cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. ogan ilir,
Sumatera selatan
INDONESIA
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia
Published by Universitas Sriwijaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 54 Documents
MEDIA PENUNJANG MEMBANGUN KARAKTER ANAK MELALUI CERITA RAKYAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL Hastari Mayrita
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.384 KB)

Abstract

Abstrak: Pendidikan baik dari tingkat PAUD sampai ke tingkat perguruan tinggi sekarang sudah mulai memperhatikan pembangunan karakter peserta didik menjadi lebih baik. Hal ini pun sudah ditunjang pemerintah dengan adanya kurikulum 2013 yang tujuan utamanya adalah membangun karakter bangsa, yang tidak hanya cerdas, tetapi berkarakter. Tentunya, pembangunan karakter tersebut semata-mata tidak hanya merupakan kewajiban pihak sekolah, tetapi juga peranan keluarga dan masyarakatlah yang sangat mendukung dalam hal ini. Oleh karena itu, penulis yang juga sebagai pendidik, masyarakat, dan juga seorang ibu rumah tangga, mempunyai kesadaran untuk membentuk anak menjadi kepribadian yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkarakter. Sebagai pendidik, peneliti berupaya untuk menjadi salah satu bagian andil dalam mendukung program pemerintah untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkarakter. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian yang sekaligus sebagai pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk membangun karakter anak melalui kegiatan mendongengkan cerita rakyat kepada anak. Metode penelitian yang tertuang di dalam tulisan ini adalah penelitian kasus, dengan objek penelitiannya adalah sifat dari seorang anak perempuan yang berusia dini.Kata kunci: karakter, cerita rakyat, kearifan lokal
PROTOTIPE BAHAN AJAR SYAIR BERBASIS KEARIFAN LOKAL: MODUL DAN CD Zahra Alwi
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.251 KB)

Abstract

Makalah  ini  merupakan bagian dari research and development  untuk menghasilkan bahan ajar syair berbasis kearifan lokal untuk MTs kelas IX di kota Palembang dalam bentuk modul dan CD. Masalahnya adalah bagaimanakah prototipe/desain awal produk yang dihasilkan dari hasil  validasi ahli. Prototipe awal dihasilkan dari hasil persepsi dan analisis kebutuhan siswa dan guru dan hasil FGD sesuai teori Bold and Gall. Setelah itu dilakukan perancangan melalui 4 tahap yang disampaikan Jolli & Ballitho. Berdasarkan langkah-langkah yang sudah dilakukan, diperoleh desain awal/protipe modul dan CD bahan ajar syair. Protipe tersebut dilakukan uji validasi, untuk mengetahui kelemahan/kekurangan dan kelebihannya.  Uji validasi dilakukan oleh  ahli kebahasaan, ahli materi, ahli penyajian, dan ahli kegrafikaan, dengan cara mengisi instrumen yang diberikan peneliti. Secara umum hasil validasi para ahli menyatakan bahwa prototipe yang sudah dihasilkan ini dapat ditindaklanjuti untuk uji coba. Tiga ahli memberikan kesimpulan bahwa bahan ajar modul dan CD pembelajaran ini layak untuk uji coba dengan revisi sesuai saran, dan satu ahli menyatakan layak untuk uji coba tanpa revisi. Nilai untuk modul yang diberikan oleh ahli kebahasaan 24, ahli materi 21, ahli penyajian 23, ahli kegrafikaan 21, jumlah 89, nilai rata-rata 4,45 kategori sangat baik. Adapun nilai untuk CD yang diberikan oleh ahli kebahasaan 25, ahli materi 21, ahli penyajian 23, dan ahli kegrafikaan 21, jumlah 90, nilai rata-rata 4,50 kategori sangat baik. Semua catatan dan saran yang diberikan oleh para ahli tersebut diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan revisi terhadap prototipe awal modul dan CD yang dihasilkan dan diperoleh prototipe kedua. Key words: bahan ajar syair,  modul dan compact disc, prototipe, validasi ahli
KESANTUNAN BERBAHASA SEBAGAI CERMINAN BUDAYA MELAYU DALAM SYAIR SITI ZUBAIDAH Rahma Fitria
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.335 KB)

