Claim Missing Document
Check
Articles

Identifikasi morfologi dan agronomi jagung hibrida Unpad pada tumpangsari dengan padi hitam di dataran tinggi Arjasari Jawa Barat Azizah, Elia; Setyawan, A.; kadapi, Muhamad; Yuwariah, Yuyun; Ruswandi, Dedi
Kultivasi Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.239 KB)

Abstract

Produksi jagung di Indonesia belum mampu menutupi tingginya permintaan jagung nasional. Padi hitam pun secara umum mengalami kondisi yang sama. Upaya peningkatan produksi jagung dapat ditingkatkan melalui penggunaan jagung hibrida. Namun, penggunaan varietas hibrida akan mendatangkan permasalahan lingkungan karena over aplikasi pupuk sintetis. Modifikasi lingkungan secara aktif pada budidaya hibrida jagung dan padi hitam dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Hal ini merupakan salah satu solusi yang ramah lingkungan karena memperkaya bahan organik dan anorganik melalui pemilihan tanaman kedua secara selektif, mencegah gagal panen, diversifikasi pangan dan asupan nutrisi yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan varietas jagung hibrida unpad yang memiliki penampilan morfologi dan agronomi terbaik dalam tumpangsari dengan padi hitam di dataran tinggi. Percobaan lapangan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 18 perlakuan jagung hibrida unpad dan 1 varietas komersil sebagai cek. Untuk mendapatkan Jagung hibrida terpilih analisis dilanjutkan dengan uji Least Significant Increase (LSI). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kondisi tumpangsari dengan padi hitam, karakter panjang daundengan hibrida terpilih JH6, JH17, JH12, dan karakter bobot biji pipilan kering, dengan hibrida terpilih JH17, JH12, JH8, JH1 dan JH14, memberikan hasil tertinggi dibandingkan cek. Panjang daun dan bobot biji pipilan kering merupakan karakter penting terkait dengan hasil yang tinggi pada jagung hibrida. Namun, memberikan hasil yang sama pada tinggi tongkol dan kandungan klorofil. Untuk mendapatkan jagung hibrida unpad yang lebih stabil dan adaptif perlu dilakukan pengujian lebih lanjut pada musim dan ketinggian tempat yang berbeda.Kata kunci : Morfologi-Agronomi, hibrida,  jagung, padi hitam, tumpangsari
Pengaruh pola tanam tumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung Yuwariah, Yuyun; Ruswandi, Dedi; Irwan, Aep Wawan
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.804 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14377

Abstract

Jagung dan kedelai merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi di Indonesia. Konsumsi jagung dan kedelai akan terus mengalami peningkatan setiap tahun dikarenakan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Sistem tumpangsari merupakan sistem pertanaman dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui genotip jagung hibrida yang terbaik ditumpangsarikan dengan kedelai. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Arjasari, Kabupaten Bandung dengan ketinggian tempat mencapai  960 m di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 20 perlakuan dan diulang sebanyak 2 kali, dengan perlakuan 18 genotip dan 2 genotip cek, terdiri dari F1B X 4.8.8, F1E X 1.1.3, F1D X 3.1.4, F1F X G203, F1A X 4.8.8,, F1E X 3.1.4, F1H X G-673, F1I X G203, F1B X 1.1.3, F1E X 3.1.4, F1C X G203-1, F1G X 16.5.15, F1D X 16.5.15, F1H X 1.1.3, F1A X 16.5.15, F1I X G673, F1G X 673, F1C X 4.8.8, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12 yang masing-masing ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari jagung dan kedelai dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung genotip F1F x 3.1.4, Maros 1 x 2, dan Maros 11 x 12.  Perlakuan jagung hibrida genotip F1B x 1.1.3, F1B x 4.8.8, F1C x 4.8.8, F1I x G203-1, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12  yang ditumpangsarikan dengan kedelai memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot biji pipilan kering per petak sebesar 2,60 – 3,30  kg/m2 setara dengan 5,77 – 7,34 ton/ha.Kata kunci : Jagung Hibrida, Kedelai, Tumpangsari
Evaluasi ketahanan simpan enam belas genotip benih jagung hibrida Unpad pada periode simpan empat bulan Nuraini, Anne; Sumadi, Sumadi; Kadapi, Muhamad; Wahyudin, Agus; Ruswandi, Dedi; Anindya, Marsya Nabila
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.177 KB)

