cover
Contact Name
Siti Dahlia
Contact Email
sitidahlia@uhamka.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jgel@uhamka.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta timur,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan
ISSN : 25798499     EISSN : 25798510     DOI : -
Jurnal Geografi Edukasi dan Lingkungan (JGEL) ISSN 2579-8499 (print), ISSN 2579-8510 (online) is an national journal in Indonesia published by the Departement of Geography Education, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, concerns with physical geography, human geography, geography techniques, and geography education which releases twice in year (July and January).
Arjuna Subject : -
Articles 215 Documents
Kajian Perubahan Distribusi Frekuensi Curah Hujan Di Jakarta Periode 1991 - 2020 Pertiwi, Dyah Ajeng Sekar; Sutisna, Sobar; Supriyatno, Makmur; Norman , Yosik; Paski, Jaka Anugrah Ivanda
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.12882

Abstract

Perubahan iklim global memberi dampak kepada kondisi atmosfer di suatu wilayah seperti Jakarta. Salah satu parameter yang sangat terpengaruh adalah curah hujan. Perubahan distribusi curah hujan di  Jakarta sangat berdampak kepada aktivitas manusia dan berpotensi memberikan ancaman bencana seperti banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji distribusi curah hujan sebagai dampak dari perubahan iklim di wilayah Jakarta. Data curah hujan dasarian periode 1990 – 2020 dibagi kedalam 3 periode waktu yaitu periode 1 (1991-2000), perode 2 (2001-2010), dan periode 3 (2011-2020). Selanjutnya, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk menjabarkan perubahan distribusi curah hujan dengan indikator awal musim dan panjang musim serta intensitas curah hujan dasarian. Hasil penelitian menunjukan adanya pergeseran  awal musim hujan dan panjang musim hujan untuk semua Zona Musim (ZOM) di  Jakarta. Selain itu pada periode 2 dan 3 lebih banyak terjadi intensitas curah hujan diatas 200 mm/dasarian dibandingkan periode 1 di Jakarta.
Intensitas Perluasan Lahan Terbangun Pada Perubahan Tutupan Lahan Kota Depok Tahun 1999 – 2022: Dari Awal Terbentuknya Kota Depok Sampai Tahun 2022 Pradana, Mohammad Raditia; Wibowo, Adi; Ekaputri, Diah Megakesuman Muhidin
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.13123

Abstract

Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan konversi suatu lahan menjadi lahan terbangun demi memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan terjadi pergeseran sifat pedesaan menjadi sifat perkotaan di suatu wilayah. Kota Depok yang juga terkena efek Jakarta Metropolitan Region mengalami fenomena tersebut mulai dari terbentuknya sampai tahun 2022. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan tutupan lahan dan intensitas perluasannya dengan fokus lahan terbangun berbasis citra satelit Landsat 7 ETM + dan 8 OLI/TIRS dengan Google Earth Engine dari tahun 1999 dan 2022. Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi adalah klasifikasi unsupervised dan untuk mengidentifikas intensitas perluasan dilakukan perhitungan Urban Expansion Intensity Index (UEII). Akurasi hasil klasifikasi unsupervised sebesar 0,65 dan 0,625 dari uji Kappa dapat digunakan untuk proses selanjutnya atau termasuk dalam kategori “good aggrement”. Hasil menunjukkan bahwa tutupan vegetasi menjadi tutupan lahan yang secara luas paling banyak menurun sebesar 5.918,9 Ha sedangkan lahan terbangun meningkat sekitar 8.807,4 Ha. Intensitas perluasan lahan terbangun di Kota Depok tahun 1999-2022 termasuk dalam kategori cepat. Selama 23 tahun, Kota Depok mengalami konversi lahan menjadi lahan terbangun secara drastis dengan intensitas yang cepat. Kesimpulan penelitian ini selama 23 tahun, Kota Depok mengalami perubahan tutupan lahan menjadi lahan terbangun terluas dan intensitas lahan terbangun dari perhitungan UEII adalah 1,91 yang tergolong cepat.
Spatio-Temporal Analysis Of Yogyakarta Internasional Airport Development Impact On LULC And LST In Kulon Progo Jauhari, Agung; Setyo Aji, Dwi; Kio Hafidz, Ilham; Rizka Novareka, Aldea; Ajeng Oktaviani, Dwika; Rico Oktavian, Aditya
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.13128

