cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
Pengaruh cuaca terhadap hasil pucuk teh (Camellia sinensis L.(O) Kuntze) klon GMB 7 pada periode jendangan dan pemetikan produksi Intan Ratna Dewi Anjarsari; Erdi Rezamela; Heri Syahrian; Vitria Hapsari Rahadi
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.186 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23375

Abstract

Sari. Banyak faktor yang berperan dalam peningkatan produktivitas tanaman teh, diantaranya adalah faktor cuaca, seperti peningkatan curah hujan dan pergerseran musim. Pertumbuhan dan hasil tanaman teh pada musim kemarau  terutama setelah tanaman teh dipangkas dan memasuki fase jendangan dan pemetikan produksi akan lebih baik bila air cukup tersedia dan suhu tidak terlalu tinggi, sebaliknya pada musim hujan hasil tidak terlalu tinggi dan rentan terserang hama penyakit namun kualitas teh cenderung baik.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh cuaca terhadap bobot basah pucuk, bobot kering pucuk, dan rasio pucuk peko burung pada periode jendangan dan pemetikan produksi.  Percobaan dilaksanakan  di Kebun Percobaan Blok A5 Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung dari Maret-September 2018. Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini tanaman teh  TM  klon GMB 7  (umur 7 tahun)  sebanyak 960 tanaman (satu plot sebanyak 10 tanaman)  dengan jarak tanam 110 cm x 90 cm. Eksperimen ini menggunakan korelasi Pearson pada level signifikansi 5%. Jumlah data berpasangan antara data cuaca dan data produksi daun teh adalah 24 unit komposit. Data cuaca yang diamati adalah suhu, kelembaban, curah hujan, dan radiasi matahari, sementara data produksi yang diamati adalah bobot basah dan bobot kering pucuk. Hasil analisis menunjukkan bahwafaktor suhu, kelembaban, curah hujan, dan  radiasi matahari berkorelasi negatif  dan tidak signifikan terhadap bobot basah dan bobot kering pucuk pada periode pemetikan jendangan. Unsur cuaca yaitu suhu, kelembaban, curah hujan, dan radisi matahari  berkorelasi negatif  terhadap bobot basah pucuk (BBP) dan bobot kering pucuk (BKP) pada periode pemetikan  produksi. Faktor suhu secara  signifikan/nyata dengan nilai korelasi sebesar 0,99  berpengaruh terhadap bobot kering pucuk.  Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan suhu akan menurunkan bobot kering pucuk.Kata kunci : Perubahan cuaca ∙ Jendangan ∙ Pemetikan produksi Abstract. Many factors play a role in increasing the productivity of tea plants, including weather factors, such as increasing rainfall and shifting seasons. The growth and yield of tea plants in the dry season, especially after the tea plants are pruned into the tipping period and production plucking, will be better if water is available and the temperature is not too high, vice versa in the rainy season yields are not too high and susceptible to disease pests, but tea quality tends to be good. This study aimed to examine the effect of weather on shoot wet weight, shoot dry weight, and the ratio of banji shoots in tipping and production plucking period of tea. The experiment was carried out in the Block A5 Experimental Plantation, Tea and Quinine Research Center, from March until September 2018. The plant material used in this study was tea clones of GMB tea (7 years old) and number of sample was 960 plants (one plot of 10 plants) with spacing 110 cm x 90 cm. This experiment used Pearson correlation in of 5% of significance level. The number of paired data between weather data and tea leaf production data was 24 composite units. Weather data were temperature, humidity, rainfall, and solar radiation, while tea production data were wet and dry weight of shoot.The results of the analysis showed that temperature, humidity, rainfall, and solar radiation, had negative correlation and correlated not significantly to the wet weight and shoot dry weight of the shoot in tipping period. It had negative correlation too to shoot wet weight and shoot dry weight in tipping period. The temperature factor correlated significantly with a correlation value of 0.99 to the shoot dry weight. This showed that increasing the temperature will reduce the shoot dry weight.Keywords: Weather change ∙ Tipping ∙ Production plucking
Respons fisiologis tanaman kentang terhadap jenis zat pengatur tumbuh pada berbagai kondisi cekaman kekeringan di dataran medium Nita Yuniati; Jajang Sauman Hamdani; Mochamad Arief Soleh
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.863 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24972

