cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
Pengaruh pemberian urine kelinci dan air kelapa terhadap pertumbuhan rimpang dan kandungan minyak atsiri jahe merah Kusnadi, Kusnadi; Tivani, Inur
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1004.347 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.13992

Abstract

Bahan alami yang dapat digunakan sebagai sumber pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) diantaranya adalah urine kelinci dan air kelapa. Pemberian urine kelinci, air kelapa dan kom-binasinya diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan rimpang dan kandungan minyak atsiri jahe merah. Percobaan telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2017 di Kebun Percobaan Prodi Farmasi Politeknik Harapan Bersama. Perlakuan yang digunakan adalah beberapa konsentrasi urine kelinci, air kelapa dan kombinasi urine kelinci dengan air kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdapat 9 perlakuan yang diulang 3 kali. Perlakuan dengan urine kelinci terdiri dari 3 level, yaitu u0 = 0 % pupuk fermentasi urine kelinci, u1 = 25 % pupuk fermentasi urine kelinci, u2 = 50 % pupuk fermentasi urine kelinci, sedangkan dengan air kelapa terdiri dari 3 level yaitu ; k0 = 0 %, k1 = 25 % air kelapa dan k2 = 50 % air kelapa. Berdasarkan hasil percobaan menunjukan bahwa adanya pengaruh pemberian konsentrasi urine kelinci dan air kelapa dan kombinasinya terhadap pertumbuhan rimpang dan kandungan minyak atsiri. Perlakuan u0k2 (urine kelinci 0 % + air kelapa 50 %)dan u2k1 (urine kelinci 50% + air kelapa 25%) menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah anakan, dan berat kering rimpang jahe merah yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya pada umur 20 mst. Perlakuan u0k2 dan u2k1 jugamenghasilkan kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi daripada perlakuan lainnya, masing-masing sebesar 1,48 g (0,98 %), dan 1,40 g (0,93 %) pada umur 32 mst. Kata kunci : Air Kelapa, Minyak Atsiri, Jahe Merah,Urine Kelinci
Keragaan tiga jenis planlet anggrek Phalaenopsis asal Protocorm yang diinduksi Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) secara in vitro Romiyadi, Romiyadi; Komariah, Ai; Amien, Suseno
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1018.873 KB)

