Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Dunia Farmasi

Gambaran Persepsi Masyarakat Tentang Obat Generik dan Obat Merek Dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar Mutawatir Mutawatir; Adek Chan; Darwin Syamsul
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 2 (2019): Edisi April
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i2.4478

Abstract

Pendahuluan;Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalamFarmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/068/I/2010 obat bermerek dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan. Dari satu nama generik dapat di produksi berbagai macam sediaan obat dengan nama dagang yang berbeda. Tujuan; Untuk untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang  di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah.Metode; Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data berupa kuesioner yaitu menggambarkan persepsi  masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang  di Daerah Pasar Lam Ateuk Kabupaten Aceh Besar yang meliputi defenisi, harga, mutu, dan peraturan pemerintah. Hasil;Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 69 orang responden hanya 1 responden memiliki persepsi baik terhadap pengertian obat generik dan obat merk dagang di Daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dengan presentase 1,4%, dan sebanyak 43 responden yang memiliki persepsi cukup dengan presentase 62,3%, sedangkan sebanyak 25 responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan persentase 36,2%. Kesimpulan; Dapat disimpulan bahwa persepsi masyarakat tentang obat generik dan obat merek dagang di di daerah Pasar Lam Ateuk Aceh Besar dapat dikatagorikan cukup.
Formulasi Sediaan Krim Pelembab Ekstrak Kulit Buah Delima (Purica Grantum L) Titisan Airmata Dao; Darwin Syamsul
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 1 (2016): Edisi Desember
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i1.4352

Abstract

Pendahuluan: Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar” gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambahkan daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit. adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah  kulit buah delima(purica granatum L.) dapat di formulasikan kedalam sediaan krim pelembab. Tujuan: untuk  menguji kestabilan fisik  produk krim dari ekstrak kulit buah delima dimana berdasarkan parameter yang sudah ditentukan. Metode: Penelitian yang dilakukan adalah metodel eksperimental di laboratorium,dengan cara mengeringkan kulit buah delima.  kemudian dilanjutkan dengan membuat formulasi sediaan krim pelembab dari kulit buah delima. penelitian ini  dilakukan di Laboratorium STIKes Helvetia Medan dengan menggunakan konsentrasi  2%, 4%, 6% dengan cara pemeriksaan homogenitas, uji iritasi, uji organoleptik, dan uji pH sediaan. Hasil: Konsentrasi 2%, 4%, 6% kulit buah delima dalam sediaan krim pelembab tidak terjadi iritasi, gatal dan kemerahan pada kulit. sediaan krim pelembab yang dihasilkan semua homogen, memiliki pH 6,5. dari hasil uji iritasi sukarelawan sampel yang dioleskan pada bagian belakang telinga tidak terjadi iritasi. Kesimpuulan: Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kulit buah delima dapat diformulasikan kedalam sediaan krim. disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat membuat sediaan krim yang lebih menarik lagi dari  kulit buah delima.
Formulasi Sediaan Gel Sari Lidah Buaya (Aloe Vera L.) sebagai Obat Luka Agus Jaya Buulolo; Darwin Syamsul
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 1 (2016): Edisi Desember
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i1.4345

Abstract

Pendahuluan: Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang menyebakan ganguan kontinuitas sehingga terjadinya pemisahan struktur kulit yang semula normal. Bentuk luka ada berbagai macam, mulai dari luka tusuk, luka lecet, luka sayat, luka bakar dan luka gores. Lidah buaya (Aloe vera L.) salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk obat luka karena mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk luka, seperti vitamin, protein, asam amino, dan enzim. Lidah  buaya (Aloe vera L.) diformulasikan dalam bentuk sediaan gel dengan cara mengambil sari dari daging lidah buaya (Aloe vera L.). Tujuan: Untuk mengetahui efek daya sembuh Formulasi sediaan gel sari lidah buaya (Aloe vera L.) Sebagai obat luka gores pada mencit. Metode: Metode penelitian ini, menggunakan sediaan gel yang terdiri dari beberapa komponen diantaranya HPMC, metil paraben, dan propilen glikol serta penambahan sari lidah buaya dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan dilakukan uji daya sembuhnya pada luka gores punggung mencit dengan luka awal 10 mm. Hasil: Mencit dengan pengobatan dasar gel menunjukan kesembuhan dengan panjang luka berkurang menjadi 6,3 mm. Mencit dengan pengobatan menggunakan gel dari sari lidah buaya konsentrasi 5%, 10% dan 15% perubahan luka mengecil dengan rata-rata panjang luka menjadi 5,6 mm, 5,3 mm dan 4 mm. Sedangakan pengobatan menggunakan bioplacenton perubahan luka mengecil denganpanjang luka menjadi 3 mm. Pengolahan data menggunakan uji analisis Anova. Kesimpulan: dari penelitian ini adalah gel sari lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki efek daya sembuh yang cepat pada konsentrasi 15% tetapi tidak seefektif kontrol positif yaitu bioplacenton. Diharapkan untuk peneliti berikutnya agar dapat membuat formulasi sediaan obat luka dari sari lidah buaya dalam bentuk krim dan diujikan daya sembuhnya pada luka bakar.
Evaluasi Pemakaian Antibiotik yang Rasional pada ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Induk Kota Binjai Anita Anita; Darwin Syamsul; Suprianto Suprianto
Jurnal Dunia Farmasi Vol 3, No 3 (2019): Edisi Agustus
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v3i3.4481