Abstract

Sari Peningkatan suhu global akibat peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer sangat berpotensi terjadi cekaman kekeringan pada tanaman kentang. Fenomena ini dapat mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) asam salisilat dan paclobutrazol mampu memberikan perlindungan bagi tanaman terhadap cekaman kekeringan melalui serangkaian proses fisiologis seperti peningkatan aktivitas fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara ZPT dan cekaman kekeringan serta memperoleh jenis ZPT dan kondisi cekaman kekeringan yang masih mampu menghasilkan karakter fisiologis tanaman kentang terbaik di dataran medium. Percobaan bertempat di Kebun Percobaan Ciparanje, Jatinangor, pada ketinggian 685 m di atas permukaan laut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi. Petak utama terdiri dari interval penyiraman 1, 4, 8, dan 12 hari, sedangkan anak petak terdiri atas tanpa ZPT, asam salisilat, paclobutrazol, serta kombinasi asam salisilat dan paclobutrazol. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara jenis ZPT dengan cekaman kekeringan terhadap seluruh parameter fisiologis. Penambahan ZPT paclobutrazol mampu menghasilkan respons terbaik terhadap konduktansi stomata serta suhu kanopi. Sementara itu, tanaman kentang pada 9 MST masih mampu memberikan respons fluoresensi klorofil terbaik hingga interval penyiraman 4 hari.Kata kunci: Kentang ∙ Cekaman kekeringan ∙ Asam salisilat ∙ Paclobutrazol Abstract. The rising of CO2 concentration increases global temperature. This phenomenon potentially causes drought stress in potato plant and lead to interfere its physiological process. Plant growth regulator (PGR) such as salicylic acid and paclobutrazol are expected to protect the plant due to the drought stress through improving photosynthesis activity. This study aimed to understand the interaction between PGR and drought stress; and find out the types of PGR and drought stress condition which are able to provide the best physiological responses of potato plant in medium altitude. The experiment was conducted in Ciparanje Experimental Field, Jatinangor, at an altitude 685 m above sea level. Split plot design was used as the experimental design. The main plot was watering interval, consisted of 1, 4, 8, and 12 day; while the subplot was PGR treatment, consisted of non-PGR, salicylic acid, paclobutrazol, and the combination of salicylic acid and paclobutrazol. All of the treatments were replicated for 3 times. The results showed that interactions were not occurred between PGR and drought stress to all physiological parameters. The treatment of paclobutrazol exhibited stomatal conductance and canopy temperature. Meanwhile, the potato plant showed good responses on chlorophyll fluorescence 9 WAP until 4 days watering interval.Keywords: Potato ∙ Drought stress ∙ Salicylic acid ∙ Paclobutrazol
Optimasi teknik sterilisasi dan induksi tunas tanaman durian (Durio zibethinus Murr) ‘Kamajaya’ lokal Cimahi Secara in vitro Agung Rahmadi; Noladhi Wicaksana; Bambang Nurhadi; Erni Suminar; Siti Rakhmah Tenrisui Pakki; Syariful Mubarok
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.702 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.24559

Abstract

Sari. Durian ‘Kamajaya’ merupakan salah satu jenis durian lokal yang keberadaanya hampir punah sehingga perlu dilakukan konservasi, salah satunya yaitu dengan perbanyakan menggunakan kultur jaringan. Permasalahan yang muncul dalam kultur jaringan durian ini salah satunya adalah metode sterilisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode sterilisasi yang tepat untuk perbanyakan tanaman durian ‘Kamajaya’ secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, sejak bulan Mei sampai September tahun 2019. Eksplan yang digunakan adalah tunas muda dari tanaman durian ‘Kamajaya’ yang berasal dari Cimahi. Sterilisasi untuk inisiasi dengan teknik kultur jaringan menggunakan kombinasi air mengalir, detergen, fungisida, bakterisida, alkohol 70%, antiseptik PCMX 10%, surfaktan polysorbate 3 tetes per liter, antiseptik povidone-iodine, clorox (10% dan 20%)  dan HgCl2 0,1%. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sterilisasi tunas muda durian ‘Kamajaya’ dengan menggunakan air mengalir, perendaman dalam detergen selama 10 menit, perendaman dalam fungisida selama 10 menit, perendaman dalam clorox 20% + surfaktan polysorbate 3 tetes per L selama 20 menit, perendaman dalam clorox 10% selama 10 menit, serta perendaman dalam HgCl2 0,1% selama 1 menit memiliki presentase kontaminasi terendah yaitu 20 % dan presentasi hidup tertinggi yaitu 80 %.Kata kunci:  Durian ‘Kamajaya’ ∙ Kultur jaringan ∙ Sterilisasi Abstract. Durian 'Kamajaya' is a type of local durian that is almost extinct. Tissue culture is one of the methods that can be used as a plant conservation. However, many problems arise in Durian tissue culture, one of which is the sterilization method. The objective of this study was to obtain an appropriate in vitro sterilization method for the multiplication of Durian 'Kamajaya'. The research was conducted at the Laboratory of Tissue Culture, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, from May to September 2019. The durian buds were used as plant explant sterilized for initiation with tissue culture techniques using different sterilization methods as following running water, detergent, fungicides  , bactericide, alcohol 70% , PCMX antiseptic 10%, polysorbate surfactant 3 drops per L,  clorox (10% and 20%), and  HgCl2 0.1%. The results showed that the sterilization of Durian 'Kamajaya' using water flow + soaking in detergent for 10 minutes +  fungicide for 10 minutes + Clorox 20% and polysorbate surfactant 3 drops per L for 20 minutes + Clorox 10% for 10 minutes + HgCl2 0.1% for 1 minute gave the lowest percentage of contamination (20%) and the highest life presentation(80%).Keywords: Durian 'Kamajaya' ∙ Tissue culture ∙ Sterilization
Pengujian efektivitas jenis media tanam dan nutrisi terhadap produksi kubis bunga (Brassica oleracea L. var. Botrytis, subvar. Cauliflora DC) kultivar Mona F1 pada sistem hidroponik Rommy Andhika Laksono
Kultivasi Vol 19, No 1 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.56 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i1.23744