Abstract

Yogyakarta Internasional Airport (YIA) development is predicted to trigger massive development in Kulon Progo Regency, whether for the infrastructure or supporting facilities development. Land conversion from densely vegetated land into less dense vegetated land, i.e., forest or garden to built-up areas, is determined to increase Land Surface Temperature (LST). This research studied the spatiotemporal change of LULC and LST change in Kulon Progo Regency by employing Landsat 8 data for three periods respectively, before the development (2013), at the start of construction (2017), and after the YIA fully operated (2021). The spatial pattern of LST was also investigated using spatial statistics, namely, Global Moran’s I, to identify spatial autocorrelation and Hot Spots Analysis (Getis-Ord G*) to determine the spatial patterns or clusters. The findings showed that since the YIA development, the built-up area and bare land increased significantly (quadruple), while agriculture reduced dramatically by 14%. Furthermore, the LST was closely related to the LULC, where the high LST was located in the built-up area and bare land (32 ºC -38ºC), while the low LST was located in the forest (27ºC-31ºC). Moran’s I index, around 0.9 (close to 1), indicates a positive spatial autocorrelation, while the p-value (0.00) indicates that the LST was significantly clustered. Indeed, Hot Spot Analysis (Getis-Ord Gi*) revealed that the high-temperature areas clustered (hot spot) along the coastal and urban areas, while low-temperature areas clustered around Menoreh Hills.
Analisis Spasial Rute Evakuasi Bencana di Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat Sunandar, Priyo; Manessa, Masita Dwi Mandini; Setiadi, Hafid
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.13815

Abstract

Desa Ciputri di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, telah diakui sebagai desa wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pembentukan desa wisata ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, memposisikan mereka sebagai pelaku langsung dalam pengembangan pariwisata lokal. Desa ini juga menghadapi potensi bencana, yang membutuhkan upaya mitigasi untuk mengurangi risiko. Penelitian ini fokus pada perancangan peta evakuasi menggunakan metode algoritma dijkstra sebagai solusi untuk menentukan rute evakuasi tercepat. Penentuan rute tercepat untuk evakuasi diperlukan untuk meminimalisir risiko saat terjadi bencana. Informasi spasial mengenai jarak rute dan waktu tempuh rute merupakan hal yang digunakan dalam menganalisis pencarian rute tercepat menuju tempat pengungsian. Pembangunan data spasial yang baik dengan mengambil data primer dari lapangan dapat meningkatkan akurasi dari perhitungan rute evakuasi. Analisis rute dengan menggunakan sistem informasi geografis digunakan dengan mengadopsi algoritma dijkstra modified yang terdapat pada ekstensi network analyst ArcMap 10.8. Diharapkan peta evakuasi ini dapat membimbing pengunjung dan warga saat terjadi bencana, meningkatkan kesadaran akan jalur yang aman dan titik evakuasi yang telah ditentukan. Model simulasi akan dievaluasi untuk memastikan efektivitas jalur evakuasi yang diusulkan, dengan harapan penelitian ini memberikan kontribusi signifikan untuk keamanan dan kesiapsiagaan Desa Ciputri dalam menghadapi potensi bencana.
The Influence Of Atmosphere On Tropical Cyclone Freddy In The Lesser Sunda Islands Fadhli Aslama Afghani
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.14050