Abstract

Abstract. This research was conducted to determine the effect of concentration of Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) to performance of three types of Phalaenopsis Planlets and to know the optimum concentration of EMS on any type of Phalaenopsis orchids. The experiment was conduc-ted at Tissue Culture Laboratory of the Faculty of Agriculture, Winaya Mukti University, Sumedang. It used a completely randomized design (CRD) with factorial pattern, that consisted of two factors and replicated twice.The first factor was the type of Phalaenopsis that resulted form hybridization which consisted of v1 (Phalaenopsis 717 X Phalae-nopsis Fire Bird), v2 (Phalaenopsis Tianong Rose X Sibling), and v3 (Phalaenopsis Luchia Pink X Phalae-nopsis Chain Xen Mammon). The second factor was the concentration of EMS that consisted of e0 (0% EMS/control), e1 (0,05% EMS), e2 (0,10% EMS), e3 (0,15% EMS), e4 (0,20% EMS), and e5 (0,25% EMS). Explant protocorm of three types of Phalae-nopsis soaked in a solution of EMS by each treat-ment for 3 hours, and cultured on MS medium Basal Modified Multiplication Shoot for 10 weeks. The experimental results showed that there are interaction between the three types of Phalae-nopsis result of a cross with a concentration of EMS to variable number of roots. Orchids P. 717 X P. Fire Bird had higher  number of leaves, number of roots, leaf leang, and root length than the other. The result showed that there were interaction between three species of Phalaenopsis orchid from the crossing with EMS concentration on root variables. Orchid P. 717 X P. Fire Bird has the number of leaves, the number of roots, the number of shoots, leaf length and root length better than other types. EMS concentrations independently at all levels of treatment can not increase the number of leaves, the number of roots, fresh weight of planlet, leaf length, and root length.Keywords: Phalaenopsis, the concentration of EMS, in vitro cultureSari. Penelitian ini mempelajari dan mengetahui pengaruh konsentrasi Ethyl Methyl Sulfonate (EMS) terhadap keragaan planlet tiga jenis anggrek Phalaenopsis asal protocorm dan mencari konsentrasi optimum EMS untuk setiap jenis anggrek Phalae-nopsis secara in vitro.Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Sumedang. Eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial, yang terdiri atas dua faktor dan diulang sebanyak dua kali.Faktor pertama adalah jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan yang terdiri atas tiga jenis, yaitu v1 (Phalaenopsis 717 X Phalaenopsis Fire Bird), v2 (Phalaenopsis Tianong Rose X Sibling), dan v3 (Phalaenopsis Luchia Pink X Phalaenopsis Chain Xen Mammon). Faktor kedua adalah EMS yang terdiri atas enam taraf perlakuan, yaitu e0 (0% EMS/kontrol), e1 (0,05% EMS), e2 (0,10% EMS), e3 (0,15% EMS), e4 (0,20% EMS), dan e5 (0,25% EMS). Eksplan berupa protocorm dari tiga jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan yang direndam dalam larutan EMS berdasarkan masing-masing perlakuan selama 3 jam, dan dikulturkan pada media MS Modified Multiplication Shoot Basal selama 10 minggu.Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi antara tiga jenis anggrek Phalaenopsis hasil persilangan dengan konsentrasi EMS terhadap variabel jumlah akar.Anggrek P. 717 X P.Fire Bird memiliki jumlah daun, jumlah akar, jumlah tunas, panjang daun dan panjang akar yang lebih baik dibandingkan jenis lainnya. Konsentrasi EMS secara mandiri pada semua taraf perlakuan tidak dapat meningkatkan jumlah daun, jumlah akar, bobot segar planlet, panjang daun, dan panjang akar.Kata Kunci: Phalaenopsis, Konsentrasi EMS, dan Budidaya In Vitro
Respons konduktansi stomata beberapa genotipe tebu sebagai parameter toleransi terhadap stress abiotik Soleh, Mochamad Arief; Manggala, Ranu; Maxiselly, Yudithia; Ariyanti, Mira; Anjarsari, Intan Ratna Dewi
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.873 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14455

Abstract

Peningkatan produksi tebu saat ini akan terhambat dengan adanya fenomena pemanasan global yang disertai dengan perubahan iklim hingga mempengaruhi sebaran air hujan.  Akibatnya musim hujan sering terjadi secara sporadis dan kurang dapat diprediksi. Di sisi lain kondisi lahan kebanjiran akibat genangan air berpotensi menyebabkan stress abiotik pada tanaman tebu yang secara langsung berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Salahsatu sifat fisiologis yang berkaitan erat dengan ketahanan stress abiotik adalah respons konduktansi stomata (gs) sebagai representatif proses metabolisme tanaman berupa fotosintesis. Beberapa varietas tebu ditanam dalam kondisi genangan air memperlihatkan perbedaan nilai gs dari 240 mmol H2O·m-2·s-1 untuk Kidang Kencana (KK) sebagai varietas lokal sampai 516 mmol H2O·m-2·s-1 untuk PS921 sebagai varietas terbarukan. Perbedaan respons gs ini selaras dengan peningkatan suhu kanopi tanaman pada perlakuan genangan dibanding tanaman tanpa genangan. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi para pemulia tanaman tebu dalam merakit tanaman yang lebih tahan stress abiotik berupa genangan air. Kata kunci: konduktansi stomata, tebu, cekaman abiotik, genangan.
Pengaruh pola tanam tumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung Yuwariah, Yuyun; Ruswandi, Dedi; Irwan, Aep Wawan
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.804 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14377

