cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 131 Documents
NILAI DAN MAKNA KEARIFAN LOKAL RUMAH TRADISIONAL LIMAS PALEMBANG SEBAGAI KRITERIA MASYARAKAT MELAYU Tondi, Muhammad Lufika; Iryani, Sakura Yulia
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 1 (2018): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (736.941 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i1.25383

Abstract

Rumah Tradisional Limas Palembang sebagai salah satu  kearifan lokal (Genius Loci) yang ada di Palembang memiliki nilai dan makna sebagai salah satu pembentuk  kehidupan masyarakat  Palembang. Keberadaan nilai dan makna dalam kearifan lokal  Rumah Trdisional Limas Palembang telah menjadi ciri khas peradaban kehidupan masyarakat Palembang sebagai bagian dari masyarakat Melayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bahwa masyarakat Palembang sebagai bagian dari masyarakat Melayu jika dilihat dalam makna dan nilai yang ada dalam rumah tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk melihat apa saja makna makna Local wisdom (Genius Loci) dirumah tradisional Palembang dan melihat keterikaitannya dengan adab dan kriteria masyarakat Melayu. Peneliti mendeskripsikan beberapa bagian dari rumah tersebut dan mencoba menggali makna dan nilainya dan di kaitkan dengan adab dan kriteria Masyarakat Melayu. Pada penelitian ini didapat kesimpulan beberapa unsur dan lingkup rumah Tradisional sesuai dengan kriteria masyarakat Melayu. Penelitian ini kedapannya diharapkan sebagai bukti bahwa adanya kaitan antara kebudayaan Palembang dengan kehidupan masyarakat MelayuKata-Kata Kunci: Local Wisdom, Nilai dan Makna, Limas, MelayuVALUE AND MEANING OF TRADITIONAL HOUSE LIMAS PALEMBANG LOCAL WISDOM AS CRITERIA OF MALAY COMMUNITYTraditional House Limas Palembang as one of Local wisdom (Genius Loci) in Palembang has value as one of the forming community of Palembang. The existence of value and meaning in local wisdom from Traditional Limas house of Palembang has become the hallmark of a civilization of Palembang society life as part of Malay society. The purpose of this study is to see that Palembang community as part of Malay society when viewed in the meaning and value that exist in the traditional house. This research used a descriptive qualitative method to see what meaning Local Wisdom (Genius Loci) in traditional house of Palembang and saw its attitudes with culture and criteria of Malay society. The researcher describes some parts of the house and tries to explore the meaning and value. It is associated with the existence and principles of the Malay Society. In this study, it can be concluded that some elements and scope of Traditional House are following with the criteria of Malay society. This research is expected as evidence that the link between Palembang culture with the life of the Malay communityKeywords: Local Wisdom, value and meaning, Limas, MelayuREFERENCESM. Chabib Thoha, M,C. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka PelajarAmanati, R. (2010). Kearifan Arsitektur Melayu Dalam Menanggapi Lingkungan Tropis, Seminar Nasional Fakultas Teknik, Universitas Riau.Amanati, R. (2010). Kearifan Arsitektur Melayu Dalam Menanggapi Lingkungan Tropis, Seminar Nasional Fakultas Teknik, Universitas Riau.Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius), Jakarta: Pustaka JayaDahliyani, S. (2015). Local Wisdom In Built Environment In Globalization Era, International Journal Of Education And Research Vol. 3 No. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia.Darussamin, Z. (2014). Integrasi Kewarisan Adat Melayu-Riau Dengan Islam, Sosial Budaya : Media Komunikasi Il M U - Ilmu Sosial Dan B U D A Y A , Vol . 1 1 , No . 2 Juli - Desember  2014, Uin Sultan Syarif Kasim RiauEffendi, Tennas. (2009). ”Bangunan Tradisional Melayu Dan Nilai Budaya Melayu” Masyarakat Melayu Riau Dan Kebudayaannya, Tanjung Pinang, Riau.Faisal, G., (2013). Selembayung Sebagai Identitas Kota Pekanbaru : Kajian Langgam Arsitektur Melayu, Indonesian Jurnal Of Conservation Vol 2.Ihsan, M. (2008). Analisa Ketahanan Gempa Pada Rumah Tradisional Sumatera, Skripsi, Universitas Indonesia.Ismail Husein. (1984). Antara Dunia Melayu Dengan Dunia Indonesia. Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan MalaysiaKhairi. (2010). Islam Dan Budaya Masyarakat. Fajar Pustaka. Yogyakarta.Mudara, M. A . (2004), Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman, Balai Kajian Dan Pengembangan Budaya Melayu, Bekerja Sama Dengan Penerbit Adicita, Yogyakarta.Norberg-Schultz, Christian. (1979). Genius Loci. New York: Collier Books.Rakhman , A. (2015). Arti Simbolis Di Balik Ornamen Rumah Limas Palembang , Jurnal Kriya Volume 12Ricoeur, Paul. (2013). Filsafat Wacana, Penerbit Ircisod. Yogyakarta.Rumiawati, A. (2013). Identifikasi Tipologi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Di Kabupaten Langkat Dan Perubahannya. Jurnal Permukiman. Pusat Litbang Perumahan Dan Permukiman, Badan Litbang, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.Sinar, T. L. (1993). Motif dan Ornamen Melayu. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu. MedanSiswanto, A. (2009). Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan Bagi Pembangunan Lingkungan Binaan, Jurnal Local Wisdom Volume: I, Nomor: 1,Soedigdo, D. (2014). Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal Pada Arsitektur Nusantara, Jurnal Perspektif Arsitektur  Volume 9 / No.1, Juli 2014.Sturgess, L B. (2005). The Green: Building A Viable Program For Forgotten Public Space In Uptown Dallas The University Of Texas At Arlington.Sumaryono. (1999). Hermeneutiks : Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta ; Kansius.Suryana. (2008). Upacara Adat Perkawinan Palembang, Skripsi, Uin Sunan Kalijaga Jogjakarta.Susanti, M. (2014). Budaya Malu Cerminan Bagi Perempuan Melayu, Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan Budaya, Vol.11, Uin Sultan Syarif Kasim Riau.Syarofie, Yudhy. (2012). Songket Palembang, Nilai Filosofis, Jejak Sejarah, Dantradisi. PalembangTakari, M. (2015). Adat Dalam Peradaban Melayu, Laporan Peneitian, Universitas Sumatera UtaraTengku Muhammad Lah Husni. (1986). Butir-Butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan KebudayaanUlfah Fajarini. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter, Sosio Didaktika: Vol. 1, No. 2, Universitas Islam Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah JakartaW.J.S. Purwadaminta. (1999). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta; Balai PustakaZalika, I. (2010). Rumah Bari Dalam Kehidupan Masyarakat Adat Palembang (Sumatera Selatan), Skripsi, Universitas Lampung.
KARAKTERISTIK VISUAL GAPURA WRINGIN LAWANG PADA GAPURA DI PERBATASAN KOTA MALANG Widisono, Adrian; Yusran, Yusfan Adeputera; Antariksa, Antariksa
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 2 (2018): December
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.617 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i2.30134