Abstract

Abstract. Seed storage is a post-harvest activity that is done to maintain the seed quality before planting. The problem often encountered in seed storage is the rapid reduction of seed quality in short period of time. Seed storability is important to maintain seed quality in good condition. The aim of this research was to find out the best seed storability of 16 genotypes of UNPAD Hybrid Maize Seeds after 4 months storage period. This research was done by identificating best seed storability after some storage period of single hybrid maize seed, namely, DR (Downey Resistance), BR, MDR (mutant of DR), and MBR (mutant of BR) which are a collection of Maize Development Team Plant Breedung Laboratory Faculty of Agri-culture Universitas Padjadjaran. This research was conducted from October 2016 until February 2017 at Seed Technology Laboratory Faculty of Agriculture Universitas Padjadjaran. Completely Randomized Design was used and repeated two times. Data were tabulated and analyzed using the F test, while to test the significant difference further were using Scott Knott test level of 5%. The result showed that there is significant difference in electrical conductivity value, 1000 grain weight, seed germination capacity, vigor index, seed growth simultaneously, and normal seedling dry weight after 4 months storage period. MDR 18.5.1, DR 17, 4BR 157, 4MDR 14.1.1  were the best genotype on seed storability after 4 months storage period.Keywords : maize, genotypes, seed storability,  storage period Sari. Penyimpanan benih merupakan kegiatan pascapanen yang dilakukan untuk memper-tahankan mutu benih hingga benih tersebut siap ditanam. Permasalahan yang sering dihadapi pada penyimpanan benih yaitu penurunan mutu benih secara cepat dalam periode yang belum terlalu lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan simpan 16 genotip benih jagung hibrida UNPAD yang terbaik setelah periode simpan empat bulan. Penelitian ini dilakukan dengan mengiden-tifikasi ketahanan simpan terbaik setelah bebe-rapa periode simpan dari genotip benih jagung hibrida tunggal, yaitu genotip DR (Downey Resistance), BR, MDR (mutan DR), dan MBR (mutan BR) yang merupakan koleksi Tim Pengembangan Jagung Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padja-djaran. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai Februari 2017 di Labora-torium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Leng-kap (RAL) 2 ulangan. Data dianalisis mengguna-kan uji F, sedangkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan digunakan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan terda-pat perbedaan yang signifikan pada parameter daya hantar listrik, bobot 100 butir, daya berkecambah, indeks vigor, keserempakan tum-buh, serta bobot kering kecambah normal setelah periode simpan 4 bulan. Genotip MDR 18.5.1, DR 17, 4BR 157, 4MDR 14.1.1 merupakan genotip yang memiliki ketahanan simpan  setelah periode simpan 4 bulan.Kata kunci: jagung, genotip, ketahanan simpan, periode simpan
Identifikasi morfologi dan agronomi jagung hibrida Unpad pada tumpangsari dengan padi hitam di dataran tinggi Arjasari Jawa Barat Elia Azizah; A. Setyawan; Muhamad kadapi; Yuyun Yuwariah; Dedi Ruswandi
Kultivasi Vol 16, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.239 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i1.11718

Abstract

Produksi jagung di Indonesia belum mampu menutupi tingginya permintaan jagung nasional. Padi hitam pun secara umum mengalami kondisi yang sama. Upaya peningkatan produksi jagung dapat ditingkatkan melalui penggunaan jagung hibrida. Namun, penggunaan varietas hibrida akan mendatangkan permasalahan lingkungan karena over aplikasi pupuk sintetis. Modifikasi lingkungan secara aktif pada budidaya hibrida jagung dan padi hitam dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Hal ini merupakan salah satu solusi yang ramah lingkungan karena memperkaya bahan organik dan anorganik melalui pemilihan tanaman kedua secara selektif, mencegah gagal panen, diversifikasi pangan dan asupan nutrisi yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan varietas jagung hibrida unpad yang memiliki penampilan morfologi dan agronomi terbaik dalam tumpangsari dengan padi hitam di dataran tinggi. Percobaan lapangan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 18 perlakuan jagung hibrida unpad dan 1 varietas komersil sebagai cek. Untuk mendapatkan Jagung hibrida terpilih analisis dilanjutkan dengan uji Least Significant Increase (LSI). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kondisi tumpangsari dengan padi hitam, karakter panjang daundengan hibrida terpilih JH6, JH17, JH12, dan karakter bobot biji pipilan kering, dengan hibrida terpilih JH17, JH12, JH8, JH1 dan JH14, memberikan hasil tertinggi dibandingkan cek. Panjang daun dan bobot biji pipilan kering merupakan karakter penting terkait dengan hasil yang tinggi pada jagung hibrida. Namun, memberikan hasil yang sama pada tinggi tongkol dan kandungan klorofil. Untuk mendapatkan jagung hibrida unpad yang lebih stabil dan adaptif perlu dilakukan pengujian lebih lanjut pada musim dan ketinggian tempat yang berbeda.Kata kunci : Morfologi-Agronomi, hibrida,  jagung, padi hitam, tumpangsari
Evaluasi kegenjahan dan daya hasil jagung manis hibrida Indonesia menggunakan analisis GGE biplot pada lingkungan yang berbeda Dedi Ruswandi; Jajang Supriatna; Edi Suryadi; Nyimas Poppi Indriani; Noladhi Wicaksana; Muhammad Syafii
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32748

