Penelitian ini mengeksplorasi peran wisata alam sebagai strategi regulasi emosi bagi individu dewasa muda yang merantau. Fase dewasa muda, yang sering ditandai dengan transisi penting dalam kehidupan, seperti pendidikan atau pekerjaan di luar daerah asal, membawa tantangan emosional yang signifikan, termasuk stres dan kesepian. Dalam konteks ini, wisata alam muncul sebagai salah satu cara efektif untuk mengelola tekanan emosional. Penelitian melibatkan 70 mahasiswa perantau berusia 18-25 tahun dengan pengalaman beragam dalam melakukan wisata alam. Data dikumpulkan melalui kuesioner daring berbentuk open-ended, dianalisis menggunakan metode open coding dengan perangkat lunak MAXQDA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas partisipan (32,34%) berhasil meregulasi emosi segera setelah pulang dari wisata alam, sementara 22,06% lainnya mengalami efek positif saat masih berada di lokasi wisata. Namun, variasi waktu ditemukan, dengan 13,24% partisipan membutuhkan lebih dari tiga hari untuk merasakan manfaat penuh. Tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan jenis kelamin dalam intensitas berwisata maupun cara memaknai wisata alam sebagai strategi regulasi emosi, yang menunjukkan inklusivitas efektivitas pendekatan ini. Studi ini menggarisbawahi pentingnya durasi dan desain kegiatan wisata untuk memastikan manfaat optimal tanpa menyebabkan kelelahan fisik. Penemuan ini memperkaya literatur tentang hubungan antara wisata alam dan kesejahteraan emosional, serta memberikan panduan praktis dalam pengembangan program wisata berbasis kesehatan mental bagi individu dewasa muda yang merantau.