Abstract

Zaman Kerajaan Majapahit merupakan cikal bakal munculnya Gapura. Pada zaman tersebut gapura memiliki fungsi sebagai pintu masuk menuju kerajaan. Pergeseran masa menunjukkan pergeseran fungsi terhadap gapura yang saat ini menjadi penanda menuju masuknya suatu kota termasuk Kota Malang. Gapura perbatasan pintu masuk di Kota Malang teridentifikasi memiliki karakter yang mirip dengan salah satu candi peninggalan Majapahit yaitu Gapura Wringin Lawang yang terletak di Mojokerto, Jawa Timur. Studi ini bertujuan untuk memvisualisasikan kesesuaian karakter visual gapura perbatasan di Kota Malang dengan Gapura Wringin Lawang. Penyandingan empat gapura perbatasan dengan Gapura Wringin Lawang dianalisis dengan mengidentifikasi elemen desain, prinsip desain, dan ciri fisik gapura. Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian secara visual pada gapura pintu masuk di Kota Malang dengan Gapura Wringin Lawang. Kesesuaian elemen desain meliputi: garis, bentuk, massa, ruang, dan tekstur. Pada prinsip desain persamaan terdapat pada keseimbangan, kontras dan penekanan, bentuk, koneksi, makna, simbol, dan citra, pola, skala dan proporsi, ritme dan variasi. Pada bagian ciri fisik terdapat pula kesamaan yaitu bagian kepala, badan, dan kaki gapura. VISUAL CHARACTERISTIC OF GAPURA WRINGIN LAWANG ON THE GATES OF MALANG CITY’S BOUNDARY The era of the Majapahit Kingdom was the forerunner to the appearance of the Gapura (gate). At that time, the Gapura was built as the entrance to the kingdom. Over time, the function has shifted as a signifier of a city boundary, as found in Malang City. The boundary gate of Malang City identified has a character similar to the Majapahit heritage temples, namely the Wringin Lawang Gate located in Mojokerto, East Java. This study aims to visualize the suitability of the visual characteristics of the border gate in the northern, eastern, western and southern of Malang City with the Wringin Lawang Gate. The comparison of the four gates with Wringin Lawang Gate was analyzed by identifying its elements, principles, and physical characteristics. The results of this study indicate the visual suitability. The suitability of elements found in lines, shapes, mass, space, and textures. On the principle of design, equality identified in balance, contrast and emphasis, form, connection, meaning, symbol, and image, pattern, scale and proportion, rhythm and variation. While in the physical characteristics, there are also similarities in the part of the head, body, and leg of the gate.
ESTIMASI PARAMETRIK MATERIAL KONSTRUKSI BETON BERTULANG PADA BANTUAN PASKA BENCANA DI ACEH. (STUDI KASUS: PERHITUNGAN MATERIAL PONDASI) Atthaillah, Atthaillah; Saputra, Eri
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 2 (2018): December
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.452 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i2.26720

Abstract

Penelitian ini merupakan pengembangan dari studi oleh penulis sendiri untuk menciptakan alur kerja yang efektif dan efisien untuk perhitungan kebutuhan material konstruksi pada kasus paska bencana di Aceh.  Pada artikel ini penulis fokus pada perhitungan kebutuhan material pondasi.  Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih baik tentang bagaimana sistem yang menjadi proposal kami bekerja.  Selain itu, pengembangan kemampuan dari framework sebelumnya juga salah satu hal yang ingin kami dapatkan pada studi ini.  Penelitian ini menggunakan metode parametrik dengan Rhinoceros Educational versi 6, Grasshopper3D versi 1 serta GHPython.  Rhinoceros digunakan untuk membuat desain.  Grasshopper3D digunakan untuk membuat algoritma serta GHPyhton untuk membuat komponen-komponen Grasshopper yang lebih efisien sesuai dengan studi kasus.  Pada artikel ini kami juga menggunakan spreadsheet yaitu Microsoft Excel untuk tabulasi data perhitungan.  Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan framework berhasil dikembangkan untuk perbandingan alternatif komponen bangunan.  Pada kasus ini perbandingan harga material kota Lhokseumawe antara pondasi menerus dan pondasi tapak pada tiga luas bangunan yaitu 55 m2, 16 m2 dan 36 m2.  Perbandingan tersebut menunjukkan pondasi tapak lebih murah dalam hal material dibandingkan dengan pondasi menerus.  Kemampuan ini dinilai penting untuk efektifitas pengambilan keputusan yang relevan dengan konteks paska bencana di daerah tertentu.  Kemampuan membandingkan ini juga memberikan peluang untuk peningkatan kondisi psikologis dari penerima atau masyarakat yang terdampak oleh bencana.  Hal ini disebabkan oleh adaptabilitas yang tinggi dari framework sehingga bisa disesuaikan dengan kondisi yang diinginkan.  Selain itu, kami telah berhasil mengintegrasikan secara efisien pengembangan pada tahap ini ke framework yang sudah dikembangkan sebelumnya. PARAMETRIC ESTIMATION FOR REINFORCED CONCRETE CONSTRUCTION MATERIAL IN ACEH POST DISASTER RELIEF (CASE STUDY: ESTIMATION OF FOUNDATION MATERIAL)This research was the development of authors’ previous work to invent a framework that capable of performing estimation for construction materials effectively and efficiently in Aceh post-disaster cases.  In this paper, the writers focus on estimating substructure construction materials.  It was aimed at giving a better overview of the proposed framework system.  Besides, the improvement of the ability of the previous framework was something that we opted to within this study.  This paper employed a parametric method using Rhinoceros Educational version 6, Grasshopper3D version 1 and GHPython.  Rhinoceros was used for design making.  Grasshopper3D was used to construct algorithms and GHPython was utilized for optimized Grasshopper3D components for efficient workflow.  Further, this work utilized spreadsheet, which was Microsoft Excel, for estimation data tabulation.  The result showed the abilities of the framework was succeeded to be developed for a new feature, which was comparison capability for building components alternative.  In this study, the material price comparison for Lhokseumawe between a continuous rock (rubble stone) and footplate foundations for 55 m2, 16 m2, and 36 m2 building area.  It was discovered that the footplate foundation cheaper compared to the rubble stone.  This capability was significant for an effective decision making in a relevant post-disaster context.  The comparison ability had open opportunity to improve the psychological condition for users or societies affected by a disaster.  It was due to the high adaptability of the framework to suit specific situations.  Besides, we had efficiently integrated the development at this stage successfully to the previous work.
COVER AND EDITORIAL Betang, Langkau
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 2 (2018)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.788 KB)