Abstract

AbstrakUji multilokasi merupakan fase yang penting dalam menyeleksi hibrida jagung yang stabil pada lingkungan yang luas dan menyeleksi hibrida superior untuk lokasi spesifik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kegenjahan dan daya hasil hibrida Padjadjaran, serta menentukan interaksi genotip dengan lingkungan (G x E), stabilitas, dan adaptabilitas karakter kegenjahan hibrida Padjadjaran di tiga lokasi selama dua musim yang berbeda di Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan  delapan belas perlakuan yang terdiri dari enam belas hibrida Padjadjaran dan dua kultivar cek. Percobaan dilaksanakan selama dua tahun berturut- turut yaitu tahun ke-1 (Maret sampai Juli, 2014) dan tahun ke-2 (Maret sampai Juli, 2015) di tiga lokasi di Jawa Barat, yaitu: Jatinangor - Sumedang, Lembang - Kabupaten Bandung Barat, dan Wanayasa - Kabupaten Purwakarta. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kegenjahan dan daya hasil digunakan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT), sedangkan untuk menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adaptabilitas menggunakan Genotype plus Genotype x Environment (GGE) biplot. Hasil memperlihatkan bahwa analisis GGE dapat menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adaptabilitas jagung manis hibrida Indonesia di Jawa Barat secara akurat. Model GGE disarankan untuk dapat digunakan sebagai aplikasi analisis untuk perilisan hibrida unggul di Indonesia oleh Kementerian Pertanian.Kata Kunci: Adaptabilitas, Interaksi  G x E, kegenjahan, Stabilitas Abstract. Multi-environment testing is an important stage to select stable hybrid for broad environment and to select superior hybrid for a specific environment. To determined G x E (Genotype x Environment) interaction, stability and adaptability of Padjadjaran sweet corn in Indonesia, sixteen new Padjadjaran sweetcorn hybrids and two commercial hybrids were tested in three locations for two different seasons in West Java, Indonesia. Duncan multiple range was used to elaborate the difference between sweetcorn hybrids for short duration and yield, while Genotype plus Genotype x Environment (GGE) biplot analysis was used to determine G x E interaction, stability, and adaptability. Results showed that GGE analysis was accurately determined G x E interaction, stability, and adaptability of Indonesian sweet corn in West Java. The GGE model is suggested to implement as a tool for Ministry of Agriculture  to release superior hybrid in Indonesia.Keywords: Adaptability, G x E interaction, Short duration, Stability
Pengaruh pola tanam tumpangsari jagung dan kedelai terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan evaluasi tumpangsari di Arjasari Kabupaten Bandung Yuyun Yuwariah; Dedi Ruswandi; Aep Wawan Irwan
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (979.804 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i3.14377

