Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional

Analisis Diplomasi Soft Power Denmark Terhadap Indonesia (Studi Tentang Kerja Sama Pengelolaan Lingkungan di Indonesia) [An Analysis of Denmark’s Soft Power Diplomacy in Indonesia (A Study nn Environmental Management Coorperation in Indonesia)] Septyanto Galan Prakoso; Nadia Dian Ardita; Andriansyah Perdana Murtyantoro
Jurnal Politica Vol 10, No 1 (2019): Jurnal Politica Mei 2019
Publisher : Sekretariat Jenderal DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jp.v10i1.1317

Abstract

 Global warming is one of the key issues of the century. The cause of this particular phenomenon is that most economic activities have been carried out by many countries without due consideration of sustainability and the environment. Due to the lack of awareness of both aspects, the Earth’s temperature is getting warmer over the past few years and the long-term effect of such trend is that the sea level has started to rise. Coastal countries start to witness its impacts and some of them have already taken several actions to address this problem. Among the few countries that are determined to take serious measures to address this issue is Denmark. Through its Ministry of Foreign Affairs, Denmark has worked in cooperation/collaboration with countries that have contributed to this environmental problem in slowing down the phase of global warming by looking directly at its source. In response to this situation, back in November 2017, Denmark’s Prime Minister Lars Løkke Rasmussen visited Jakarta to discuss issues of Denmark’s interest in Indonesia, especially about environmental issue in Indonesia. The meeting was marked by a commitment of strengthened relations between two countries, and an exchange of gifts between both leaders. This study aims to find out the reasons why Denmark wanted to cooperate with Indonesia in surmounting environmental problems, and what actions the Danish government has taken to decrease the rate of pollution in Indonesia through the adoption of the National Interest concept. Towards the end, this article shows that Denmark has built several green facilities in order to decrease the pollution level, which partially comes from Indonesia. AbstrakPemanasan global merupakan isu yang penting pada abad ini. Sumber dari terjadinya fenomena ini adalah aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh Negara-negara di dunia tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup dan keberlanjutan. Sebagai akibat dari kurangnya aspek-aspek tersebut menyebabkan meningkatnya temperatur bumi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini kemudian menyebabkan dampak jangka panjang yaitu naiknya permukaan air laut. Negara-negara pesisir mulai merasakan dampak dan melakukan berbagai usaha untuk menghadapi isu lingkungan ini. Denmark menjadi salah satu negara yang berkeinginan untuk mengatasi masalah ini. Melalui Kementerian Luar Negerinya, Denmark telah melakukan kerja sama dengan negara-negara yang menjadi kontributor penyebab masalah lingkungan ini dengan tujuan untuk memperlambat laju pemanasan global. Melihat situasi ini, Perdana Menteri Denmark, Lars Løkke Rasmussen, melakukan kunjungan ke Indonesia pada November 2017. Kunjungan kenegaraan ini bertujuan untuk membahas kepentingan nasional Denmark terhadap Indonesia, khususnya mengenai isu lingkungan hidup. Pertemuan ini ditandai dengan pemberian hadiah diplomatik antara kedua negara. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui mengapa Denmark ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam mengatasi isu lingkungan serta tindakan apa yang pemerintah Denmark lakukan dalam mengurangi tingkat polusi di Indonesia dengan menggunakan konsep National Interest. Bagian terakhir jurnal ini menunjukkan hasil konkrit kerjasama Indonesia-Denmark yaitu dibangunnya fasilitas-fasilitas yang berorientasi Hijau untuk mengurangi polusi yang sebagian dihasilkan oleh Indonesia. 
Tantangan Kebijakan Affirmative Action Sebagai Upaya Penguatan Keterwakilan Perempuan di Legislatif [Challenges of Affirmative Action as An Effort to Strengthen Women's Representation in The Legislature] Tias, Rahma Ning; Nisrina, Awalia Dhia; Destriputra, Nabil; Al Putra, Ferdian Ahya; Prakoso, Septyanto Galan
Jurnal Politica Vol 14, No 2 (2023): Jurnal Politica November 2023
Publisher : Sekretariat Jenderal DPR RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22212/jp.v14i2.4151