Abstract

COVER AND EDITORIAL
KAJIAN RUANG PUBLIK KOTA ANTARA AKTIVITAS DAN KETERBATASAN Hantono, Dedi; Sidabutar, Yuanita F D; Hanafiah, Ully I M
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 2 (2018): December
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.277 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i2.29387

Abstract

Ruang esensinya adalah tempat manusia hidup dan beraktivitas. Namun tidak semua aktivitas dapat terakomodir karena setiap ruang dibatasi dengan fungsinya masing-masing. Bagi ruang pribadi keterbatasan ruang tersebut merupakan karakteristik utama bagi ruang itu sendiri sedangkan pada ruang publik yang memiliki berbagai macam aktivitas harus dapat menampung berbagai aktivitas di dalamnya. Untuk itulah perlu dilakukan kajian mengenai ruang publik terhadap permasalahan keterbatasan ruang yang sering ditemui. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pendekatan kajian literatur. Ada beberapa literatur yang diambil dari beberapa ahli serta beberapa hasil penelitian dalam artikel jurnal untuk mendukung teori dan melihat kenyataan di lapangan. Pada akhir tulisan diambil suatu kesimpulan bahwa keterbatasan ruang publik terhadap berbagai macam aktivitas yang berlangsung di dalamnya dengan terbentuknya ruang bersama baik secara permanen maupun bergantian (waktu tertentu).URBAN PUBLIC SPACE STUDIES BETWEEN ACTIVITIES AND LIMITATIONSThe essence of space is a place where humans live and doing their activities. But not all activities can be accommodated because space is limited by their functions. For private space, space limitations are the main characteristics for space itself, while in public spaces that have various kinds of activities must be able to accommodate multiple activities in it. For this reason, a study of public space needs to be done on the problems of space limitations that are often encountered. This paper uses qualitative methods by conducting a literature review approach. There is some literature taken from several experts and several research results in the journal for support the theory and see the reality in the field. At the end of the writing, it was concluded that the limitations of the public space for various kinds of activities take place in it with the formation of shared spaces both permanently and alternately (certain times).
DESAIN LANSKAP JALAN K.H. ABDULLAH BIN NUH BERBASIS GREEN STREET Fadhillah, Mauldy Ahmad; Nuryanti, Pingkan
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 2 (2018): December
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (829.757 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i2.27117

