Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap pelayanan kefarmasian di apotek pendidikan X Kabupaten Magelang Bunga, Cut Dewi; Rianawati, Luluc; Yulaikah, Ariska; Latifah, Elmiawati; Yuliastuti, Fitriana; Pribadi, Prasojo
Borobudur Pharmacy Review Vol 5 No 1 (2025): January- June
Publisher : Universitas Muhammadiyah Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31603/bphr.v5i1.13180

Abstract

The growing recognition of health's significance among the public drives healthcare facilities such as pharmacies, to enhance the quality of their services. Pharmacies are increasingly emphasizing pharmaceutical services that have transitioned from a drug-centric approach to one that prioritizes the patient. This shift aligns with the principle of pharmaceutical care, which focuses on enhancing the quality of life for patients, while also responding to the growing competition in the market and the demands for consumer satisfaction. Educational pharmacies serve a crucial function as a venue for learning and practical experience for future professionals in the pharmaceutical field. This investigation seeks to assess the degree of consumer satisfaction regarding pharmaceutical services at Pharmacy Education X located in Magelang Regency. The study employs a quantitative descriptive methodology utilizing Likert scale measurements. This study employs a cross-sectional design utilizing a questionnaire that encompasses five dimensions: empathy, physical aspects, responsiveness, assurance, and reliability, aimed at assessing consumer satisfaction. The sample included 100 respondents selected through the convenience sampling method. The findings for the empathy dimension were 96.8%, the physical dimension also recorded 96.8%, the responsiveness dimension showed 96.3%, the assurance dimension reached 98.3%, and the reliability dimension was at 97.5%. In summary, there is a high level of satisfaction among consumers regarding the pharmaceutical services provided at Educational Pharmacy X in Magelang Regency, reflected in an impressive average consumer satisfaction percentage of 97.14%.
Studi Etnomedisin : Analisa Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional di Desa Tempurejo Bunga, Cut Dewi; Rianawati, Luluc; Nurkhayati, Nurkhayati; Azizah, Bilqis Rahil; Yuliastuti, Fitriana; Lutfiyati, Heni; Azzahra, Adinda Laila
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 11 No. 1 (2025): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v11i1.760

Abstract

Penggunaan obat tradisional di kalangan masyarakat Indonesia tetap menjadi kepercayaan bagi sebagian orang dalam mengatasi berbagai penyakit. Obat tradisional Indonesia terdiri dari kombinasi berbagai tumbuhan yang telah terbukti secara empiris efektif dalam menjaga kesehatan, serta mencegah dan mengobati penyakit. Studi etnomedisin bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang mendalam mengenai penggunaan tumbuhan obat di masyarakat, manfaat serta potensi ekonominya di pasar, dan keberadaannya dalam konteks ekologi. Tujuan: Membuat database tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat Kecamatan Tempuran khusunya di Desa Tempurejo sehingga dapat dipergunakan sebagai langkah awal dalam upaya penemuan senyawa obat baru guna pembuatan obat-obatan atau pengembangan obat tradisional. Metode: Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dan teknik pengambilan data menggunakan metode snowball sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan non-parametrik chi-square. Hasil: Hasil etnomedisin diperoleh sebanyak 17 jenis tanaman obat digunakan oleh masyarakat setempat dengan tanaman obat yang paling sering digunakan masyarakat setempat adalah kunyit (Curcuma longa) dan kencur (Kaempferia galanga). Tanaman obat kebanyakan diperoleh dengan cara membeli di pasar. Sebanyak 78% responden mendapatkan obat herbal dari hasil ramuan, dengan bagian tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah rimpang dan daun. Sebanyak 36% responden mengolah tanaman obat dengan teknik direbus dan mayoritas masyarakat menggunakan tanaman obat tradisional dengan cara pemakaian diminum dengan persentase sebesar 96%. : Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tempurejo masih sangat mengandalkan obat tradisional, terutama kunyit dan kencur, untuk menjaga kesehatan. Temuan tersebut dapat membuka peluang besar untuk pengembangan obat-obatan baru berbasis tanaman dan pelestarian pengetahuan tradisional.
Evaluation of The Implementation of Sharia-Based Pharmaceutical Service Standards (A Qualitative Case Study) Latifah, Elmiawati; Pribadi, Prasojo; Lutfiyati, Heni; Bunga, Cut Dewi
GHMJ (Global Health Management Journal) Vol. 8 No. 3 (2025)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35898/ghmj-831265

