Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

The Effect of Shading Conditions and Mowing Frequency on Plant Diversity, Productivity, Soil Nitrogen and Mineral, and Mineral Profiles of Dominant Forages of Grazing Pasture Visrialty, Isnatul; Ananta, Dwi; Suyitman, Suyitman; Khalil, Khalil
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 20 No 1 (2025)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.20.1.1-10

Abstract

The research aimed to study the effect of three different paddock management systems on nitrogen and mineral status of soil, plant diversity, and biomass production and to discuss the potential nutritional effects of macro mineral profiles of dominant forages on grazing cattle. The research was conducted in a Completely Randomized Design (CRD) 3x4, consisting of 3 paddocks as treatments and four plots as replicates. The pasture was divided into three paddocks based on shading conditions and mowing frequency: P1: unshaded by trees and rarely mowed; P2: unshaded but regularly mowed; and P3: shaded by numerous trees and never mowed. Each paddock was divided into four plots based on plant density, with plant and soil samples collected at 17 sampling points per plot. Measured parameters included botanical composition, dominant species, dry matter, and macro mineral concentration of calcium, sodium, phosphorus, sulfur, magnesium, and potassium in the soils and dominant forages. The grazing pasture was inhabited by around 110 native plant species, dominated by Imperata cylindrica (19.6%), Axonopus compressus (16.8%), Mimosa pudica (12.1%), Digitaria sanguinalis (10%), Elephantopus mollis (9.0%), and Euphorbia hirta (8.5%). Biomass production ranged from 110–135 kg/ha/day, with a carrying capacity of 2.5–3.0 AU/ha (significant at p<0.05). Different mowing frequency and shading conditions influenced soil nutrient concentrations, forage diversity, and productivity. Considering requirements for growing cattle, the dominant species had a favorable content in Mg, K, and S but was deficient in P, Na, and Ca. In conclusion, the grazing pasture was populated by diverse native forage plants, and the dominant species were poor in several essential minerals of P, Na, and Ca, which are most likely to limit cattle productivity.
Analisis Penambahan Feed Additive pada Pakan Terhadap Performa Puyuh Meidita, Fadilla; Hendrita, Vivi; Rahma, Nadia; Ananta, Dwi
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 27 No 2 (2025): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.27.2.93-103.2025

Abstract

Puyuh merupakan unggas penghasil telur bergizi tinggi dan terjangkau yang digemari masyarakat, namun tantangan budidayanya terletak pada efisiensi pakan dan performa produksi, sehingga penggunaan feed additive alami seperti daun kelor dan kunyit diharapkan dapat meningkatkan performanya secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung daun kelor dan tepung kunyit dalam ransum terhadap performa puyuh petelur. Sebanyak 180 ekor puyuh betina (Coturnix coturnix japonica) berumur enam minggu digunakan dalam penelitian ini yang dilaksanakan menggunakan metode feeding trial. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 × 3. Faktor A yaitu penggunaan dua taraf tepung daun kelor (0% dan 3%), dan faktor B merupakan penggunaan tiga taraf tepung kunyit (0%, 0,5%, dan 1%), masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Parameter yang diamati meliputi konsumsi ransum, produksi telur harian, konversi ransum dan persentasi mortalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan (P>0,05), baik secara tunggal maupun interaksi terhadap konsumsi ransum, produksi telur harian, konversi ransum dan persentase mortalitas Dengan demikian, penambahan tepung daun kelor dan tepung kunyit pada level tersebut aman digunakan, namun belum mampu meningkatkan performa produksi puyuh secara signifikan.
Efektivitas Ovsynch Protocol pada Kerbau Rawa dengan Paritas yang Berbeda Rahma, Nadia; Rahmi, Novadhila; Meidita, Fadilla; Ananta, Dwi; Amri, Fisma; Rahma, Annisa; Saragih, Beby Murba Ningsih; Gusri, Rahmat
Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 27 No 2 (2025): Jurnal Peternakan Indonesia
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jpi.27.2.104-114.2025

