data normal. Kemudian dilanjutkan dengan uji post hoc Bonferroni. Hasil: Berdasarkan 197 responden, didapat responden perempuan 159 responden, dengan rerata usia 63.68 tahun. Didapat rata-rata IMT 25.76 kg/m2, sebanyak 75 responden (38.1%) mengalami obesitas derajat I, dan derajat osteoartritis genu terbanyak yaitu derajat 3, sebanyak 73 (36,5%). Hasil analisis didapat pengaruh signifikan IMT dengan derajat osteoartritis genu (p value <0.001). Didapatkan perbedaan rerata IMT terbesar antara derajat I dan IV, yaitu 10.07 kg/m2 Kesimpulan: Terdapat pengaruh signifikan IMT terhadap derajat osteoartritis berdasarkan derajat Kellgren Lawrence. Penelitian lebih lanjut dapat melakukan penelitian dengan analisis multifaktorial dengan faktor risiko lainnya dan penurunan risiko osteoartritis setelah pemberian intervensi upaya penurunan berat badan.
Efektivitas Terapi Kombinasi Microneedling dan Vitamin C Terhadap Perbaikan Parameter Kulit Wajah Tan, Sukmawati Tansil; Yogie, Giovanno Sebastian; Destra, Edwin; Afladhanti, Putri Mahirah; Sarijuwita, Alicia; Tamaro, Anggita
Jurnal Ners Vol. 8 No. 1 (2024): APRIL 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i1.22054

Abstract

UV rays can affect various skin physiology, including changes in skin thickness and skin color. Vitamin C acts as an antioxidant to reduce melanin and skin damage caused by the sun, but it requires a combination with other therapies to get optimal results. This research focuses on the effectiveness of microneedling with vitamin C against pigmentation and skin damage due to sun exposure. The design of this research is quasi experimental. Patients who have atrophic acne scars who meet the inclusion criteria and are treated at Sukma Cliniq Tangerang are the population in this study. The intervention in this study was microneedling with a mixture of 10% vitamin C serum to improve the skin (given when the intervention was carried out and used at home for 21 days). The intervention will be carried out on day 0 according to the procedure previously explained and measured again on day 42. The variable measurements in this study aim at the value of UV damage and skin pigmentation before and after the combination therapy. Results: There were 36 respondents who met the inclusion criteria for this study with an average age of 33.03 years and 69.4% of respondents were women. There were changes and improvements in roughness, porphyrin, and pigmentation parameters (p value <0.001), but there was no change in UV damage parameters (p value 0.500) both before and after the intervention. There were changes and improvements in roughness, porphyrin, and pigmentation parameters after microneedling and vitamin C therapy before and after 42 days of therapy. However, there are no changes and improvements to the UV damage parameters.
Profil Demografik, Hematologi, serta Gula Darah Sewaktu Pasien Ulkus Diabetik Pro Amputasi Baroto, Radian Tunjung; Firmansyah, Yohanes; Yogie, Giovanno Sebastian; Satyanegara, William Gilbert; Kurniawan, Joshua
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 10 (2023): Volume 3 Nomor 10 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i10.11346