Abstract

Jagung dan kedelai merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi di Indonesia. Konsumsi jagung dan kedelai akan terus mengalami peningkatan setiap tahun dikarenakan pertambahan jumlah penduduk. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tanaman dapat dilakukan dengan cara tumpangsari. Sistem tumpangsari merupakan sistem pertanaman dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman secara serentak pada lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Penelitian bertujuan untuk mengetahui genotip jagung hibrida yang terbaik ditumpangsarikan dengan kedelai. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016 di Arjasari, Kabupaten Bandung dengan ketinggian tempat mencapai  960 m di atas permukaan laut. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 20 perlakuan dan diulang sebanyak 2 kali, dengan perlakuan 18 genotip dan 2 genotip cek, terdiri dari F1B X 4.8.8, F1E X 1.1.3, F1D X 3.1.4, F1F X G203, F1A X 4.8.8,, F1E X 3.1.4, F1H X G-673, F1I X G203, F1B X 1.1.3, F1E X 3.1.4, F1C X G203-1, F1G X 16.5.15, F1D X 16.5.15, F1H X 1.1.3, F1A X 16.5.15, F1I X G673, F1G X 673, F1C X 4.8.8, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12 yang masing-masing ditumpangsarikan dengan tanaman kedelai. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sistem tanam tumpangsari jagung dan kedelai dapat memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung genotip F1F x 3.1.4, Maros 1 x 2, dan Maros 11 x 12.  Perlakuan jagung hibrida genotip F1B x 1.1.3, F1B x 4.8.8, F1C x 4.8.8, F1I x G203-1, Maros 1 x 2 dan Maros 11 x 12  yang ditumpangsarikan dengan kedelai memberikan pengaruh terbaik terhadap bobot biji pipilan kering per petak sebesar 2,60 – 3,30  kg/m2 setara dengan 5,77 – 7,34 ton/ha.Kata kunci : Jagung Hibrida, Kedelai, Tumpangsari
Evaluasi ketahanan simpan enam belas genotip benih jagung hibrida Unpad pada periode simpan empat bulan Anne Nuraini; Sumadi Sumadi; Muhamad Kadapi; Agus Wahyudin; Dedi Ruswandi; Marsya Nabila Anindya
Kultivasi Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (770.177 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v17i1.15854

Abstract

Abstract. Seed storage is a post-harvest activity that is done to maintain the seed quality before planting. The problem often encountered in seed storage is the rapid reduction of seed quality in short period of time. Seed storability is important to maintain seed quality in good condition. The aim of this research was to find out the best seed storability of 16 genotypes of UNPAD Hybrid Maize Seeds after 4 months storage period. This research was done by identificating best seed storability after some storage period of single hybrid maize seed, namely, DR (Downey Resistance), BR, MDR (mutant of DR), and MBR (mutant of BR) which are a collection of Maize Development Team Plant Breedung Laboratory Faculty of Agri-culture Universitas Padjadjaran. This research was conducted from October 2016 until February 2017 at Seed Technology Laboratory Faculty of Agriculture Universitas Padjadjaran. Completely Randomized Design was used and repeated two times. Data were tabulated and analyzed using the F test, while to test the significant difference further were using Scott Knott test level of 5%. The result showed that there is significant difference in electrical conductivity value, 1000 grain weight, seed germination capacity, vigor index, seed growth simultaneously, and normal seedling dry weight after 4 months storage period. MDR 18.5.1, DR 17, 4BR 157, 4MDR 14.1.1  were the best genotype on seed storability after 4 months storage period.Keywords : maize, genotypes, seed storability,  storage period Sari. Penyimpanan benih merupakan kegiatan pascapanen yang dilakukan untuk memper-tahankan mutu benih hingga benih tersebut siap ditanam. Permasalahan yang sering dihadapi pada penyimpanan benih yaitu penurunan mutu benih secara cepat dalam periode yang belum terlalu lama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan simpan 16 genotip benih jagung hibrida UNPAD yang terbaik setelah periode simpan empat bulan. Penelitian ini dilakukan dengan mengiden-tifikasi ketahanan simpan terbaik setelah bebe-rapa periode simpan dari genotip benih jagung hibrida tunggal, yaitu genotip DR (Downey Resistance), BR, MDR (mutan DR), dan MBR (mutan BR) yang merupakan koleksi Tim Pengembangan Jagung Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padja-djaran. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai Februari 2017 di Labora-torium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Leng-kap (RAL) 2 ulangan. Data dianalisis mengguna-kan uji F, sedangkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan digunakan uji Scott Knott pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan terda-pat perbedaan yang signifikan pada parameter daya hantar listrik, bobot 100 butir, daya berkecambah, indeks vigor, keserempakan tum-buh, serta bobot kering kecambah normal setelah periode simpan 4 bulan. Genotip MDR 18.5.1, DR 17, 4BR 157, 4MDR 14.1.1 merupakan genotip yang memiliki ketahanan simpan  setelah periode simpan 4 bulan.Kata kunci: jagung, genotip, ketahanan simpan, periode simpan
Pengaruh cekaman kekeringan terhadap hasil dan sensitivitas tiga genotip jawawut Sheli Mustikasari Dewi; Yuyun Yuwariah; Warid Ali Qosim; Dedi Ruswandi
Kultivasi Vol 18, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.786 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i3.19636