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi metode ovsynch protocol pada kerbau rawa dengan paritas yang berbeda. Sebanyak 18 ekor kerbau rawa betina dengan organ reproduksi sehat, normal dan tidak bunting digunakan dalam penelitian ini. Kerbau dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan paritas, yaitu kerbau dara (P0), kerbau paritas satu (P1) dan kerbau paritas dua (P2) masing-masing terdiri dari enam ekor. Sinkronisasi estrus dilakukan menggunakan metode ovsynch protocol dengan injeksi hormon GnRH pada hari ke-1 dan ke-9, serta hormon PGF2a pada hari ke-7. Inseminasi buatakan dilaksanakan pada hari ke-10. Parameter yang diamati meliputi persentase respons estrus, intensitas estrus, dan tanda-tanda klinis estrus. Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan enam ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh kelompok paritas memberikan respoms estrus sebesar 100%. Analisis ragam terhadap intensitas estrus tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok (P>0,05). Demikian pula tanda-tanda klinis estrus cenderung lebih baik pada kelompok P2, namun secara statistik juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ovsynch protocol efektif dalam menstimulasi estrus pada kerbau rawa terlepas dari perbedaan paritas.
Silage Formulation Based on Tithonia diversifolia and Panicum maximum: In Vitro Fermentation Evaluation for Tropical Feeding Systems Ananta, Dwi; Rahma, Nadia; Meidita, Fadilla; Pratama, Yudha Endra
Andalasian Livestock Vol. 2 No. 2 (2025): ALive
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/alive.v2.n2.p144-151.2025

Abstract

Ensuring year-round availability of high-quality forage is critical for improving the productivity of ruminant livestock, particularly under tropical climatic conditions where seasonal fluctuations frequently disrupt feed supply. This study evaluated the fermentative quality of silage produced from varying ratios of Tithonia diversifolia and Panicum maximum using an in vitro rumen fermentation system. A Completely Randomized Design (CRD) was applied with five treatment groups (T0 = 0% Tithonia, T1 = 25%, T2 = 50%, T3 = 75%, and T4 = 100%) and three replicates each. After a 21-day ensiling period, samples were assessed for pH, total gas production, ammonia nitrogen (NH₃-N), and volatile fatty acids (VFA) using fresh rumen fluid from slaughtered cattle as the inoculum. Results revealed that increasing the proportion of T. diversifolia enhanced fermentative activity, as indicated by higher total gas and VFA production, and lower pH values. Treatment T3 (75% Tithonia) showed the most favorable fermentative profile, with significantly higher gas and VFA yields and NH₃-N concentrations within the optimal range for microbial protein synthesis. Conversely, T4 (100% Tithonia) exhibited signs of fermentative inhibition, likely due to anti-nutritional factors such as tannins and saponins. In contrast, T0 (100% Panicum) demonstrated limited fermentability due to its high fiber and low soluble carbohydrate content. These findings suggest that a 75:25 ratio of Tithonia diversifolia to Panicum maximum optimizes rumen fermentation and may serve as a promising strategy for improving silage quality in tropical forage systems.
Pengaruh Rasio Campuran Silase Tithonia diversifolia dan Panicum maximum terhadap Kandungan Senyawa Antinutrisi: Asam Fitat, Tanin, dan Asam Oksalat: Effect of Tithonia diversifolia and Panicum maximum silage ratio on the content of antinutritional compounds: Phytic Acid, Tannins, and Oxalic Acid Ananta, Dwi; Meidita, Fadilla; Rahma, Nadia; Ramadhanti, Nurazizah; Pratama, Yudha Endra
Journal of Livestock and Animal Health Vol. 8 No. 2 (2025): August
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/jlah.v8i2.101