Abstract

ABSTRACT Diabetes mellitus is a chronic metabolic disease. Diabetic Foot is one of the macrovascular complications of diabetic patients. Diabetic foot that is not handled properly will cause infection and will lead to amputation. To find out the demographic, hematologic, and blood sugar level profiles of patients with diabetic ulcer pro amputation. This study is an descriptive observational study done at RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang, Middle Java on July 2023. Data obtained through patients medical record. Samples in the study are patients diagnosed with diabetic ulcer pro amputation on period of July 2022 – June 2023. Technique used for gathering sample is total sampling method. The study found 21 respondents that fulfull the criteria, with more female respondents (52.4%), mean age of 55,67 (±10,21) years, 9 (42.9%) respondents have uncontrolled blood pressure, with mean systolic blood pressure of 134.62 (±30.63) and mean diastolic blood pressure of 77.43 (±16.80). All respondents have anemia (mean Hb = 8.57 ± 1.18) and leukocytosis (mean leukocyte = 24.39 ± 11.33 thousand). The blood sugar level in patients are uncontrolled with mean of 403.1 (±108.12) mg/dL. There are many factors that could affect diabetic ulcer. Extra attention for treatment of diabetic ulcer is necessary to prevent the need of amputation.Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ulkus diabetik. Penanganan ulkus diabetik memerlukan perhatian lebih untuk mencegah diperlukannya tindakan amputasi. Keywords: Amputation, Diabetes Melitus, Diabetic Ulcer  ABSTRAK Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang bersifat kronik. Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular yang dialami penderita diabetes. Kaki diabetes yang tidak diatasi dengan baik akan menyebabkan infeksi dan berujung pada amputasi. Mengetahui profil demografik, hematologik, dan kadar gula darah sewaktu pada pasien ulkus diabetes pro amputasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional yang dilaksanakan RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Semarang, Jawa Tengah pada bulan Juli 2023. Data diperoleh dari rekam medis pasien. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa ulkus diabetes dan pro amputasi pada periode Juli 2022 – Juni 2023. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini berupa total sampling. Pada penelitian didapatkan 21 responden yang memenuhi kriteria, dengan lebih banyak responden perempuan (52,4%), rerata usia 55,67 (±10,21) tahun, dan terdapat 9 (42,9%) responden memiliki tekanan darah tidak terkontrol, dengan rerata tekanan darah sistolik 134,62 (±30,63) dan rerata tekanan darah diastolik 77,43 (±16,80). Seluruh responden mengalami anemia (rerata Hb = 8,57 ± 1,18) dan leukositosis (rerata leukosit = 24,39 ± 11,33 ribu). Kadar gula sewaktu pada pasien tidak terkendali dengan rerata 403,1 (±108,12) mg/dL. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi ulkus diabetik. Penanganan ulkus diabetik memerlukan perhatian lebih untuk mencegah diperlukannya tindakan amputasi. Kata Kunci: Amputasi, Diabetes Melitus, Ulkus Diabetik
Korelasi Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Nilai Fecal Incontinence Severity Index (FISI) pada Kelompok Lanjut Usia Jeffrey, Jeffrey; Firmansyah, Yohanes; Kurniawan, Joshua; Satyanagara, William Gilbert; Yogie, Giovanno Sebastian; Destra, Edwin
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11402