Abstract

Green Street adalah sebuah inovasi yang sangat penting dalam mengelola limpasan air dari paving atau perkerasan. Green street pada dasarnya adalah salah satu yang dapat membersihkan dan menyerap hasil limpasan air hujan atau run-off sendiri melalui kombinasi yang seimbang dari teknik yang sama. Desain lanskap jalan kawasan yasmin ini bertujuan untuk memberikan inovasi desain Jalan K. H. Abdullah Bin Nuh sebagai jalur tata hijau berbasis Green Street dengan permasalahan yang ada pada tapak seperti terhambatnya saluran drainase dan dengan menerapkan sistem dari green street, diantaranya green infrastructure, complete street dan placemaking tools. Complete street merupakan desain jalan yang nyaman dan aman dengan pembagian jalur sirkulasi kendaraan bermotor dan sepeda dengan jelas. Prinsip placemaking ialah prinsip dimana desain yang dihasilkan harus memberikan identitas terhadap area tersebut. Hasil penelitian berupa desain lanskap jalan yang terdiri atas ruang pelayanan, identitas, kendaraan, pedestrian, penyangga dan konservasi. Tapak penelitian yang berada di Jalan K.H. Abdullah Bin Nuh terbagi dalam lima segmen dengan beragam macam konsep dan desain yang diterapkan sesuai dengan konsep green street. Konsep green street utama yang diterapkan pada tapak ini adalah rain garden yang berfungsi mebantu menyerap limpasan air hujan. Penelitian ini menghasilkan rencana tapak, rencana penanaman, detail potongan dan gambar ilustrasi desain LANDSCAPE DESIGN IN K.H. ABDULLAH BIN NUH STREET BASED ON GREEN STREETGreen Street is a critical innovation in managing water run-off from paving or pavement. Green street is one that can clean and absorb the results of rainwater runoff or its own through a balanced combination of the same technique. Landscape design for Yasmin area aims to provide innovative K.H. Abdullah Bin Nuh street design as Green Street-based green path with existing problems on tread such as drainage channel obstruction and by applying green street system, including green infrastructure, complete street, and placemaking tools. A complete street is a comfortable and safe road design with clear division of motor vehicle and bicycle circulation paths. The placemaking principle is the principle where the resulting design should provide an identity to the area. The result of the research is the design of the road landscape consisting of service space, character, vehicle, pedestrian, buffer, and conservation. The research site located at K.H. Abdullah Bin Nuh street is divided into five segments with various kinds of concepts and designs applied following green street concept. The main green street concept applied to this site is a rain garden that serves to absorb rainwater runoff. This research produces site plan, planting plan, detail construction, and illustration design.
PERSEPSI MASYARAKAT TEPIAN SUNGAI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG SIRKULASI DAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RESPON MITIGASI BENCANA BERBASIS BENCANA AIR DI SINTANG Br. Gultom, Bontor Jumaylinda; Caesariadi, Tri Wibowo
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 5, No 2 (2018): December
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1061.339 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v5i2.29889