Abstract

Jawawut merupakan salah satu tanaman serealia lokal Indonesia yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan genotip jawawut yang memberikan hasil paling baik dan sensitivitas paling rendah pada berbagai tingkat pemberian air di rumah plastik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNPAD. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Petak utama terdiri dari tiga macam genotip, yaitu genotip 44, 46, dan 48. Anak petak terdiri dari tiga taraf kadar air tanah, yaitu 75%, 50%, dan 25% dari kapasitas lapang. Hasil penelitian menunjukkan genotip 46 dan 48 menghasilkan bobot biji per rumpun lebih banyak dibandingkan genotip 44, masing-masing sebesar 32, 50 g-1 dan 32,57 g-1 vs 25,81 g-1, namun genotip 48 merupakan genotip dengan kriteria peka (P), yang memiliki indeks sensitivitas 1,25. Genotip 44 dan 46 termasuk keriteria medium toleran (MT), dengan indeks sensitivitas masing-masing sebesar 0,87 dan 0,85. Sekalipun hasilnya paling rendah namun genotip 44 memiliki potensi adaptif untuk dikembangkan di lahan kering dengan kemampuan menghasilkan prolin yang lebih banyak dibandingkan genotip 46 dan 48 pada tiga level pemberian air yang berbeda dengan kurva respons hasil yang masih linier bila dikaitkan antara prolin, hasil, dan indeks sensitivitas.Kata kunci : genotip jawawut, kadar air tanah, hasil, sensitivitas ABSTRACTMillet is one of Indonesian local food crops that can develope as food sources. The purpose of this study was to obtain the genotypes of millet which gave the best effect on the yield and lower sensitive at various levels of water supply in the plastic house. The study was conducted from June to September 2017 at the Experimental Station of The Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Sumedang, Indonesia. The research used Split Plot Design with three levels of main plot: genotypes 44, 46, and 48. Subplot consisted of three levels of water field capacity: 75%, 50% and 25%. The results showed that the genotype 46 and 48 had the higher seed weight than genotype 44 (32,50 g-1 and 32,57 g-1 vs 25,81 g-1), but the genotype 48 had sensitive(S) with sensitivity index 1,25. Genotype 44 and 46 had medium toleran (MT) with sensitivity index 0,87 and 0,85. Even had the lower yield, genotype 44 had adaptive potential to developed in the dry land, with proline production more than other genotypes at the three levels of different available water capacity, and yield response curve was still linier when linked between proline, yield and sensitivity index.Key words: millet genotype, soil water content, sensitivity
Perbandingan daya hasil dan toleransi naungan berbagai genotipe jagung Padjadjaran pada naungan eukaliptus Adilah Nurul Fitrah; Nono Carsono; Dedi Ruswandi
Kultivasi Vol 21, No 1 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i1.33452