Abstract

ABSTRACT Physiological changes occur to every organ systems along with age. Fecal incontinence (FI) is one of them. FI should not be underestimated. There are a lot of risk factors for FI in elderly, including age, obesity, gender, and comorbidities like dementia and diabetes melitus. High prevalence of FI and diabetes mellitus will affect clinical and managements in elderly care. To find out the correlation between blood sugar level and fecal incontinence severity index (FISI) score in elderly patients. This is an analytic study with cross sectional design. Samples are elderly patients in Santa Anna Nursing Home in July 2023 that met the criteria. Data obtained through questionnaire interview and blood examination. Statistical analysis used in the study are Pearson or Spearman correlation test. Data distribution is tested with Kolmogorov-Smirnov test. Level of significance in the study is 5%. There are 60 respondents with the mean age of 76,30 (±7,88) years, dominated by female (66,7%). High blood sugar level obtained in 11,7% of the respondents. There is a significant correlation between blood sugar level and FISI score (p-value = 0,041; r-correlation : 0,264). From the R square evaluation we found a value of 0.091, which indicates that 9.1% of FISI score is influenced by blood sugar level. There is a correlation between elevated blood sugar and fecal incontinence. Fecal incontinence in older adults requires attention due to its adverse impact on their quality of life. Keywords: Blood Sugar Level, Elderly, Fecal Incontinence  ABSTRAK Perubahan fisiologis terjadi pada seluruh sistem organ seiring dengan bertambahnya usia. Salah satu hal yang dapat terjadi pada lansia adalah fecal incontinence (FI). Hal ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Terdapat berbagai faktor risiko untuk FI pada lansia, termasuk bertambahnya usia, obesitas, jenis kelamin, dan berbagai jenis penyakit penyerta, seperti demensia dan diabetes melitus. Tingginya prevalensi FI dan diabetes melitus akan berdampak pada klinis dan manajemen perawatan lansia. Mengetahui korelasi kadar gula darah sewaktu dengan nilai fecal incontinence severity index (FISI) pada kelompok lanjut usia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel merupakan pasien lanjut usia di Panti Lansia Santa Anna pada Juli 2023 serta memenuhi kriteria. Data diperoleh melalui wawancara kuesioner dan pemeriksaan darah. Analisa statistik pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson atau korelasi Spearman. Distribusi data diperiksa menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Nilai kemaknaan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%. Didapatkan 60 responden dengan rerata usia adalah 76,30 (±7,88) tahun, yang didominasi jenis kelamin perempuan (66,7%). Kadar gula darah sewaktu yang tergolong tinggi didapatkan pada 11,7% responden. Terdapat korelasi yang bermakna antara kadar Gula Darah Sewaktu dengan nilai FISI (p-value = 0,041; r-correlation : 0,264). Penelusuran dari nilai R square didapatkan nilai sebesar 0,091, yang menunjukkan bahwa 9,1% nilai FISI dipengaruhi oleh kadar gula darah sewaktu. Terdapat korelasi antara peningkatan gula darah sewaktu dengan inkontinensia fekal. Inkontinensia fekal pada usia lanjut perlu mendapat perhatian karena dapat menurunkan kualitas hidup. Kata Kunci: Gula Darah Sewaktu, Fecal Incontinence, Lanjut Usia
Hubungan Gejala Kolesistolitiasis dengan Kejadian Gastritis dan Karakteristiknya Setiawan, Hardianto; Saputra, Rio; Firmansyah, Yohanes; Nathaniel, Fernando; Yogie, Giovanno Sebastian
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.11116