Abstract

Sari Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan produksi kubis bunga di Indonesia, diantaranya sistem budidaya yang kurang tepat, nutrisi yang kurang optimal, kurangnya pemanfaatan unsur organik dalam teknik budidayanya, serta pemanfaatan lahan sempit perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari dan mendapatkan jenis nutrisi yang memberikan produksi tertinggi kubis bunga (Brassica oleracea L. Var. botrytis) kultivar Mona F1 pada setiap jenis media tanam dengan hidroponik sistem fertigasi untuk menciptakan pertanian berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan di screen house bertempat di Desa Karang Mekar, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Tempat penelitian berada pada ketinggian 15 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2019. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, terdiri atas 9 perlakuan yang diulang 3 kali. Faktor pertama jenis media tanam (M) terdiri dari 3 taraf, sementara faktor ke dua jenis nutrisi (N) terdiri dari 3 taraf. Data dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian ini adalah terdapat interaksi jenis media tanam dan jenis pupuk terhadap rata-rata jumlah daun umur 42 hari setelah tanam dan rata rata bobot segar tanaman kubis bunga  Varietas Mona F1 pada sistem fertigasi hidroponik.Kata kunci : Kubis bunga ∙ Media tanam ∙ Nutrisi Abstract. There are several factors that cause the decline in production of cauliflowers in Indonesia, including inadequate cultivation systems, suboptimal nutrition, and the lack of use of organic elements in cultivation techniques, as well as the use of narrow urban land. The purpose of this research was to study and obtain the type of nutrition that provides the highest yield of cauliflower Cultivar Mona F1 on each type of gowing media with hydroponic fertigation system to create sustainable agiculture. This research was conducted at the screen house located in Karang Mekar Village, Kedungwaringin District, Bekasi Regency, West Java Province. The research site was at an altitude of 15 meters above sea level. The research was conducted from April to August 2019. The method used an experimental method and the experimental design used a factorial Randomized Block Design (RBD), that consisted of 9 treatments and repeated 3 times. The first factor was the type of planting media (M), consisted of 3 levels, and the second factor was the type of nutrition (N), consisted of 3 levels. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan’s Multiple Range Test at significance level of 5%. The results achieved from this study were the interaction of planting media types and fertilizer types on the average number of leaves at 42 days after planting and the average fresh weight of the cauliflower (Brassica oleracea L. Var. Botrytis) cultivar Mona F1 in the hydroponic fertigation system. Keywords: Flower cabbage ∙ Planting media ∙ Nutrition
Seleksi genotipe-genotipe kedelai mutan berdasarkan ukuran biji dan daya hasil di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat Andrew Yoel; Meddy Rachmadi
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.25648