Abstract

Jagung dan kedelai merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi di Indonesia. Konsumsi jagung dan kedelai akan terus mengalami peningkatan setiap tahun dikarenakan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Sistem tumpangsari merupakan sistem pertanaman dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui genotip jagung hibrida yang terbaik ditumpangsarikan dengan kedelai. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Arjasari, Kabupaten Bandung dengan ketinggian tempat mencapai  960 m di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 20 perlakuan dan diulang sebanyak 2 kali, dengan perlakuan 18 genotip dan 2 genotip cek, terdiri dari F1B X 4.8.8, F1E X 1.1.3, F1D X 3.1.4, F1F X G203, F1A X 4.8.8,, F1E X 3.1.4, F1H X G-673, F1I X G203, F1B X 1.1.3, F1E X 3.1.4, F1C X G203-1, F1G X 16.5.15, F1D X 16.5.15, F1H X 1.1.3, F1A X 16.5.15, F1I X G673, F1G X 673, F1C X 4.8.8, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12 yang masing-masing ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari jagung dan kedelai dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung genotip F1F x 3.1.4, Maros 1 x 2, dan Maros 11 x 12.  Perlakuan jagung hibrida genotip F1B x 1.1.3, F1B x 4.8.8, F1C x 4.8.8, F1I x G203-1, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12  yang ditumpangsarikan dengan kedelai memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot biji pipilan kering per petak sebesar 2,60 – 3,30  kg/m2 setara dengan 5,77 – 7,34 ton/ha.Kata kunci : Jagung Hibrida, Kedelai, Tumpangsari
Evaluasi ketahanan simpan enam belas genotip benih jagung hibrida Unpad pada periode simpan empat bulan Nuraini, Anne; Sumadi, Sumadi; Kadapi, Muhamad; Wahyudin, Agus; Ruswandi, Dedi; Anindya, Marsya Nabila
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.177 KB)

Abstract

Abstract. Seed storage is a post-harvest activity that is done to maintain the seed quality before planting. The problem often encountered in seed storage is the rapid reduction of seed quality in short period of time. Seed storability is important to maintain seed quality in good condition. The aim of this research was to find out the best seed storability of 16 genotypes of UNPAD Hybrid Maize Seeds after 4 months storage period. This research was done by identificating best seed storability after some storage period of single hybrid maize seed, namely, DR (Downey Resistance), BR, MDR (mutant of DR), and MBR (mutant of BR) which are a collection of Maize Development Team Plant Breedung Laboratory Faculty of Agri-culture Universitas Padjadjaran. This research was conducted from October 2016 until February 2017 at Seed Technology Laboratory Faculty of Agriculture Universitas Padjadjaran. Completely Randomized Design was used and repeated two times. Data were tabulated and analyzed using the F test, while to test the significant difference further were using Scott Knott test level of 5%. The result showed that there is significant difference in electrical conductivity value, 1000 grain weight, seed germination capacity, vigor index, seed growth simultaneously, and normal seedling dry weight after 4 months storage period. MDR 18.5.1, DR 17, 4BR 157, 4MDR 14.1.1  were the best genotype on seed storability after 4 months storage period.Keywords : maize, genotypes, seed storability,  storage period Sari. Penyimpanan benih merupakan kegiatan pascapanen yang dilakukan untuk memper-tahankan mutu benih hingga benih tersebut siap ditanam. Permasalahan yang sering dihadapi pada penyimpanan benih yaitu penurunan mutu benih secara cepat dalam periode yang belum terlalu lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan simpan 16 genotip benih jagung hibrida UNPAD yang terbaik setelah periode simpan empat bulan. Penelitian ini dilakukan dengan mengiden-tifikasi ketahanan simpan terbaik setelah bebe-rapa periode simpan dari genotip benih jagung hibrida tunggal, yaitu genotip DR (Downey Resistance), BR, MDR (mutan DR), dan MBR (mutan BR) yang merupakan koleksi Tim Pengembangan Jagung Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padja-djaran. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai Februari 2017 di Labora-torium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Leng-kap (RAL) 2 ulangan. Data dianalisis mengguna-kan uji F, sedangkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan digunakan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan terda-pat perbedaan yang signifikan pada parameter daya hantar listrik, bobot 100 butir, daya berkecambah, indeks vigor, keserempakan tum-buh, serta bobot kering kecambah normal setelah periode simpan 4 bulan. Genotip MDR 18.5.1, DR 17, 4BR 157, 4MDR 14.1.1 merupakan genotip yang memiliki ketahanan simpan  setelah periode simpan 4 bulan.Kata kunci: jagung, genotip, ketahanan simpan, periode simpan
Cendana (Santalum album L.) sebagai tanaman penghasil minyak atsiri Ariyanti, Mira; Asbur, Yenni
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.797 KB)