Abstract

ABSTRACT Cholecystolithiasis and gastritis are both very common conditions in the modern era, and they can occur together. The relationship between cholecystolithiasis and gastritis in terms of their characteristics and clinical implications is not yet fully understood. This study aims to determine the association between cholecystolithiasis symptoms and the occurrence of gastritis as observed through endoscopy, along with the analysis of their characteristics. This study employed a cross-sectional design with a total of 114 participants obtained from medical records of several hospitals in Jakarta from January 2020 to 2023. Data analysis was conducted using Pearson Chi-Square test with Yates Correction and Fisher's exact test to test the hypotheses. The results of the study showed no significant association between gender, H. pylori infection, and bile reflux with positive endoscopy results for gastritis in patients with cholecystolithiasis (p > 0.05). Clinical exploration revealed that male gender, H. pylori infection, and the presence of bile reflux symptoms did have a higher risk for positive endoscopy results [PR: 1.152 (0.996 - 1.333) vs. 1.169 (1.080 - 1.264) vs. 1.165 (1.078 - 1.258)]. There was a significant association between gastrointestinal symptoms and positive endoscopy results (PR: 1.802, p-value < 0.001). Abdominal pain obtained a 100% value for positive endoscopy results of gastritis in patients diagnosed with cholecystolithiasis. There is no significant association between gender, H. pylori infection, and bile reflux with the occurrence of gastritis in patients with cholecystolithiasis. However, there is a significant association between gastrointestinal symptoms and positive endoscopy results, with abdominal pain being the most strongly associated symptom.  Keywords : Cholecystolithiasis, Gastritis, Risk factors  ABSTRAK Kolesistolitiasis dan gastritis keduanya merupakan kondisi yang sangat umum di era modern dan kejadian tersebut dapat terjadi secara bersamaan. Hubungan antara kolesistolitiasis dengan gastritis ditinjau dari karakteristiknya serta implikasi klinisnya masih belum sepenuhnya dipahami. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gejala kolesistolitiasis dengan kejadian gastritis yang ditinjau dari endoskopi beserta analisis karakteristiknya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan total 114 partisipan yang diperoleh dari rekam medis dari beberapa rumah sakit di Jakarta periode januari 2020 hingga 2023. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Pearson Chi Square with Yates Correction dan Fisher Exact untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, infeksi H.pylori, dan bile reflux  dengan hasil endoskopi positif untuk gastritis pada pasien kolesistolitiasis (p > 0,05). Penelusuran secara klinis mengungkapkan bahwa jenis kelamin laki-laki, infeksi H. pylori dan adanya gejala bile reflux  memang memiliki risiko lebih tinggi untuk hasil endoskopi positif [PR: 1,152 (0,996 - 1,333) v.s 1,169 (1,080 - 1,264) v.s. 1,165 (1,078 - 1,258)]. Terdapat hubungan yang signifikan antara gejala gastrointestinal dengan hasil endoskopi yang positif (PR: 1,802, nilai p <0,001). Keluhan nyeri perut mendapatkan nilai 100% untuk hasil endoskopi positif gastritis pada pasien telah terdiagnosis kolesistolitiasis. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, infeksi h.pylori, dan bile reflux  dengan kejadian gastritis pada pasien kolesistolitiasis. Namun terdapat hubungan signifikan antara gejala gastrointestinal dengan hasil endoskopi yang positif, dimana keluhan nyeri perut memiliki kejadian yang paling kuat. Kata Kunci: Faktor Risiko, Gastritis, Kolesistolitiasis
Korelasi Kadar Gula Darah Sewaktu dengan Kadar Air dan Sebum Kulit di Rukun Warga (RW) 008 Kelurahan Cipondoh Yudhitiara, Novia; Tan, Sukmawati Tansil; Yogie, Giovanno Sebastian; Wijaya, Dean Ascha; Satyanegara, William Gilbert; Nathaniel, Fernando; Kurniawan, Joshua; Moniaga, Catharina Sagita; Firmansyah, Yohanes; Santoso, Alexander Halim; Mandalika, Astin; Soebrata, Linginda
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 11 (2023): Volume 3 Nomor 11 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i11.11607

Abstract

ABSTRACT Skin hydration is influenced by various factors. Blood glucose levels are also known to affect the protective function of the skin. This cross-sectional study aims to investigate the profile of skin hydration status and its correlation with blood glucose levels among subjects at RW 08 Cipondoh. Skin hydration status measurements were done using an Over The Counter (OTC) skin analyzer. Blood glucose levels were measured using Point of Care Testing (POCT) Out of 101 respondents, the average age was 51.38 years with 75.2% of the respondents were female. The mean blood glucose was 122.71 mg/dL. The mean oil and water hydration were 22.99% and 42.96%, respectively. The data showed a negative correlation between blood glucose and water hydration, with a correlation coefficient power of 0.319 significantly, and between blood glucose and oil hydration, with 0.236 significantly. This study concludes that higher blood glucose levels was associated with worse skin hydration status.  Keywords : Blood glucose, Hydration Status ABSTRAK Kelembaban kulit dipengaruhi oleh banyak faktor. Kadar gula darah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kelembaban kulit. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status hidrasi kulit dan korelasinya dengan kadar gula darah pada komunitas yang tinggal di RW 08 Cipondoh. Pengukuran status hidrasi kulit menggunakan alat Over The Counter (OTC) skin analyzer. Kadar gula darah diukur menggunakan Point of Care Testing (POCT). Dari 101 responden, rata-rata usia subjek penelitian adalah 51,38 tahun dengan 75,2% responden adalah perempuan. Rerata gula darah sewaktu (GDS) sebesar 122,71 mg/dL. Rerata hidrasi sebum dan air, masing-masing sebesar 22,99% dan 42,96%. Hasil uji statistik menunjukan hasil korelasi negatif antara GDS dengan hidrasi air sebesar 0,319 secara signifikan dan hidrasi sebum sebesar 0,236 secara signifikan. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi kadar gula darah, maka semakin menurun status hidrasi kulit seseorang. Kata Kunci: Kadar Gula Darah, Kadar Hidrasi
Gambaran Radiologi Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada Pasien Meningioma di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T Wongsonegoro Maryani, Luh Putu Endyah Santi; Nathaniel, Fernando; Wijaya, Dean Ascha; Firmansyah, Yohanes; Yogie, Giovanno Sebastian
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 9 (2023): Volume 3 Nomor 9 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v3i9.11232