Abstract

Usaha pemuliaan tanaman kedelai saat ini sebagian besar berfokus pada identifikasi genotipe dengan hasil biji yang tinggi dan ukuran biji besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kultivar kedelai dan kedelai mutan untuk daya hasil tinggi dan ukuran biji besar. Penelitian ini dilaksanakan dari September 2017 sampai Januari 2018 di Kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian UNP AD, Jatinangor , Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 20 perlakuan dalam 2 ulangan. Perlakuan terdiri dari 19 genotipe dan 1 kultivar cek. Data dianalisis Sidik Ragam dengan Uji F 5%, nilai beda dengan Uji Dunnet 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat genotipe-genotipe yang memiliki daya hasil dan ukuran yang lebih tinggi dari kultivar Arjasari. Genotipe 1.18 ; 1.2 ; 23.1;25.10;25.11;31.4;79.11;79.12;79.13;79.4; 85.4 ; 83.39 ; 85.8 ; 8.4 ; 86.9 ; 81.21 memiliki ukuran panjang biji yang lebih tinggi dari Arjasari. Genotipe 1.18 ; 1.2 ; 23.1 ; 25.10 ; 25.11 ; 31.4 ; 79.11 ; 79.4 ; 85.4 ; 83.39 ; 87.12 memiliki ukuran lebar biji yang lebih tinggi dari Arjasari. Genotipe 1.18 ; 1.2 ; 25.11; 79.11 ; 83.39 memiliki ukuran tebal biji yang lebih tinggi dari Arjasari. Genotipe 25.10 ; 25.11 ; 31.4 ; 79.11 ; 79.12 ; 79.4 ; 85.4 ; 83.39 ; 86.9 memiliki bobot 100 biji yang lebih besar dari Arjasari.
Analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi kedelai dan pilihan adaptasi strategisnya pada lahan tadah hujan di Kabupaten Garut Ruminta Ruminta; Aep Wawan Irwan; Tati Nurmala; Gheanofany Ramadayanty
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.27998

Abstract

AbstrakPerubahan iklim dapat menimbulkan ancaman bagi kegiatan pertanian karena berdampak terhadap kenaikan frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrem, perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu udara dan kenaikan permukaan air laut. Tanaman kedelai merupakan komoditas yang paling sensitif terhadap perubahan iklim karena memiliki dampak penurunan produksi yang tinggi. Maka dari itu telah dilakukan analisis perubahan iklim terhadap produksi tanaman kedelai di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya perubahan iklim di Kabupaten Garut, mengetahui dampak perubahan unsur iklim yaitu suhu udara dan curah hujan terhadap produksi dan produktivitas kedelai serta mengidentifikasi usaha adaptasi yang dilakukan oleh para petani. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di wilayah Kabupaten Garut. Dampak perubahan iklim terhadap penurunan produksi kedelai berkorelasi signifikan. Penurunan produksi kedelai di Kabupaten Garut disebabkan oleh faktor perubahan curah hujan dan suhu udara. Adaptasi yang harus dilakukan petani adalah dengan menanam bibit kedelai yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim, melakukan pengaturan pola tanam, dan membuat sumur resapan air.Kata Kunci: Perubahan Iklim, Produksi Kedelai, Dampak, Adaptasi Strategis AbstractClimate change can cause a threat for agriculture because it affects to the increased frequency and intensity of extreme weather, changes in rainfall patterns, and increase in global temperature also sea level rise. Soybean is the most sensitive commodity to climate change because it has a high impact of reduced production. Therefore it has been studied the impact of climate change on the production of soybean in the area of Garut District, West Java. The research object was to identify climate change in Garut District, determine the impact of climate change which is air temperature and rainfall on the production and productivity of soybean and identify adaptation efforts should be done by farmers. The method used in this research is quantitative descriptive. The results showed that the area of Garut District has experienced climate change. The climate change was significant affected on the decreased of soybean production. The decreased of soybean production in Garut District was caused by changes in rainfall and air temperature. Adaptation that must be done by the farmers are planting of yield that be able to adapt to climate change, regulate cropping patterns, and make infiltration wells.Keywords: Climate change, Soybean production, Impacts, Adaptation Strategic
Herbisida natrium bispiribak dosis rendah terbukti efektif mengendalikan gulma pada sistem tanam benih langsung padi Denny Kurniadie; Yayan Sumekar; Muhammad Iqbal Tajudin
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.25708