Abstract

Indonesia frequently experiences atmospheric phenomena form Tropical Cyclone annually due to its geographical location situated in tropical regions. The occurrence of Tropical Cyclones in Indonesia typically lasts from 3 hours to 18 days during February to April. One of the Tropical Cyclones that occurred in Indonesia in 2023 was Tropical Cyclone Freddy. This research aims to elucidate the characteristics of Tropical Cyclone Freddy, atmospheric conditions, and its influence on rainfall in the Lesser Sunda Islands. The data utilized include Himawari-9 satellite imagery in the IR (13) band, NWP, ERA-5 meteorological parameters, and GSMaP with time intervals every 6 hours from 5-7 February 2023. Tropical Cyclone Freddy, formed south of East Nusa Tenggara on February 5, 2023, and continued to develop into a mature form on February 6, 2023, at 12:00 UTC, progressing westward. The factors contributing to the formation of this tropical cyclone include elevated Sea Surface Temperature (SST), the presence of the Intertropical Convergence Zone (ITCZ), and the active phase 4 of the Madden Julian Oscillation (MJO). The closest distance between the location of Tropical Cyclone Freddy's occurrence and the mainland occurred on February 6, 2023, at 18:00, at 187 km off Sumba Island. On the other hand, the impacts of the tropical cyclone on meteorological parameters include the occurrence of updrafts in the Lesser Sunda Islands region and an increase in moisture transport to the north and south. Additionally, Tropical Cyclone Freddy exerts a remote effect on rainfall events in the Lesser Sunda Islands.
Pengaruh Pelatihan Dan Teknologi Penginderaan Jauh Terhadap Kualitas Salah Satu Komponen Intelijen Geospasial : (Studi Kasus Foto Udara Pangkalan Militer) Setiawan, Sony; Pujo Widodo; Djoko Andreas Navalino
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 1 (2024): Edisi Bulan Januari
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i1.14051

Abstract

Pemanfaatan teknologi kecerdasan informasi spasial atau dikenal dengan geospasial intelijen menjadi populer digunakan dalam mencari informasi komponen strategis salah satuya adalah informasi mengenai pangkalan militer. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui dan menganalisis dampak pengaruh pelatihan dan teknologi penginderaan jauh terhadap kualitas salah satu komponen intelijen geospasial (foto udara pangkalan militer). Populasi penelitian ini adalah seluruh personel khusus pemotretan udara di salah satu unit militer di Jakarta yang berjumlah 86 orang. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sensus, dengan  mengambil 100% jumlah populasi yang ada di unit tersebut, yaitu sebanyak 86 responden. Pada pengumpulan data digunakan metode dengan melakukan studi dokumentasi literature dan kuisioner. Model analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan software Ms Excel dan SPSS 24. Kuesioner sebagai instrumen penelitian divalidasi dengan korelasi Pearson (Product Moment) sementara reliabilitas instrumen diukur dengan Cronbach Alpha. Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien determinasi (R) sebesar 83.70%, disimpulkan bahwa kemampuan variabel independen (pelatihan dan teknologi penginderaan jauh) menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen (kualitas foto udara pangkalan militer) sebesar 83.70%, sedangkan sisanya merupakan variabel yang tidak terungkap. Temuan penelitian adalah (1) pelatihan memiliki pengaruh positif terhadap hasil kualitas foto udara; (2) teknologi penginderaan jauh memiliki dampak pengaruh positif terhadap kualitas foto udara; (3) pelatihan dan penginderaan jauh memiliki dampak pengaruh positif terhadap hasil kualitas foto udara secara simultan. Kualitas foto udara lebih ditingkatkan oleh teknologi penginderaan jauh daripada pelatihan. Oleh karena itu, penggunaan sensor harus mengikuti kaidah fotogrametri dan tujuan pemetaan, sehingga dapat menghasilkan informasi foto udara yang lebih akurat dan presisi.
Kaji Cepat Dampak Bencana Gempa Bumi Cianjur Berbasis Unmaned Aerial Vehicle (UAV) adiputra, agung; Siti Dahlia; Alwin; Wira Al Hakim
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 1 (2024): Edisi Bulan Januari
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i1.14291