Abstract

Abstrak: Bahasa dapat mencerminkan identitas seseorang. Melalui penggunanaan bahasa dapat menunjukkan identitas penuturnya. Kesantunan berbahasa sebagai cerminan identitas budaya melayu. kesantunan berbahasa tidak hanya tercermin dalam percakapan langsung tetapi juga secara tertulis. Dalam penulisan karya sastra dapat juga dilihat penggunaan kesantunan berbahasa. Adanya kesusastraan budaya yang tersebar di nusantara khususnya Palembang dapat menunjukkan bahasa dalam suatu masyarakat. Orang melayu menjunjung tinggi kesantunan dalam berbahasa karena telah menjadi budaya bagi suatu masyarakat melayu dari zaman nenek moyang. Masyarakat melayu lama menggunakan syair sebagai media untuk menyampaikan pesan penutur kepada lawan tutur atau pembaca. Melalui syair Siti Zubaidah dapat dilihat kesantunan berbahasa sebagai cerminan identitas budaya melayu. Hal ini dibuktikan dengan mengkaji wujud dan menganalisis kesantunan berbahasa yang dituangkan melalui syair tesebut. Terdapat 9 wujud kesantunan berbahasa antara lain ungkapan permohonan, penggunaan kata sapaan, ungkapan pujian, kerendahan hati, penggambaran sesuatu dengan perumpamaan, penggunaan kata kiasan, nada bicara dan senyuman, penggunaan kata penanda kesantunan, pilihan jawaban. Hal ini menunjukkan bahwa syair Siti Zubaidah merupakan salah satu kesusastraan budaya melayu yang mengandung kesantunan berbahasa.Kata Kunci: Kesantunan berbahasa, budaya Melayu, Syair
IMPLIKATUR UJARAN ISTILAH MAHASISWA PPL (PRAKTER PENGALAMAN LAPANGAN) UNIVERSITAS SRIWIJAYA DI SMA AZ-ZAHRA PALEMBANG Trisna Setyawati
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.636 KB)

Abstract

Abstrak: Pada sebuah tuturan, penutur dan mitra tutur dapat dengan lancar berkomunikasi karena mereka memiliki semacam kesamaan dalam, misalnya, latar belakang pengetahuan, budaya, pengalaman, dan sebagainya tentang yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan yang tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan sudah saling dimengerti dan dipahami. Makna tindak tutur akan dipahami apabila ada kesamaan gagasan dan pikian antara penutur dan lawan tutur. Hal ini juga terjadi pada para mahasiswa PPL Universitas Sriwijaya di SMA Az-Zahra Palembang yang terjadi karena adanya kesamaan kepentingan yang saling mendukung diantara mereka. Tulisan ini bertujuan untuk membicarakan implikatur istilah-istilah yang digunakan oleh mahasiswa PPL Universitas Sriwijaya di SMA Az-Zahra Palembang. Data yang dikumpulkan melalui pencermatan terhadap interaksi mahasiswa.Kata kunci: pragmatik, implikatur, implikasi.
LEGENDA TEPIAN MUSI SEBAGAI CERMINAN KESANTUNAN BERBAHASA DAN KEARIFAN LOKAL Ernalida Ernalida
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.544 KB)