Abstract

Abstract. Sandalwood is source of essential oil and as non-wood commodity of forest, which is potential and considered luxurious due to its distinctiveness hard wood and containing specific oil scent. Sandalwood oil can be produced from its wood by extracting from its tree trunks, twigs, brances, or root. The economic value of sandalwood plan is derived from its oil content (santalol) which has unique scent. A volatile oil contained in sandalwood is the sesquiterpenoid compound; among them are α-santalol dan b-santalol. Interaction between genetic factors of plant with its environment is a major factor that determines the growth and development of sandalwood plant that eventually affecting the volatile oil that can be produced. Engineering efforts are required against factors that  related with oil extraction in order to obtain its maximum production in both in quantity and quality. Sandalwood oil has high functional value, some of them are as the material for aromatic therapy which is particularly beneficial for human health, as cosmetic material, and as material for medicines.Keywords : sandalwood, essential oil, santalol Sari. Cendana merupakan sumber penghasil minyak atsiri dan merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu yang potensial dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas dan mengandung minyak dengan aroma yang spesifik. Pembuatan minyak cendana dapat dilakukan dengan memanfaatkan batang kayu, ranting, cabang ranting, dan akar pohon cendana. Nilai ekonomi tanaman cendana didapat dari kandungan minyak (santalol) dalam kayu yang beraroma wangi yang khas. Minyak atsiri yang terkandung pada kayu cendana merupakan golongan senyawa sesquiterpenoid diantaranya α-santalol dan b-santalol. Interaksi antara faktor genetik tanaman dengan ling-kungan merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman cendana yang pada akhirnya berpengaruh terhadap produksi minyak atsiri yang dihasilkan. Diperlukan upaya rekayasa terhadap faktor-faktor yang terkait dengan ektraksi minyak cendana sehingga produksi maksimal dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas. Minyak cendana memiliki nilai fungsi yang tinggi diantaranya sebagai bahan aroma terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia, bahan kosmetik, dan bahan untuk obat-obatan.Kata kunci : tanaman cendana, minyak atsiri, santalol
Pembentukan ubi mikro kentang (Solanum tuberosum L.) pada berbagai komposisi media in vitro Amalia, Inneke; Nuraini, Anne; Sumadi, Sumadi; Mubarok, Syariful; Suminar, Erni
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.915 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14441

Abstract

Permasalahan umum terkait pada produksi kentang adalah penggunaan benih sumber yang kurang bermutu dan mengalami kemunduran benih. Penelitian bertujuan untuk menentukan zat penghambat tumbuh coumarin,  jasmonic acid dan paklobutrazol yang tepat untuk pertumbuhan stek dan pembentukan ubi mikro kentang secara in vitrosehingga dapat digunakan untuk penyediaan bibit berkualitas. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang, pada bulan Oktober 2015 sampai Mei 2016. Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang merupakan kombinasi dari media, retardan coumarin (105 mg L-1 dan 120 mg L-1), paklobutrazol (0.4 mg L-1 dan 1 mg L-1) dan  jasmonic acid (0,4 mg L-1 dan 10 mg L-1), dan tambahan gula dengan komposisi 90 g L-1 dan 120 gL-1. Percobaan diulang sebanyak lima kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi media dasar dan zat retardan dapat berpengaruh terhadap peubahjumlah ubi mikro dan bobot ubi mikro. Kata Kunci: ubi mikro kentang,  zat penghambat tumbuh, paclobutrazol, jasmonic acid, coumarin
Identifikasi keragaman genetik plasma nutfah ubi kayu liar (Manihot glaziovii muell) berdasarkan karakter morfo-agronomi Karuniawan, Agung; Wicaksono, Hendi N; Ustari, Debby; Setiawati, Tia; Supriatun, T
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.147 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14038

Abstract

Plasma nutfah tanaman merupakan sumber bahan genetik bagi program pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman genetik plasma nutfah ubi kayu liar berdasarkan karakter morpho-agronomy. Percobaan dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga Juni 2015. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan 23 aksesi ubi kayu liar dan diulang sebanyak dua kali. Analisis komponen utama menghasilkan biplot dengan nilai PC1 dan PC2 yang memiliki kontribusi terbesar terhadap variasi yaitu masing-masing sebesar 27.98% dan 19.45%. Analisis klaster menghasilkan gambar dendogram terdiri dari dua klaster utama yaitu I dan II.  Pada gambar dendogram terdapat jarak euclidean antara 0.00 hingga 3.32. Hal ini menunjukan bahwa plasma nutfah ubi kayu liar Unpad adalah luas.Kata Kunci : Analisis Komponen Utama, Analisis Klaster, Biplot, Dendogram, Keragaman genetik, Ubi Kayu Liar.
Pemanfatan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) sebagai tanaman penghasil minyak atsiri Asbur, Yenni; Khairunnisyah, Khairunnisyah
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.624 KB)