Abstract

Kaji cepat bencana berbasis data keruangan atau pemetaan saat kejadian bencana dapat membantu dalam penanganan bencana alam terutama ketika masa tanggap darurat bencana. Teknologi pemetaan berbasis UAV dilakukan pada saat gempa bumi yang terjadi di Cianjur pada 21 November 2022. Bencana yang disebabkan oleh aktivitas sesar lokal Cugenang belum pernah terpetakan sebelumnya, sehingga menimbulkan dampak kerusakan yang cukup parah dan korban jiwa hingga 602 orang. Tujuan kaji cepat bencana gempa bumi Cianjur berbasis UAV adalah untuk melakukan assessment yang mendukung penanganan darurat bencana. Metode dalam kaji cepat bencana gempa ini ini menggunakan pendekatan deskriptif dari hasil pemotretan udara dan survei terestris. Produk akhirnya adalah peta kerusakan fisik pada bangunan, infrastruktur, dan sumber daya alam yang dikombinasikan jumlah korban jiwa dan korban luka maupun penyintas yang bertahaaan di lokasi terdampak. Hasil pemotretan udara menunjukkan kerusakan utama terjadi di 9 desa yang terletak di dua kecamatan, yaitu Cugenang dan Pacet. Kerusakan berupa perumahan sebanyak rusak Ringan 27.940, rusak Sedang, Rusak Berat 17.097 dan Jumlah kesuluruhan terdampak 59.574. Selain itu, gempa ini juga menewaskan setidaknya 635 orang, dengan mayoritas kematian terjadi di Kabupaten Cianjur, Cipanas, dan Pacet. Pemetaan cepat kerusakan saat tanggap darurat menjadi sangat efektif saat sepuluh hari pertama. Hambatan medan dapat diatasi meskipun seringkali terkendala perizinan terbang yang harus bergantian dengan wahana lain seperti helicopter yang menyalurkan bantuan kepada korban.
Threshold Analysis Of Public Cemeteries For Mapping The Suitability Of New Public Cemeteries In The Future Using Remote Sensing And Geographic Information Systems In Tasikmalaya City Valgunadi, Ade Novit; Nandi; Annisa Joviani Astari
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.14560

Abstract

The increasing population is causing changes in land use which are feared to be uncontrolled and forgetting one of the public facilities, namely cemeteries. The city of Tasikmalaya is an area that focuses on trade and services, is densely populated, and has a relatively small area so the provision of cemeteries land must be considered. This research aims to analyze the spatial distribution of cemeteries, capacity, thresholds, and suitability areas for cemeteries in Tasikmalaya City using Remote sensing methods and geographic information systems. The parameters used in in this study are; land use, slope, soil type, distance from rivers, distance from settlements, and distance from roads. The results of this research show that 1) Mapping the spatial distribution of cemeteries show that there are 101 cemeteries with an area of ±74 hectares with 3 TPUs, namely TPU Cieunteung, TPU Cinehel, and TPU Aisha Rashida. 2) Capacity and threshold if without an overlapping system, the public cemetery in Tasikmalaya City cannot accommodate the next 50 years, both with standard grave sizes and grave sizes from field surveys, whereas if once overlapping, the public cemetery in Tasikmalaya City cannot accommodate up to 50 years in the future if you use the size of the grave from a field survey and can accommodate up to 50 years in the future if you use the standard grave size. 3) The suitability of public cemeteries grounds show that Tasikmalaya City has suitable, quite suitable and unsuitable areas, each of which has an area of 2231 Ha, 14192 Ha and 1999 Ha. Suitable areas for cemeteries are concentrated in the northern part of Tasikmalaya City.
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Dan Tren Pertambahan Penduduk Terhadap Debit Maksimum di DAS Plumbon Kota Semarang Prayitno; Dewi Liesnoor Setyowati; Hariyanto; Fahrudin Hanafi
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.14618