Abstract

Abstrak: Sastra merupakan hasil kreativitas suatu masyarakat yang mencerminkan identitas budayanya. Pemahaman akan identitas budaya mutlak diperlukan untuk mewujudkan karakter bangsa, yang dalam hal ini bangsa Indonesia. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu bentuk identitas penutur bahasa Indonesia. Legenda Tepian Musi merupakan salah satu sastra  lisan masyarakat Sumatera Selatan yang selalu dihubungkan dengan aktivitas manusia di sungai. Dalam legenda ini banyak pembelajaran yang dapat diambil dan diajarkan kepada siswa dalam rangka membangun karakter bangsa dan mewujudkan kearifan lokal sejak dini. Salah satunya adalah pembelajaran kesantunan berbahasa. Mengajarkan bahasa tidak hanya mengajarkan tentang teori berbahasa tetapi juga mempelajari bagaimana menggunakan bahasa  sehingga komunikasi dengan lawan tutur terjaga dengan baik. Sopan santun berbahasa dilakukan seseorang karena terdorong oleh rasa hormat kepada orang lain, baik kepada orang tua, orang yang dihormati, orang mempunyai kedudukan, orang yang baru dikenal, dan sebagainya. Nilai-nilai inilah yang harusnya muncul dalam pembelajaran bahasa. Untuk mengajarkan nilai-nilai ini dapat dimanfaatkan sastra lisan dalam hal ini Legenda Tepian Musi. Dengan demikian, melalui pembelajaran bahasa Indonesia dengan pemanfaatan sastra, kita dapat membangun karakter bangsa dan kearifan lokal.
TINDAK TUTUR SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR BAHASA INDONESIA DI KELAS XI IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LAIS Ilham Wahyudi
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.206 KB)

Abstract

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang penggunaan tindak tutur yang digunakan oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lais berdasarkan maksud penutur ketika berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan siswa dalam kegiatan belajar di SMA Negeri 1 Lais berdasarkan maksud penutur atau fungsinya ketika berbicara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ternyata kelima jenis tindak tutur yang dikemukakan Searle digunakan oleh siswa dalam kegitian belajar. Kelima tindak tutur tersebut ialah refresentatif, komisif, direktif, ekspresif, dan deklaratif yang digunakan siswa dalam proses belajar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat secara teoritis, dapat memberikan sumbangan terhadap sosiolinguistik  dan pragmatik mengenai jenis-jenis tindak tutur yang digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar berdasarkan maksud penuturnya. Manfaat secara praktis, dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbangan bagi siswa agar dapat menguasai tindak tutur yang baik agar dapat mengekspresikan kemampuan berbahasanya dengan tepat dan sesuai situasi maupun kondisi.Kata kunci: tindak tutur, maksud penutur, siswa.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING VARIATIF PADA SISWA KELAS IX.4 DI SMPN 30 PALEMBANG Maryati Amna
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.718 KB)

Abstract

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IX.4 SMP Negeri 30 Palembang mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen menggunakan metode cooperative learning variatif. Subjek penelitian siswa kelas IX.4 SMPN 30 Palembang berjumlaj 36 orang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Data awal penelitian diambil dari UH.Siswa yang mencapai KKM Hal ini terbukti dari hasil tes awal hanya 33,3%  siswa memperoleh nilai ≥78 dari 36 orang siswa. KKM yang berlaku di SMP Negeri 30 Palembang seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai 78 ke atas. Metode cooperative learning variatif adalah metode belajar kelompok/diskusi yang divariasikan dengan menulis hasil diskusi di atas kertas canttik (yang dihias siswa dengan kreativitasnya). Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa metode cooperative learning variatif dapat meningkatkan kemamapuan siswa mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas IX.4 di SMPN 30 Palembang. Kata Kunci: cooperative learning variatif, unsur-unsur intrinsik
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SURAT LAMARAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN “BERAS ANTARIKSA” PADA PESERTA DIDIK KELAS XII IPS 1 SMA PLUS NEGERI 2 BANYUASIN III Neny Triana
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.464 KB)