Abstract

Abstract. Andaliman (Zanthoxylum acantho-podium DC) is one of the most widely used herbs in Toba Samosir and North Tapanuli, North Sumatera, at an altitude of 1,500 m asl, found growing wild in the Tapanuli area and used as spices in traditional Batak Angkola and Batak Mandailing. Beside North Sumatra, andaliman belonging to the family Rutaceae (family of oranges) is also found in India, China, and Tibet. This study was aimed to study the role of andaliman plants as a source of essential oils. Research method used was literature review from various resources, then understand, analyze, and discussed the results. The results of literature studies shown that andaliman are widely used as cooking spices for various cuisines because the content of citrus-colored citrus oil and has a spicy flavor like pepper. In addition, the essential oil from andaliman can also be used as an antimicrobial that can be utilized as a food preservative. Keywords : Andaliman, essential oil, food preservativeTanaman andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) merupakan salah satu tumbuhan rempah yang banyak terdapat di daerah Kabupaten Toba Samosir dan Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada daerah berketinggian 1,500 m dpl, ditemukan tumbuh liar di daerah Tapanuli dan digunakan sebagai rempah pada masakan adat Batak Angkola dan Batak Mandailing. Selain di Sumatera Utara, andaliman yang masuk dalam famili Rutaceae (keluarga jeruk-jerukan) juga terdapat di India, China, dan Tibet. Bentuknya mirip lada (merica), bulat kecil, berwarna hijau, tetapi jika sudah kering agak kehitaman. Bila buah andaliman digigit akan tercium aroma minyak atsiri yang wangi jeruk dengan rasa yang khas (getir) sehingga merangsang produksi air liur. Secara umum spesies Zanthoxylum termasuk andaliman menghasilkan alkamides menyengat yang berasal dari asam karboksilat tak jenuh ganda yang disimpan dalam pericarp (dinding buah, cangkang), tetapi tidak di dalam biji. Hasil penelitian menunjukkan kandungan minyak atsiri buah andaliman cukup tinggi, yaitu 8.01% w/w. Hal ini menunjukkan bahwa buah andaliman memiliki potensi dalam pemanfaatannya sebagai pengawet pangan alami. Kata kunci : Andaliman, minyak atsiri, pengawet pangan
Respons tiga klon tanaman rami (Boehmeria nivea (L.) Gaud) terhadap konsentrasi asam giberelat yang berbeda Suherman, Cucu; Nurainni, Anne; Wulandari, Veronika Sri Rahayu
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.033 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14470

Abstract

Tanaman rami merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penghasil serat yang serat-nya dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi zat pengatur tumbuh asam giberelat (GA3) dan tiga klon rami terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman rami serta mengetahui interaksi konsentrasi asam giberelat dan klon rami yang paling baik. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang, ordo tanah Inceptisol, waktu pelaksanaan bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017. Tipe curah hujan C (agak basah) menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, dengan ketinggian tempat 754 mdpl. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan dua belas perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah klon rami yang terdiri atas tiga taraf, yaitu Pujon 13, Bandung A, dan Ramindo 1. Faktor kedua adalah konsentrasi asam giberelat, yaitu 0 ppm, 75 ppm, 150 ppm, dan 225 ppm. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh interaksi klon  dengan konsentrasi GA3 terhadap jumlah daun umur 12 MST, diameter batang umur 8 dan 12 MST, dan tinggi tanaman 12 MST. Pengaruh interaksi terbaik terjadi pada perlakuan klon Bandung A dengan asam giberelat 225 ppm, ditunjukkan oleh jumlah daun umur 12 MST, serta diameter batang umur 8 dan 12 MST. Pengaruh mandiri terbaik juga dihasilkan oleh klon Bandung A serta asam giberelat 225 ppm. Kata kunci: Asam Giberelat, Klon, Rami Kata kunci: Asam Giberelat, Klon, Rami

Page 10 of 50 | Total Record : 495