Abstract

Pertambahan penduduk menyebabkan perubahan penggunaan lahan, yang dari vegetasi menjadi area terbangun, memengaruhi debit maksimum di Daerah Aliran Sungai (DAS) seperti DAS Plumbon. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis perubahan penggunaan lahan di DAS Plumbon pada tahun 2010-2022, (2) menganalisis debit maksimum di DAS Plumbon pada tahun 2010 dan 2022, (3) pengaruh tren pertambahan penduduk terhadap perubahan penggunaan lahan dan debit maksimum di DAS Plumbon. Pendekatan spasial digunakan untuk mengetahui perubahan penggunaan 2010-2022 dan sebaran debit maksimum di wilayah DAS Plumbon pada tahun 2010 dan 2022. Teknik analisis dengan pendekatan spasial menggunakan metode Rasional untuk menghitung debit maksimum, metode Cook untuk menghitung koefisien aliran, dan rumus Mononobe untuk menghitung intensitas hujan. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi perubahan penggunaan lahan di DAS Plumbon, di mana area permukiman bertambah 133,85 ha sementara hutan berkurang 313,73 ha. Rerata debit maksimum DAS Plumbon menurun dari 46,48 m3/detik pada 2010 menjadi 40,67 m3/detik pada 2022. Penurunan debit maksimum disebabkan karena penurunan intensitas hujan. Pertambahan penduduk mengubah lahan non-terbangun menjadi terbangun, meningkatkan nilai rerata koefisien aliran permukaan (C) dari 0,58 pada 2010 menjadi 0,60 pada 2022. Nilai C dan intensitas hujan tinggi dapat menyebabkan debit maksimum tinggi, dan jika sungai tidak mampu menampungnya, banjir dapat terjadi. Rekomendasi dalam  penelitian ini perlu pengawasan dan pengendalian kawasan terbangun di Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan serta perencanaan tata ruang berkelanjutan berbasis kelingkungan dan perlu dilakukan normalisasi sungai secara berkala.
Pemetaan Agroklimat Klasifikasi Iklim Oldeman Dan Pola Tanaman Padi Menggunakan Data CHIRPS Di Provinsi Nusa Tenggara Timur Rifqi Fauzi Ikbar Nugraha; Evi Fitriana
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.14719

Abstract

Pemetaan Agroklimat Iklim Oldeman memiliki manfaat untuk bidang pertanian dengan menyajikan data informasi iklim. Tujuan penelitian yaitu memanfaatkan data CHIRPS (Climate Hazards Group Infrared Precipitation with Station) untuk diolah menjadi peta zona agroklimat iklim Oldeman terkini di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Data Climate Hazards Group Infrared Precipitation with Station dalam kurun waktu 30 tahun dari tahun 1994 - 2023 mengaplikasikan metode interpolasi IDW (Inverse Distance Weighted) sebagai cara pengolahan dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) yang akhirnya menghasilkan peta agroklimat iklim Oldeman Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian ini yaitu dapat diketahui terdapat 8 zona agroklimat iklim Oldeman di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu C2 (0,8%), C3 (23,2%), C4 (0,1%), D3 (44,8%%), D4 (26,2%), E3 (0,02%), E4 (4,9%), dan E5 (0,02%). Zona D3 dan D4 hampir berada di semua kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang hanya sesuai untuk sistem pola tanam sekali tanam palawija atau padi. Peta agroklimat iklim Oldeman dapat dijadikan pedoman sistem pola tanam yang cocok untuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pergeseran zona agroklimat membuat para petani diharuskan dapat beradaptasi untuk mengaplikasikan pola tanam yang sesuai agar memaksimalkan potensi yang ada.

Filter by Year

2017 2025