Abstract

Sintang merupakan salah satu kota di Kalimantan Barat yang berada di pertemuan dua sungai, yaitu sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Kelurahan Kapuas Kiri Hilir, Kelurahan Menyumbung Tengah dan Kelurahan Ulak Jaya merupakan kawasan permukiman padat yang sudah ada sejak lama di Sintang, dekat dengan pusat historis Kota Sintang yaitu Keraton Sintang dan tetap eksis sampai sekarang. Sedangkan kondisi dunia yang sedang mengalami pemanasan global mengakibatkan kawasan-kawasan yang berhubungan langsung dengan air rentan mengalami kenaikan permukaan air sungai (pasang air). Mengingat mahalnya harga nyawa manusia maka diperlukan penelitian pada pemanfaatan ruang sirkulasi dan ruang terbuka untuk mitigasi bencana berbasis bencana air ketiga kelurahan tersebut.Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengilustrasikan model mitigasi bencana berbasis bencana air (hydrometeorological disaster), dilihat dari persepsi masyarakat dan pemanfaatan ruang sirkulasi dan ruang terbuka.Penelitian ini dilakukan menggunakan pola pikir induktif yaitu berpikir berlandaskan pandangan khusus ke umum. Teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis dilakukan dengan membandingkan metode kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif digunakan untuk mengukur persepsi masyarakat akan bencana berbasis bencana air. Sedangkan metode kualitatif mendeskripsikan dalam bentuk ilustrasi pemanfaatan ruang terbuka dan sirkulasi.Hasil penelitian persepsi masyarakat disimpulkan bahwa bencana yang sering terjadi adalah bencana kenaikan permukaan air (banjir/pasang). Masyarakat juga berpendapat walaupun mereka menghadapi kemarau, namun dampaknya tidak terlalu terasa karena mereka sudah mengantisipasi dengan menyediakan tempat penampungan air. Dan berdasarkan kondisi fisik lapangan, model mitigasi bencana berupa jalur sirkulasi berupa titian (papan kayu).THE PERCEPTION OF RIVERBANK COMMUNITY ON UTILIZATION OF CIRCULATION AND OPEN SPACE AS DISASTER MITIGATION RESPONSE BASED ON WATER DISASTER IN SINTANGSintang is one of the cities in West Kalimantan which lies in the confluence of two rivers, i.e. Kapuas River and Melawi River. Kapuas Kiri Hilir Village, Menyumbung Tengah Village and Ulak Jaya Village have been densely populated residential areas in Sintang for a long time, located close to the historical centre of Sintang i.e. Sintang Palace and still exists today. While the condition of the world that is experiencing global warming has resulted in areas that are directly related to water susceptible to rising water levels (tidal water). Given the value of human life, research is needed on the use of the circulation space and open space for disaster mitigation based on water in the three villages.This study aims to identify and illustrate a model of water disaster-based mitigation (hydrometeorological disaster), seen from the public perception and utilization of circulation and open space.This research was conducted using an inductive mindset, which is thinking based from specific detail to general truth. Data collection techniques, data processing, and analysis were carried out by comparing quantitative and qualitative data. Quantitative was used to measure people's perceptions of disaster based on water-disaster. Whereas qualitative method described the illustration of open space and circulation.The results of the research on community perceptions concluded that disaster that often occurs is disaster of rising water levels (flood / tide). The community also believes that even though they face droughts, the impact is not too pronounced because they have anticipated it by providing water reservoirs. And based on the physical field condition, the suitable disaster mitigation model is circulation paths in the form of wooden board.
EFEKTIFITAS MAHSRABIYA SEBAGAI PEMBATAS VISUAL (HIJAB)GENDER: SEBUAH EKSPERIMEN MODEL 3D Mahathir, Said