Abstract

AbstrakPengendalian gulma pada budidaya padi sawah sistem tanam benih langsung perlu dilakukan karena menyebabkan penurunan hasil. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah herbisida Natrium Bispiribak dosis rendah dapat mengendalikan gulma pada sistem tanam benih langsung padi sawah. Percobaan dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2019, di Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka. Rancangan percobaan disusun dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok dengan tujuh perlakuan dan empat kali ulangan. Perlakuan yang diuji yaitu dosis herbisida Natrium bispiribak 12, 18, 24, 30, dan 36 g/ha serta kontrol adalah penyiangan mekanis dan tanpa pengendalian gulma. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan herbisida Natrium Bispiribak 12 g/ha efektif mengendalikan gulma, tidak menimbulkan keracunan pada tanaman padi, serta memberikan bobot gabah kering giling padi yang sama seperti pengendalian mekanis. Dosis Natrium Bispiribak yang rendah memberikan efisiensi biaya produksi dan tidak mencemari lingkungan.Kata Kunci:   herbisida, hasil gabah, dosis rendah, lingkungan AbstractWeed control in rice cultivation must be implemented because of weeds can decrease rice yield through its competition of nutrient, water, and sunlight. The aim of this research was to find out whether the low-dose of Bispyribac Sodium herbicide could control weeds in the direct seeding system of lowland rice cultivation.  Experiment was conducted in Leuwimunding District, Majalengka Regency, from April to August 2019. It used Randomized Block Design (RBD) that consisted of 7 treatments and 4 replications. Bispyribac Sodium dosages as the treatments were 12, 18, 24, 30, and 36 g/ha; rotary weeding and without weed control as treatment controls. The experimental results showed that Bispyribac Sodium 12 g/ha was effective in controlling weeds, did not cause toxicity in rice plants, and gave the same yield as mechanical control. Low dose of Bispyribac Sodium provided efficient production costs and did not pollute the environment..Keyword: herbicide, environment, low dosage, yield
Parameter genetik karakter komponen hasil dan seleksi 82 genotipe ercis di dataran rendah Mayang Ayudya Handini; Darmawan Saptadi; Budi Waluyo
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.22931

Abstract

AbstrakErcis (Pisum sativum L.) ialah salah satu tanaman dari famili Fabaceae dan tergolong tanaman legume yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Studi pemuliaan tanaman pada ercis ditujukan untuk mendapat hasil yang optimal di berbagai wilayah penanaman, salah satunya dataran rendah. Keberhasilan program seleksi memerlukan parameter genetik seperti keragaman genetik dan heritabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan heritabilitas karakter 82 genotipe ercis dan menentukan genotipe yang berpotensi dikembangkan di dataran rendah. Percobaan dilaksanakan berdasarkan rancangan augmented design dengan 82 genotipe uji dan tiga pembanding (cek). Karakter yang memiliki keragaman luas dan heritabilitas tinggi terdapat pada karakter bobot brangkasan daun, bobot brangkasan batang, bobot polong kering per tanaman, dan bobot biji kering per tanaman. Genotipe-genotipe yang terseleksi di dataran rendah berdasarkan karakter bobot polong kering per tanaman dan bobot biji kering per tanaman ialah 03(16)(2)-1, Batu-1-1 dan Batu-2.Kata Kunci: Ercis, keragaman genetik, heritabilitas, seleksi, dataran rendah AbstractPea (Pisum sativum L.) is one of plants from Fabaceae family and belongs to legume crop that have high economic value. Plant breeding studies on pea are intended to obtain optimal yield in various cultivation areas, one of which is in lowland. The success of selection program requires genetic parameters such as genetic variability and heritability. The purpose of this study was to know the genetic variability and heritability of 82 pea genotypes and select the genotypes to be developed in lowland. The experiment was conducted based on the augmented design with 82 pea genotypes tested and three checks. The characters that have wide variability and high value of heritability were found in characteristics of weight of dry leaves, weight of dry stem, dry pods per plant weight and dry seeds per plant weight. The selected pea genotypes in lowland based on characteristics of dry pods per plant weight and dry seeds per plant weight were 03(16)(2)-1, Batu-1-1 and Batu-2.Keywords: Pea, genetic variability, heritability, selection, lowland
Herbisida penoksulam 25 g/L sebagai pengendali gulma teki dan daun lebar pada budidaya padi sawah sistem tanam pindah Uum Umiyati; Dedi Widayat; Denny Kurniadie; Gumiwang Gumiwang
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.26105