Abstract

AbstrakKebutuhan jagung sebagai bahan pangan, pakan dan industri selalu meningkat, namun terdapat kendala dalam produksi jagung domestik, yaitu konversi lahan pertanian. Sistem agroforestri eukaliptus-jagung dapat menjadi alternatif yang digunakan untuk pengembangan jagung. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi daya hasil, mengestimasi nilai indeks toleransi, dan menyeleksi galur jagung Padjadjaran yang toleran terhadap naungan Eucalyptus sp. Penelitian ini dilaksanakan pada April – November 2019 di Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung. Rancangan percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (Split plot) dengan dua faktor (naungan dan genotipe) dan tiga ulangan. Petak utama adalah faktor naungan yang terdiri dari 2 taraf, yaitu tidak ternaungi dan ternaungi Eucalyptus sp., sedangkan anak petak adalah genotipe jagung yang terdiri dari 9 galur jagung Padjadjaran dan 5 varietas cek. Analisis data penelitian menggunakan analisis sidik ragam, uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%, analisis Genotype by Yield*Trait (GYT) biplot, dan analisis indeks toleransi cekaman. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan naungan Eukaliptus berpengaruh nyata terhadap beberapa karakter dan komponen daya hasil. Berdasarkan analisis GYT Biplot, genotipe jagung terbaik pada lingkungan ternaungi Eukaliptus adalah NK 212, MDR 8.5.3, Pertiwi 3, DR 8, BISI 77, dan MDR 3.1.2. Nilai stress tolerance index (STI) tertinggi pada NK 212, BISI 77, Pertiwi 3, MBR 153.15.1, Pioneer 21, dan MDR 8.5.3. Genotipe bernilai tinggi pada STI memiliki keunggulan pada karakter bobot tongkol dengan kelobot per plot dan per sampel, bobot tongkol tanpa kelobot per sampel, dan panjang tongkol.Kata Kunci: GYT biplot ∙ Indeks Toleransi Cekaman ∙ Jagung ∙ Toleran naungan AbstractDemand of maize for food, feed, and industrial material increase significantly every year. The main constraint to fulfill demand of domestic maize is the conversion of agricultural land. Eucalyptus/maize agroforestry system is an alternative for maize production in Indonesia. The purpose of this study was to identify yield, to estimate the tolerance index parameters and to select Padjadjaran maize lines that are tolerant under shading of Eucalyptus sp. The experiment was conducted from April-November 2019 at the Center for Agricultural Training and Research Development, Faculty of Agriculture Padjadjaran University, Bandung. The experiment was arranged in a splitplot design with two factors (shade and genotype) and three replications. The mainplot consisted of 2 levels, normal and was shaded by Eucalyptus sp., subplots were maize genotypes consisting of 9 Padjadjaran maize lines and 5 check varieties. Data were analyzed by analysis of variance, post-hoc analysis using Duncan's multiple range test at the 5% level, genotype by yield*trait (GYT) biplot analysis, and Stress Tolerance Index (STI) analysis. The results showed that Eucalyptus shade treatment significantly affected several characters and yield components. Based on the GYT Biplot analysis, the best genotypes in the Eucalyptus shaded environment are NK212, MDR8.5.3, Pertiwi3, DR8, BISI77, and MDR3.1.2. The highest STI values are at NK212, BISI77, Pertiwi3, MBR153.15.1, Pioneer21, and MDR8.5.3. The genotype that has the highest value on the STI has the superiority character for ear weight with husk per plot and per sample, ear weight without husk per sample, and ear length.Keywords: GYT biplot ∙ Maize ∙ Stress Tolerance Index ∙ Shading tolerance
Model GGE biplot untuk visualisasi interaksi genotip (G) x naungan (E) pada jagung toleran naungan pada sistem agroforestri Muhammad Syafii; Dedi Ruswandi
Kultivasi Vol 18, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.791 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i1.20938