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 6, No 1 (2019): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3125.717 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v6i1.32724

Abstract

Dalam studi yang dilakukan sebelumnya, Mashrabiya (kisi-kisi kayu) dianggap mampu memisahkan zona gender (santriwan-santriwati) pada sebuah perpustakaan pesantren di Kota Langsa, Aceh.Karena penelitian tersebut terbatas pada ekperimen skalatis (1:10) maka hasil yang didapatkan berpotensi bias jika diaplikasikan pada skala sebenarnya (1:1).Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk meminimalisir bias dan membuktikan keefektifan Mashrabiya sebagai panel segregasi pada skala manusia. Penggunaan metode eksperimen yang sama seperti pada penelitiansebelumnya terhadap objek skala 1:1 ini akan membutuhkan banyak biaya dan tenaga dalam membangun ruang uji dan pola Mashrabiya-nya. Maka dari itu, penggunakan model 3D merupakan preliminary eksperimen dan analisis yang bertujuan untuk mendapatkan data serta memperkecil jumlah variabel bebas seperti, jumlah lubang, ukuran lubang, luasan baluster, dan, ketebalan panel Mashrabiyassebagai data teknis utama untuk melubangi panel secara manual (handmade) pada penelitian berikutnya.Untuk mempermudah kontrol variabel dan mendapatkan data kuantitif yang presisi dari setiap transformasi modelnya maka eksperimen ini menggunakan perangkat lunak Rhinoceros dengan plug-in Grasshopper untuk membuat algoritma panel Mashrabiya.Hasilnya, dari 20 model 3D Mashrabiyayang disimulasikan hanya empat panel memenuhi syarat (Perforation Ratio) PR, (hole area) HA dan (baluster area) BA sehingga efektif bekerja sebagai pemabatas visual zona gender dan juga sangat adaptif terhadap akses keluar masuk cahaya dan udara. Dari sisi konstruksi pun panel–panel mahsrabiya yang terpilih ini masih sangat mungkin diproduksi secara manual (handmade).EFFCTIVENESS OF MASHRABIYA AS A VISUAL INTERFERENCE (HIJAB) BETWEEN GENDERS: A 3D MODEL EKSPERIMENTIn previous research, Mashrabiya (wooden lattice) have been concluded for being able to separate gender zone (male and female student) in a library of an Islamic boarding school (Pesantren) in Kota Langsa, Aceh. Since the experiment was limited on a scale model (1:10), the obtained result potentially lead to some biases if it is applied on a human scale model (1:1). Therefore, further research to minimize the biases and prove the effectiveness of Mashrabiya as gender segregator panel is needed. Applying the same experimental method as in the previous research on human scale model will cost a significant amount of experiment materials and labors in order to build a sample room and the patterns of Mashrabiya. Therefore, 3 dimensional (3D) model eksperimental method and analysis is a solution aimed at obtaining data, separating and  minimizing the number of independent variable such as, number of holes, size of holes, width of baluster area, and thickness of the panel; those technical data will be used in hollowing out the panel (manually) in the next research. To ease the control of variables and to obtain a precise quantitative data in every transformed 3D model, then this experiment utilizes Rhinoceros software with Grasshopper plug-in to produce the algorithm of Mashrabiya panels.The result conclude that from 20 of 3D models of Mashrabiya panels only four panels that qualified in term of (Perforation Ratio) PR, (hole area) HA and (baluster area) BA so then will work effectively as a visual interference panel between gender zones as well as very adaptive on natural lighting and air flow accessibility. In term of the Mashrabiya production, these chosen panels are still can be produced manually (handmade).
APLIKASI KONSEP ARSITEKTUR ORGANIK PADA BANGUNAN PENDIDIKAN Setyoningrum, Ayu; Anisa, Anisa
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 6, No 1 (2019): June
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1087.036 KB) | DOI: 10.26418/lantang.v6i1.32905