Abstract

Ketersediaan hijauan segar sebagai pakan ruminansia bersifat musiman, sehingga diperlukan teknologi pengawetan seperti silase untuk menjamin kontinuitas pakan. Tithonia diversifolia memiliki kandungan nutrisi tinggi namun mengandung senyawa antinutrisi, sementara Panicum maximum dikenal rendah antinutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh rasio campuran Tithonia diversifolia dan Panicum maximum terhadap kadar asam fitat, tanin, dan asam oksalat dalam silase setelah fermentasi selama 21 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan rasio campuran (0:100, 25:75, 50:50, 75:25, dan 100:0) dan tiga ulangan. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan proporsi Tithonia diversifolia secara signifikan meningkatkan kadar asam fitat (P kecil dari 0,05), dari 21,30 mg/100 g (100% Panicum) menjadi 52,00 mg/100 g (100% Tithonia). Kandungan tanin dan asam oksalat tidak berbeda nyata antar perlakuan (P besar dari 0,05), dengan nilai yang tetap rendah di seluruh rasio campuran. Dengan demikian, rasio campuran hijauan mempengaruhi kadar asam fitat namun tidak berpengaruh terhadap tanin dan oksalat. Silase campuran dengan proporsi Tithonia yang moderat dapat menjadi alternatif pakan hijauan bergizi tinggi dengan risiko antinutrisi yang masih dalam batas aman bagi ternak.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengolahan Jerami Padi Peram dengan Penambahan Mineral Ananta, Dwi; Andri, Andri; Yelita, Yulia; Khalil, Khalil
Warta Pengabdian Andalas Vol 32 No 3 (2025)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Limited access to quality feed remains a major constraint in smallholder livestock systems, particularly due to the low nutritional value of untreated rice straw. To address this challenge, a community empowerment program was implemented to enhance farmers’ knowledge and skills in processing mineral-enriched fermented rice straw as an alternative feed. Using a participatory approach, the program involved technical training, hands-on demonstrations, and five months of field mentoring with 25 participants from the Kelompok Tani Lereng Sago. Evaluation through pre- and post-tests showed a significant improvement in knowledge, with average scores rising from 60 to 85. Supplementation with fermented rice straw increased average daily weight gain from 200–350 g to 555 g/head/day. Reproductive performance also improved: service per conception (S/C) decreased from 3.5 to 1.8, conception rate rose from 40% to 65%, and pregnancies doubled. Participant satisfaction averaged 4.66 on a 5-point Likert scale, indicating strong acceptance. The results confirm that this locally adapted and low-cost feed innovation is effective in improving cattle productivity and farmer capacity. The empowerment model developed offers high potential for replication in similar rural livestock systems.
Pengaruh Penambahan Bacillus amyloliquefaciens Pada Air Minum Terhadap Bobot Hidup, Lemak Abdominal dan Persentase Karkas Itik Bayang Saragih, Beby Murba Ningsih; Wizna, Wizna; Dewi, Muthia; Rahma, Annisa; Rahmi, Novadhila; Amri, Fisma; Rahma, Nadia; Ananta, Dwi; Meidita, Fadilla
Jurnal Peternakan Vol 22, No 2 (2025): September 2025
Publisher : State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jupet.v22i2.35544

Abstract

Penetilian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Bacillus amyloliquefacien di air minum terhadap bobot hidup, lemak abdominal dan persentase karkas itik Bayang. Penelitian ini menggunakan  itik Bayang Jantan umur satu hari sebanyak 80 ekor . Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengani 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan R0: 0 gram/liter air minum (Kontrol), R1: 1 gram Bacillus amyloliquefaciens/liter air minum, R2: 2 gram Bacillus amyloliquefaciens /liter air minum, R3: 3 gram Bacillus amyloliquefaciens /liter air minum. Peubah yang diamati adalah bobot hidup, lemak abdominal dan persentase karkas. Hasil penelitian menunjukan penambahan Bacillus amyloliquefaciens sebagai probiotik berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot hidup dan persentase karkas, tetapi berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap persentase lemak abdominal. Penambahan probiotik Bacillus amyloliquefaciens dapat mempertahankan bobot hidup, persentase karkas dan menurunkan persentase lemak abdominal itik bayang jantan. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan  probiotik Bacillus amyloliquefaciens sebanyak 2 gram/liter air minum adalah pemberian terbaik pada itik bayang jantan. Pada kondisi ini diperoleh bobot hidup 1235,55 gram/ekor, persentase lemak abdomen 2,04 %,  dan persentase karkas 60,10%