Abstract

Abstrak: Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan menggunakan “beras antariksa” (pemberian tugas, latihan, tanya jawab, dan memeriksa bersama) pada peserta didik kelas XII IPS 1 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan menggunakan “beras antariksa” pada peserta didik kelas XII IPS 1 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gazal di SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III, Banyuasin, Sumatera Selatan. Subjek kegiatan ini adalah peserta didik kelas XII IPS 1 SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Setelah dilakukan penelitian, kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil belajar secara klasikal mencapai angka 96%. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan “beras antariksa” berhasil meningkatkan kemampuan menulis surat lamaran peserta didik. Kata kunci: kemampuan menulis, lamaran kerja, “beras antariksa”
CITRA LAKI-LAKI DALAM NOVEL AKU KENDALIKAN AIR, API, ANGIN, DAN TANAH KARYA TITIS BASINO: IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Ririn Sri Rezeki
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.633 KB)

Abstract

Abstrak: Citra laki-laki dalam novel Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dn Tanah karya Titis Basino dianalis menggunakan teori kritik sastra feminis ideologis dan pendekatan struktural (fokus pada tokoh dan penokohan). Dipilihnya novel ini pertama, karena pengakjian citra laki-laki dalam karya penulis perempuan (feminis) menarik dilakukan. Kedua, novel ini sangat kental dengan feminisme yang menimbulkan citra baru pada tokoh laki-laki. Dalam peneltian ini, menggunakan teori citra laki-laki dari Beynon. Hasil penelitian ini menunjukkan citra laki-laki yang terdapat dalam novel Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah karya Titis Basino meliputi No Sissy Stuff ; Be a Big Wheel; Be a Sturdy Oak; Give em Hell; New man as nurturer; New man as narcissist; kelaki-lakian yang macho, kekerasan, dan hooliganism; dan Laki-laki metroseksual. Adapun citra tokoh laki-laki yang  ditemukan penulis berupa citra negatif  yaitu citra laki-laki serakah, aneh, tidak tahu diri dan tidak tahu malu, konyol, pasrah, dan cuek.   Penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sesuai kurikulum 2013.Kata kunci: Citra laki-laki, gender, dan pembelajaran.
MENGGAGAS PEMBELAJARAN SASTRA YANG KREATIF DAN INOVATIF DI PERGURUAN TINGGI: SEJARAH SASTRA SEBAGAI MODEL Didi Suhendi
Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.169 KB)

Abstract

Abstrak: Tulisan ini merupakan gagasan untuk menjawab problem pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi yang selama ini lebih memfokuskan pada teori sastra. Karya sastra seolah-olah artefak ‘benda mati’ yang tidak memberikan manfaat apa pun sehingga kehadirannya tidak dilibatkan dalam pembelajaran sastra. Oleh karena itu, gagasan-gagasan berikut perlu ditekankan dalam pembelajaran sastra di Perguruan Tinggi. Pertama, pembelajaran sastra harus dilakukan secara tim/berkelompok (timwork). Kedua, pembelajaran sastra harus mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek emotif, dan aspek evaluatif. Ketiga, pembelajaran sastra harus melibatkan karya sastra. Tugas mahasiswa adalah mempertemukan antara konsep-konsep sastra dan karya sastra. Mereka, misalnya, menemukan karakteristik karya setiap periode sastra atau angkatan sastra pada fakta-fakta/data-data yang terdapat pada karya sastra sesuai dengan periode/angkatan sastra. Keempat, dalam kerangka pembelajaran sastra yang kreatif dan inovatif, mahasiswa diwajibkan mengerjakan tugas dan evaluasi yang menopang kemampuan apresiasi sastranya. Misalnya, secara individual, mahasiswa menganalisis perkembangan unsur  estetik atau ekstraestetik dan secara berbeda mahasiswa diwajibkan membuat sinopsis karya sastra yang dibebankannya dari periode Balai Pustaka sampai dengan periode 2000-an. Sementara itu, evaluasi yang diberikan tidak ditekankan pada ranah ingatan dan pemahaman, tetapi diarahkan pada ranah aplikasi dan evaluasi.

Filter by Year

2017 2019