Abstract

AbstrakPenoxsulam merupakan herbisida yang dapat mengendalikan gulma rumput, teki, dan daun lebar dengan cara menghambat enzim acetolactate synthase. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari herbisida penoxsulam 25 g/L dalam mengendalikan gulma teki dan daun lebar pada budidaya padi sawah sistem pindah tanam. Percobaan dilakukan di lahan petani pad sawah Desa Pasirjengkol, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok menggunakan 6 perlakuan (4 dosis uji dan 2 kontrol) dan empat ulangan. Dosis yang diuji adalah herbisida penoxsulam 25 g/L dengan dosis 10 g, 15 g, 20 g, 25 g, dan 30 g bahan aktif/ha. Kontrol menggunakan pengendalian secara mekanik serta tanpa pengendalian gulma. Herbisida penoxsulam 25 g/L efektif mengendalikan gulma Fimbristylis miliacea dan Spenochlea zeylanica pada tanaman padi sistem pindah tanam.  Semua dosis uji tidak memperlihatkan gejala keracunan pada tanaman padi. sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman padi, seperti jumlah anakan serta tinggi tanaman. Herbisida berbahan aktif penoxsulam 25 g/L dengan dosis 10 g b.a/ha, merupakan dosis yang paling efektif dalam pengendalian gulma padi sawah berdasarkan produktivitas padi dan berat kering gulma.Kata Kunci: herbisida, penoxsulam 25 g/L, teki, daun lebarAbstractPenoxsulam is a herbicide that can control weeds, such as grasses, sedges, and broadleaves by inhibiting acetolactate synthase enzyme. This experiment was carried out to determine the ability of penoxsulam 25 g/L herbicide in controlling sedges and broadleaves weed in paddy field. The experiment was carried out in the farmers field in Pasirjengkol Village, Karawang Regency, West Java. The experimental design used randomized block design. It consisted of 6 treatments (4 test doses and 2 controls) and four replications. Treatment doses tested were penoxsulam herbicide 25 g/L at a dose of 10 g, 15 g, 20 g, 25 g, and 30 g active ingredient per ha. Control used mechanical weeding and without weed control. Penoxsulam herbicide 25 g/L was effective in controlling Fimbristylis miliacea and Spenochlea zeylanica in paddy field. All test doses showed no symptoms of toxicity in paddy plants, so it did not affect the vegetative growth of rice plants, such as the number of tillers and plant height. Herbicide with active ingredient of penoxsulam 25 g/L with a dose of 10 g active ingredient per ha was the most effective dose in controlling weed based on rice productivity and weed dry weight.Keywords: herbicide, penoxsulam 25 g/L, sedges, broadleaves
Pengaruh kombinasi jamur Trichoderma harzianum dan bokashi terhadap pertumbuhan tiga kultivar kedelai Rosiman Rosiman; Sumadi Sumadi; Meddy Rachmadi
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.26469

Abstract

AbstrakPupuk Bokashi dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui pembentukan agregat tanah sehingga dapat memperbaiki struktur tanah. Penambahan Trichoderna harzianum pada bokashi dapat mempercepat proses dekomposisi, menjaga kesuburan media, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi Trichoderma harzianum dan pupuk bokashi untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tiga kultivar kedelai. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada dua faktor terhadap tiga kultivar kedelai (Ringgit, Wilis, dan Anjasmoro) dengan kombinasi Trichoderma harzianum dan Bokashi 0 t/ha, 5 t/ha, 10 t/ha, dan 15 t/ha. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas kombinasi Trichoderma harzianum dan bokashi pada pertumbuhan dan hasil tergantung pada masing-masing kultivar. dosis kombinasi 5 t/ha Trichoderma harzianum dan bokashi dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kultivar Ringgit, Wilis dan Anjasmoro.Kata Kunci: Trichoderma harziaum, bokashi, pertumbuhan, kedelai AbstractBokashi fertilizer can increase soil fertility through the formation of soil aggregates so that it can improve soil structure. The addition of Trichoderna harzianum to bokashi can accelerate the decomposition process, maintain media fertility, and increase plant growth. This study aimed to evaluate the combination of Trichoderma harzianum and bokashi fertilizer to increase the growth and yield of three soybean cultivars. The study used Randomized Block Design (RBD) with two factors: three soybean cultivars (Ringgit, Wilis, and Anjasmoro) and combination of Trichoderma harzianum and Bokashi 0 t/ha, 5 t/ha, 10 t/ha, and 15 t/ha. The results of this study indicated that the effectiveness of the combination of Trichoderma harzianum and bokashi on growth and yield depends on each cultivar. The combined dose of 5 t/ha Trichoderma harzianum and bokashi could increase the growth and yield of cultivar Ringgit, Wilis and Anjasmoro.Keywords: Trichoderma harzianum, bokashi, growth, soybean