Abstract

Background: National health laws and best practices from other countries have helped Indonesia set standards for pharmaceutical services. However, there is still limited research on the application of Sharia principles in pharmacy services, particularly within community pharmacies. These standards are based on ideas from the Quran, Hadith, and fatwas from well-known Islamic scholars. They put these ideas into action by making sure that medicines don't contain any illegal substances, being sensitive to gender issues, and providing services that respect patients' dignity, as Islamic teachings say they should. Aims: This study aims to evaluate the implementation of Sharia-based pharmaceutical service standards through a qualitative case study at the Muhammadiyah Charity Education Pharmacy. This pharmacy's unique role as an integrated platform for pharmacy education, community service, and the application of Islamic values makes it an appropriate context for examining the implementation of Sharia-compliant pharmaceutical services. Methods: A qualitative case study design was used, involving observations and semi-structured interviews. NVivo 12 software was employed for thematic and cluster analysis. Data were coded inductively by independent researchers and validated through consensus. Pearson correlation coefficients were used to identify the strongest relationships between service quality items. The informants involved were 1 pharmacist and 3 pharmaceuticals technical staff. Results: Reliability, responsiveness, empathy, tangibles, and assurance are the themes that emerged from this study. The studies found that in the reliability dimension, fulfilling order service and distributor reliability showed the highest correlation (r=0.98), emphasizing the importance of commitment and trust in sharia-based service. In the responsiveness dimension, the most significant relationship (r=1.00) emerged between complaint resolution and clear division of duties, reflecting the role of communication and accountability. For assurance, the highest correlation (r=0.96) indicated the critical role of clear, understandable information in building trust. The empathy dimension revealed that prioritizing humanity and non-discriminatory service (r=0.52) aligned closely with the values of justice and compassion. Lastly, in the tangibles (physical) dimension, the presence of a patient prayer space showed a strong link to perceptions of cleanliness and professionalism (r=0.67), although implementation was still limited. Conclusion: By combining Islamic ethical principles with service quality metrics, the application of sharia-based service standards in pharmaceutical care improves patient satisfaction. However, some aspects still need improvement, especially the physical facilities and assurance under heavy workload. These findings provide insightful guidance on how to develop appropriate interventions, such as training programs, SOPs, and infrastructure modifications, to ensure pharmaceutical services comply with Sharia law while improving overall service quality for lawmakers, educational institutions, and businesses providing Islamic-based pharmaceutical services.
Aktivitas Fagositosis Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong dari Borobudur untuk Imunomodulator Pandemi COVID-19 Bunga, Cut Dewi; Haresmita, Perdana Priya; Rianawati, Luluc; Nurkhayati, Nurkhayati; Azizah, Bilqis Rahil; Latifah, Elmiawati; Hermawansyah, Adi
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i2.628