Abstract

Arsitektur organik merupakan sebuah konsep arsitektur yang awal mulanya dicetuskan oleh Frank Lloyd Wright.Sejak zaman kecil, Frank Lloyd Wright sering mengamati hubungan yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya.Hal tersebut yang menjadi dasar pemikirannya tentang arsitektur organik.Arsitektur organik ini pada dasarnya masih diperdebatkan mengenai panduan maupun batasan untuk desainnya.Namun beberapa peneliti sebelumnya telah mencoba mengamati dan merangkum konsep dari Arsitektur Organik. Arsitektur organik lebih mengacu pada keselarasan dengan alam sekitarnya, menciptakan satu kesatuan yang harmonis, dapat bertahan sepanjang waktu dengan bentuknya yang dinamis dengan alam, serta fungsional terhadap fungsi bangunannya.Fungsi bangunan pendidikan yakni sebagai fasilitas dalam pembelajaran untuk menambah ilmu pada penggunanya. Proses pembelajaran tersebut akan terasa lebih nyaman apabila ruang maupun kegiatanya menjadi satu kesatuan terhadap lingkungannya. Penerapan arsitektur organik pada bangunan pendidikan memungkinkan terciptanya suasana yang segar dalam kegiatan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai penerapan arsitektur organik pada bangunan pendidikan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif yang menganalisis bangunan pendidikan berdasarkan konsep arsitektur organik. APPLICATION CONCEPT OF ORGANIC ARCHITECTURE IN EDUCATIONAL BUILDINGS Organic architecture is an architectural concept which was originally coined by Frank Lloyd Wright. Since childhood, Frank Lloyd Wright has often observed the relationships that occur between humans and their environment. This is the basis of his thinking about organic architecture. This organic architecture is still debated about the guidelines and limits for the design. But some researchers have previously tried to observe and summarize the concepts of Organic Architecture. Organic architecture refers more to harmony with the surrounding environment, creates a harmonious whole, can survive all the time with its dynamic form with nature, and functional to the function of the building. The function of educational buildings is as a facility in learning to add knowledge to its users. The learning process will feel more comfortable if space and activities become a unity to the environment. The application of organic architecture to educational buildings enables the creation of a fresh atmosphere in educational activities. This study aims to get an overview of the application of organic architecture to educational buildings. The method used is a descriptive qualitative analysis of educational buildings based on the concept of organic architecture
Cover and Editorial Betang, Langkau
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.305 KB)

Abstract

Cover and Editorial

Page 6 of 14 | Total Record : 131