Abstract

Sari. Jagung adalah serealia penting di Indonesia yang bernilai ekonomis dan strategis untuk dikembangkan sebagai bahan baku pangan (food), pakan (feed), dan minyak (fuel). Varietas jagung yang toleran terhadap intensitas naungan merupakan solusi tepat untuk meningkatkan produksi jagung melalui pemanfaatan lahan agroforestri. GGE biplot adalah model untuk visualisasi dan interpretasi data hasil pengujian genotipe pada lingkungan berbeda. Visualisasi aspek genotipe (G) dan lingkungan (E), dan hubungan keduanya (GXE) digambarkan sebagai biplot. Tujuan adalah untuk seleksi genotipe jagung toleran naungan pada sistem agroforestri. Penelitian dilaksanakan pada Maret-Agustus 2014 di Kebun Percobaan Cimalaka Sumedang menggunakan Split Plot Design diulang 2 kali. Data dianalisis menggunakan metode GGE biplot.  Berdasarkan analisis scatter plot DR-21 menunjukkan galur yang memiliki umur berbunga tergenjah di lingkungan tanpa naungan; sementara pada lingkungan naungan adalah M6DR 4.7.2. Pada bobot pipil, DR-14 memiliki bobot tertinggi pada kondisi tanpa naungan, dan mutan M6DR 5.5.1 memiliki bobot tertinggi pada kondisi naungan, mutan M6DR 16.5.15 merupakan genotipe yang memiliki nilai terendah pada lingkungan naungan dan tanpa naungan. Berdasarkan analisis rangking plot menunjukkan bobot tongkol,  genotip DR 10, dan DR 4 merupakan genotipe yang memiliki nilai tertinggi pada lingkungan naungan dan tanpa naungan, mutan M6BR-153.10.2 merupakan genotipe yang memiliki nilai terendah.  Pada umur berbunga mutan M6DR 14.2.1, M6DR 5.4.1, M6DR 14.3.11 dan  M6DR 7.1.7 merupakan genotipe yang memiliki umur berbunga tergenjah pada kedua lingkungan.Kata kunci: jagung, toleran naungan, model GGE biplot, sistem agroforestri, albizia  Abstract. Corn is an important cereal in Indonesia that is of economic and strategic value to be developed as a food ingredient, feed and fuel. Corn varieties that are tolerant of shade intensity is the right solution to increase corn production through the use of agroforestry. GGE biplot is a model for visualizing and interpreting data from genotype testing in different environments. Visualization of aspects of G x E and their relationship are described as biplot. The aim was to select corn tolerant in agroforestry. The study was conducted in March-August 2014 in the Experimental Field Cimalaka Sumedang, used Split Plot Design and repeated 2 times. Data were analyzed using the GGE biplot. Based on a scatter plot analysis showed that DR-21 have flowering at shorter time in a non-shade environment; while in the shade environment was M6DR 4.7.2. On grain weights, DR-14 line has the highest weight in non-shade conditions, and M6DR 5.5.1 mutant has the highest weight in shade conditions, while M6DR 16.5.15 is the genotype which has the lowest value in shade and without shade. Based on the ranking plot analysis showed cob weight, DR 10, and DR 4 were genotypes that have the highest values in two conditions, while M6BR-153.10.2 mutants were genotypes which have the lowest value in two conditions. On  flowering, M6DR 14.2.1, M6DR 5.4.1, M6DR 14.3.11 and M6DR 7.1.7 were genotypes that have shorter time in both environments. Keywords: corn, shade tolerant, GGE biplot, agroforestry, albizia.
Co-Authors A. N. Oktafian A. Setyawan A. Setyawan, A. Ade Ismail Ade Ismail Adilah Nurul Fitrah Aep Wawan Irwan Aep Wawan Irwan Aep Wawan Irwan Agung Karuniawan Agus Wahyudin Agus Wahyudin Agus Wahyudin Andhita Zata Dini Dini Anindya, Marsya Nabila ANNE NURAINI Aprianti Resti Saputri Ayu Fitriani Bastamansyah, Bastamansyah Betty Natalie Fitriatin Budiman, Muhammad Nafariz Citra Bakti, Citra Dedeh Kurniasih Desri Nursyahbani Putri Dewi Yustisiani Dhany Esperanza Edi Suryadi Edy Suryadi Elia Azizah Elia Azizah, Elia Fadhilah, Rifat Fadhillah, Farhan Fakhri Nasharul Syihab Febri Hendrayana Fiky Yulianto Wicaksono Fiky Yulianto Wicaksono Fiky Yulianto Wicaksono Hafsah Ashri Noor Azizah Haysa, Qinthara Nail Hendrik Yustra Gunawan Ika Ika Cartika Jajang Supriatna Jajang Supriatna Khalisha, Ana M Kadapi M. Saraswati Marsya Nabila Anindya Maulana , Haris Meddy Rachmadi Moh Ali Abdullah Muhamad kadapi, Muhamad Muhamad Sahrul Sidik Muhammad Syafi'i Muhammad Syafi'i Muhammad Syafii Muhammad Syafii Muhammad Syafi’i Muhammad, Damara Bakti Muharam, Muharam Murdaningsih Haeruman Karmana Nadia Nuraniya Kamaluddin Neni Rostini Nita Fitria Noladhi Wicaksana Nono Carsono Nono Carsono Novanda Sari, Dwi Nurul Fitri Hanifah Nyimas Poppi Indriani Pujawati Suryatmana R. Setiamihardja Rahmi, Hayatul Rama Adi Pratama Rezeki Simamora Rianti, Winda Rija Sudirja Rudianto, Safira Damayanti Rumidatul, Alfi Santika Sari Sativa, Novriza Sheli Mustikasari Dewi Soendajana, Audi Razaqa Sugiarto S Sugiono, Darso Sumadi Sumadi SUMADI SUMADI Supriadi, Devie Rienzani Suseno Amien Syihab, Fakhri Nasharul WARID ALI QOSIM Winny Dewi W. Yayat Hidayat Yudithia Maxiselly, Yudithia Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah Yuyun Yuwariah