Abstract

The idea of at least 30% representation of women in nominations for DPR and DPRD members is a form of state's effort to provide affirmative action for women in the political sphere. The state's efforts to provide affirmative action for women in the political sphere aim to strengthen women's representation in the legislature. This affirmative action increased women's representation in the legislative from period to period. Even in the 2019-2024 period, the percentage of women in the DPR was 20% or 118 seats out of the total number of members, which is the first time that women's representation in the DPR has reached this figure. However, the increase in women's representation in the DPR is not in line with their contribution in the field of legislation. Descriptive qualitative research methods with library study data collection techniques were used to provide a comprehensive picture of the situation in accordance with the facts at the time the research was conducted, with an emphasis on the challenges of affirmative action policies. This article aims to analyze the challenges of the government's affirmative action policy in the form of a minimum quota for women in nominations for DPR members of at least 30% as an effort to strengthen women's representation in the legislature. The results found relate to the challenges of affirmative action that have not maximized the role of women in legislative institutions: women's capacity that has not been maximized, patriarchal culture, and women's representation as a formality.AbstrakGagasan mengenai keterwakilan perempuan paling sedikit 30% dalam pencalonan anggota DPR dan DPRD merupakan bentuk usaha negara dalam memberikan affirmative action untuk perempuan di lingkup politik. Upaya negara dalam memberikan affirmative action untuk perempuan di lingkup politik bertujuan untuk menguatkan keterwakilan perempuan di legislatif. Kebijakan afirmatif ini kemudian membuahkan hasil berupa meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif dari periode ke periode. Bahkan di periode 2019-2024 persentase perempuan di DPR sebesar 20% atau sebanyak 118 kursi dari total jumlah anggota, yang mana ini pertama kalinya keterwakilan perempuan di DPR menyentuh angka tersebut. Namun, peningkatan keterwakilan perempuan di DPR tidak sejalan dengan kontribusi mereka di bidang legislasi. Metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data studi pustaka digunakan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang situasi yang sesuai dengan fakta pada saat penelitian dilakukan, dengan penekanan pada tantangan kebijakan affirmative action. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis tantangan kebijakan affirmative action pemerintah berupa kuota minimal perempuan dalam pencalonan anggota DPR minimal 30% sebagai upaya penguatan keterwakilan perempuan di legislatif. Hasil yang ditemukan sehubungan dengan tantangan kebijakan affirmative action yang belum memaksimalkan peran perempuan di lembaga legislatif yakni kapasitas perempuan yang belum maksimal, budaya patriarki, serta keterwakilan perempuan sebagai formalitas.
Co-Authors Al Putra, Ferdian Ahya Anandito, Muhammad Rayhan Andriansyah Perdana Murtyantoro Ardita, Nadia Dian Arianto, Nabila Triwulandari Astuti, Theresia Adinda Kusuma Aulia, Dhika Fadhlan Budiwati, Christiyaningsih Cahyani, Meisya Putri Intan Damar Priambodo Ahmad De Lucas, Juana Clarentine Emmanuela Greevince Destriputra, Nabil Devi, Rahma Sintya Dihandiska, Apneta Vionuke Edo Artima Kasla Endang Martini Eryan Dwiki Effendi Eryan Dwiki Effendi Fajri, Afrizal Ferdian Ahya Al Putra Ferdian Ahya Al Putra Gereido Josa Nazareta Hanifah, Roisa Nur Hendrayudha, Tasya Salsabila Hidayati, Kartika Nur Iim Fathimah Timorria Ikawati, Erina Kinanti, Nesya Cesari Kumar, Ahlul Wursita Mallu, Zsa Zsa Nurfajriah Mochtar, Achmad Wahyu Monika Sri Yuliarti, Monika Sri Muhammad Chanif Hidayat Muhammad Yamin Muhammad, Noverino Faiz Adi Mulyo, Muhammad Arif Murtyantoro, Andriansyah Perdana Nadia Dian Ardita Nadia Dian Ardita Naufal Rhyo Ichwanda Nesya Cesari Kinanti Niki Wahyu Sayekti Niki Wahyu Sayekti Nisrina, Awalia Dhia Nugroho, Rino A. Nugroho, Rino Ardhian Nugroho, Rino Ardian Oliveira, Gloria Esmeralda Pratiwi, Hanijaya Intan Puspitasari, Diah Ayu Puspitasari, Retnaningtyas Putra, Ferdian Ahya Al Putri, Galvin Hapsari Rahma, Adiba Aliyya Rahmawati, Anisa Dwi Rameez Ali Surya Negara Rameez Ali Surya Negara Randhi Satria Randhi Satria Randhi Satria Retnaningtyas Puspitasari Retnaningtyas Puspitasari Rheyno Reynaldi Rizaldi Yazid Purnama Putra Shidqi, Zia'ulhaq As Shidqi, Zia’ulhaq As Sholihah, Anisa Nurul fitria Sofie, Jasmine Nabila sudarmo sudarmo Sulistiobudi, Arif Suprapti Suprapti Surayya, Dina Pasya Tias, Rahma Ning Utomo, Is Hadri Wibowo, Royce Kharisma Agung Wilyam Lie