Abstract

ABSTRACT Meningioma, the most prevalent tumor in central nervous system, can be thoroughly evaluated using contrast MRI. This cross-sectional study aimed to analyze radiological characteristics of meningioma patients who underwent contrast-enhanced head MRI at K.R.M.T Wongsonegoro Regional Hospital. The patients were selected based on total sampling criteria, using medical records data from January to June 2023. The study examined various variables such as primary and secondary meningioma lesions, lesion size, location, increased intracranial pressure, midline shift, infarction, cranial nerve defects, and sinusitis. Data were presented descriptively. Among 30 respondents, average age was 49.33 years, and majority were females (96.7%). Most common location for primary meningiomas was right parafalcine region (16.7%). Average dimensions of primary meningioma lesions in the anterior-posterior, lateral-lateral, and cranial-caudal directions were 4.93 cm, 4.51 cm, and 4.43 cm, respectively. Meningomatosis was the predominant imaging finding in 33.3% of respondents, while 26.7% had secondary meningioma lesions. On average, the midline shift was 5.54 mm, with 93.3% of respondents experiencing midline shift, most frequently towards left side (53.3%). Clinical and radiological reviews demonstrated that all patients had increased intracranial pressure (ICP), among them, 9.9% experienced incidents of infarction, 13.3% had defects in cranial nerve II, and 43.3% had maxillary sinusitis. The conclusion of this study is that the location of meningioma generally varies with typical symptoms in the form of a midline shift and an increase in ICP Keywords : Central Nervous System, Head Tumor, Meningioma, MRI  ABSTRAK Meningioma merupakan tumor sistem saraf pusat yang paling sering. MRI kontras mampu memberikan evaluasi cukup lengkap terhadap meningioma. Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiologi pasien meningioma yang menjalani pemeriksaan MRI kepala dengan kontras di Rumah Sakit Daerah K.R.M.T Wongsonegoro yang dipilih sesuai kriteria secara total sampling menggunakan data rekam medis pada periode waktu Januari 2023 sampai Juni 2023. Variabel dalam penelitian ini yaitu lesi meningioma primer dan sekunder, ukuran lesi meningioma, letak lesi meningioma, peningkatan tekanan intrakranial, midline shift, insiden infark, defek nervus kranial, dan sinusitis. Data disajikan dalam bentuk deskriptif. Dari 30 responden, rerata usia adalah 49,33 tahun dan didominasi oleh perempuan (96,7%). Lokasi meningioma primer umumnya di parafalcine kanan (16,7%), ukuran meningioma primer secara anterior-posterior, lateral-lateral, cranial-kaudal berturut-turut adalah 4,93 cm, 4,51 cm, dan 4,43 cm, dominasi gambaran meningioma adalah meningomatosis pada 33,3% responden, serta 26,7% responden memiliki lesi meningioma sekunder. Rerata midline shift sebesar 5,54 mm pada 93,3% responden dan umumnya bergeser ke sisi kiri (53,3%). Peninjauan dari segi klinis dan radiologi ditemukan bahwa seluruh pasien mengalami peningkatan tekanan intrakranial (TIK), terdapat 9,9% responden mengalami insiden infark, 13,3% responden mengalami defek pada nervus kranial II, dan 43,3% responden mengalami sinusitis maksilaris. Kesimpulan penelitian ini berupa letak meningioma umumnya bervariasi dengan gejala yang khas berupa midline shift dan peningkatan TIK Kata Kunci: Meningioma, MRI, Sistem Saraf Pusat, Tumor Otak