Abstract

Kawasan penghasil tanaman herbal ditemukan di daerah Borobudur, Jawa Tengah. Tanaman herbal dapat dimanfaatkan sebagai bahan fitofarmaka yang dapat diolah menjadi bahan dasar obat herbal. Berdasarkan data hingga minggu keempat bulan Juli 2023 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa terdapat 8.245 kasus Covid-19 yang aktif sampai saat ini. Banyak fenomena yang dilakukan oleh masyarakat selama pandemi Covid-19 salah satunya masyarakat Indonesia menggunakan tanaman herbal yang diolah menjadi jamu guna menambah imunitas tubuh pada pandemi Covid-19. Tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah tanaman Binahong (Anredera cordifolia). Penelitian tersebut penting dilakukan karena dapat memberikan alternatif sebagai bahan baku obat imunomodulator dari bahan alam yaitu ekstrak etil asetat daun Binahong dari Borobudur. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak etil asetat daun Binahong yang terdapat di daerah Borobudur, Jawa Tengah yang menggunakan metode maserasi dengan mengukur aktivitas fagositosis dan indeks fagositosis. Peneliti menggunakan 30 mencit yang terbagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok memiliki 5 mencit dengan perlakuan positif, perlakuan pelarut dan kelompok dosis 25mg/kgBB, 50mg/kgBB, 75mg/kgBB dan 100mg/kgBB. Uji ANOVA One Way digunakan untuk menganalisis data penelitian ini. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, aktivitas fagositosis sel makrofag pada parameter indeks fagositosi menunjukkan dosis efektif yang dapat memberikan efek imunomodulator adalah 100 mg/kgBB. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ekstrak etil asetat daun binahong (Anredera cordifolia) dengan dosis 100mg/kgBB menunjukan aktivitas imunomodulator secara signifikan dan mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid.
Optimalisasi peran komunitas konservasi tanaman obat keluarga (TOGA) dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat Latifah, Elmiawati; Putri, Nindya Yunia; Bunga, Cut Dewi; Yusriyah , Larisa; Aliffah , Ainni Hikmatul; Hidayat, Imron Wahyu; Fanani, Herma; Afif, Naufal; Maharani, Betari
Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) Vol 7 No 1 (2024)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jipemas.v7i1.20853

Abstract

Tumbuhan obat dan obat tradisional sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Potensi produksi olahan dan tanaman herbal di desa Growong sebenarnya cukup melimpah, namun    masih belum dikelola dengan baik, hal ini menyebabkan kurang berfungsinya Kelompok Wanita Tani (KWT) dan terbengkalainya sarana      produksi olahan jamu serta potensi yang dimiliki oleh masyarakat    belum dimanfaatkan secara optimal. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat yang digunakan pada program ini adalah metode Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) dan transfer knowledge. Berdasarkan hasil observasi dan kesepakatan dengan kelompok tani dan perangkat desa, maka program pendampingan dan sosialisasi yang dilaksanakan meliputi budidaya dan manfaat TOGA, strategi harga produk herbal, penentuan masa kadaluwarsa, masa simpan, informasi label dan kemasan produk herbal, digital marketing serta sertifikasi     halal. Pelaksanaan program sosialisasi dan pendampingan ini telah dilaksanakan dengan baik dan lancar serta memberikan manfaat khususnya dalam kompetensi budidaya TOGA dan peningkatan kualitas serta pemasaran produk herbal. Perlu dilakukan upaya keberlanjutan pada pengabdian masyarakat di Desa Growong dengan sinergi yang baik antara masyarakat, institusi pendidikan dan pemerintah setempat dengan memperluas jejaring yang dapat mendukung pemberdayaan TOGA dan pengembangan usaha ekonomi produktif berbasis olahan tumbuhan obat.
Interventions on Costs and Survival Rates of Lung Cancer Patients Yuliastuti, Fitriana; Kartikawati, Nurfina Dian; Pradani, Missya Putri Kurnia; Bunga, Cut Dewi; Mahato, Roshan Kumar
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 8 No. 4 (2025): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v8i4.10049

Abstract

Lung cancer is characterized by the uncontrolled growth of cells in lung tissue, particularly in the respiratory tract lining. The disease has a high and alarming mortality rate, requiring prompt and appropriate management. This study aims to examine the costs and one-year survival rates of lung cancer patients at Dharmais Cancer Hospital. Data analysis was conducted in four stages: retrospective observational study using secondary data from medical records, describing patient characteristics and factors affecting survival and treatment costs, analyzing survival curves by cancer stage and intervention, and testing differences in survival curves using the log-rank test. The results show that higher survival rates are often inversely proportional to shorter survival times, and vice versa. Stage 1 patients exhibited the most extended survival despite low survival rates for inpatients (48 months, 25%) and outpatients (53 months, 15%). Intervention types 4.00 (chemotherapy and radiotherapy) and 7.00 (chemotherapy, radiotherapy, and surgery) effectively extended survival, although associated survival rates remained low. The highest inpatient treatment costs were observed in stage 2 patients, while the highest annual outpatient costs were linked to surgical interventions, highlighting the difference between per-episode and cumulative annual expenditures.