Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Bali-Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara

LAUT DAN SAMUDRA DAYA CIPTA SENI CERITA LEGODBHAWA SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KRIYA Suparta, I Made; Muka, I Ketut; Berata, I Made
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 3 (2023): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan laut Bali kehidupan masyarakat Hindu Bali tidak saja dipandang sebagai luapan rasa air asin semata, namun telah menjadi entitas rutin ritual keagamaan yang berkelanjutan. Ritual keagamaan Panca yadnya dan organisasi profesi dilakukan menurut perhitungan sasih dan wuku perhitungan kalender Bali. Upacara melasti, ngaben, dan pembersihan diri yang disebut melukat adalah suatu cara pemujaan dan pemuliaan serta anugrah yang patut disyukuri oleh masyarakat Bali. Laut oleh seniman dan pencipta seni ditangkap dengan perspektif rupa “mewarnai” bertumbuhkembangnya seni budaya Bali. Literasi agama, itihasa dan mitologi juga menginspirasi lahirnya karya cipta seni yang kreatif dan inovatif. Narasi Legodbhawa adalah salah satu bentuk pencarian sekaligus penyatuan lima unsur alam seperti: teja, apah, bayu, pertiwi dan akasa yang disebut dengan Panca Maha Bhuta. Literasi keagamaan, itihasa dan mitologi yang terkait dengan keagungan air/laut telah dan dapat menginspirasi lahirnya karya cipta seni yang mempunyai nilai estetik. Pemindahan keindahan sebuah narasi yang ada dalam cerita legodbhawa kedalam bentuk karya cipta kriya, merupakan sebuah inovasi kreatif yang nantinya memiliki nilai-nilai kebaruan. Ajaran agama Hindu seperti: tri kona, tri premana, dan panca mahabhuta adalah bagian penting dan mempunyai makna erat dengan air laut. Penciptaan kriya ini menggunakan bahan dasar kayu jati (dua dimensi) dan pohon enau (tiga dimensi) dibuat dengan teknik ukir tembus. Komposisi obyek dibuat secara vertikal dan horisontal dengan irama garis lurus, melengkung, dan lingkaran. Komposisi bidang seperti lingkaran, segi empat dan segi tiga adalah bentuk- bentuk visual yang bermakna simbolis.
EKSPRESI BIOTA LAUT KARYA RELIEF I MADE SUTEDJA Suardana, I Wayan; Muka, I Ketut; Mertanadi, I Made; Karuni, Ni Kadek
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 3 (2023): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

I Made Sutedja (almarhum) adalah seorang seniman seni ukir dari Guwang Sukawati Gianyar Bali yang sangat terkenal dengan hasil karya yang sangat unik dan artistik. Keindahan biota laut adalah salah satu tema yang sering diangkat dalam ekspresi penciptaan karya seni reliefnya. Tujuan penelitian ini adalah ingin menyelidiki lebih mendalam ekspresi I Made Sutedja dalam mengangkat biota laut dalam karya ciptaannya, dan nilai estetik yang terkandung di dalamnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bagaimana ekspresi I Made Sutedja dalam mengangkat biota laut dalam penciptaan karya seni relief?, Bagaimana nilai estetika karya biota laut I Made Sutedja?. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif, dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam analisa data adalah teori ekspresi dan estetika. I Made Sutedja adalah seniman seni ukir yang sangat tekun dan ulet dalam berkarya, ekspresinya tercurah sangat total dalam hasil ciptaanya, sehingga karyanya sangat sempurna. Penguasaan teknik seni ukir I Made Sutedja sangat tinggi dengan hasil pahatan yang halus, kuat, dan tegas. Selain mengangkat biota laut dalam ekspresi berkarya, I Made Sutedja juga banyak mengangkat cerita Mahabrata, Ramayana, dan mitologi Dewa-dewa dalam Agama Hindu. Sebagai seorang pendidik, I Made Sutedja telah banyak melahirkan seniman ukir yang memiliki ketrampilan yang sangat tinggi dengan hasil karya yang bervariatif. I Made adalah seorang seniman yang sangat idealis, tidak komersial, sehingga sampai akhir hidup hasil karyanya masih banyak tersimpan di galerinya.
MAKNA SAKRAL DAN FUNGSI SIMBOL KERAMIK PORSELIN MOTIF WAYANG KAMASAN SEBAGAI ORNAMEN DI PURA PETITENGET KEROBOKAN BADUNG Sunarini, Ni Made Rai; Muka, I Ketut; Karja, I Wayan
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 4 (2024): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pura sebagai tempat pemujaan umat Hindu Dharma merupakan bagian dari Arsitektur Tradisional Bali, memiliki keunikan dan hirarki makna yang paling utama. Pura Petitenget memiliki budaya lokal dengan memakai keramik porselin motif wayang kamasan sebagai ornamen dengan konsep Tri Angga. Pura Petitenget sebagai Cagar Budaya Lokal Kabupaten Badung No 26 Tahun 2013 Pasal 32. Pura Petitenget berdiri sejak abad ke-16 masehi yang diempon oleh masyarakat Desa Adat Kerobokan. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui makna yang melandasi keramik porselin motif Wayang Kamasan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengambilan data snowballing dan purposive sampling. Teori yang digunakan adalah teori semiotika dan teori hermenutika. Hasil penelitian menunjukan, makna keramik porselin motif wayang kamasan dengan konsep Tri Angga menerapkan berbagai motif wayang kamasan mulai dari motif Acintya, Dewa-Dewi, tokoh-tokoh Ramayana, dan motif binatang serta motif tumbuh-tumbuhan. Makna keramik porselin motif wayang kamasan yang diaplikasikan ke dalam piring keramik porselin di Pura Petitenget mengandung makna sakral dan fungsi simbol (pada tingkatan Utamaning Angga, Madyaning Angga, dan Nistaning Angga), makna sosial, makna budaya, dan makna ekonomi. Makna yang terkandung memiliki nilai kebaruan yang unik dan berkarakter. Dapat melestarikan nilai-nilai seni budaya dan kearifan lokal dibidang keramik Bali agar tidak hilang karena tergerus oleh modernisasi.