Abstract

Pendahuluan; Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satubagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura. Tujuan; Penelitian ini untuk mendapatkan kerasionalan antibiotik pada ISPAnonpneumonia di Puskesmas Induk Kota Binjai yang mengacu pada kesesuaian mengikuti bukti pedoman dan indikator kinerja penggunaan antibiotik rasional dengan pendekatan diagnosis penyakit terhadap ketepatan indikasi.Metode; Penelitian ini secara deskriptif dengan pengambilan data retrospektif untuk memperleh gambaran penggunaan antibiotik. Data yang diperoleh dianalisis dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penggunaan antibiotik yang rasional.Hasil; Penelitian Jumlah kasus dari keenam puskesmas sebanyak 113 resep pada pasien anak dan 509 resep pada pasien dewasa, dari data hasil persentase yang menggunakan antibiotik pada anak 15,111% dan pada dewasa 63,826%, jumlah dari keseluruhan yang menggunakan antibiotik pada ISPAnonpneumonia sebanyak 78,939%. Penelitian dapat disimpulkan untuk kerasionalan antibiotik pada penyakit ISPAnonpneumoniabatas maksimum yang ditetapkan oleh departemen kesehatan, yaitu 20%.Kesimpulan;Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotik yang rasional pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) nonpneumoniadiPuskesmas Induk yang berada di Kota Binjai, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang antibiotika merupakan faktor risiko meningkatnya tingkat resistensi bakteri terhadap antibiotik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien ISPAnonpneumonia dan disarankan bagi tenaga kesehatan yang terkait lebih sering memonitoring ke masing-masing puskesmas.
Perbandingan Formulasi Sediaan Gel Sari Lidah Buaya (Aloe vera) dengan Betadine Cair Untuk Luka Dewi Kurniawati; Darwin Syamsul
Jurnal Dunia Farmasi Vol 1, No 3 (2017): Edisi Agustus
Publisher : Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33085/jdf.v1i3.4370

Abstract

Pendahuluan; Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan sebagai akibat dari rudapaksa. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat,  seperti luka insisi pada operasi atau luka akibat  trauma  seperti luka akibat kecelakaan. Tujuan; Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui antara Betadine Cairdan Sari Lidah Buaya yang lebih cepat menyembuhkan Luka. Metode; Penelitian ini bersifat Eksperimen yang di lakukan di Laboratorium Farmasi institute Kesehatan Helvetia Medan. Dengan menggunakan Lidah buaya yang di kumpulkan, di cuci dari pengotorannya kemudian ditiriskan. Hasil; penelitian menunjukan pada perlakuan Kontrol Penyembuhkan luka secara perlahan-lahan kelompok I dengan rata-rata halil hari keenam, 0,6 cm. kelompok II perubahan luka mengecil dengan rata-rata akhir halil hari keenam,  0,4 cm. sedangakan pada kelompok III luka mengalami perubahan yang paling kecil dengan rata-rata akhir halil hari keenam, 0,3 cm. Kesimpulan; penelitian ini adalah gel sari lidah buaya lebih efektif menyembuhkan luka di bandingkan dengan betadine cair. Saran Di harapkan buat peneliti selanjutnya supaya membuat dalam sediaan Krim dari Sari lidahbuaya